Part 16 : Sabit Hades

67 11 44
                                    

"Mau tahu, my sweet heart?"

Aku hanya diam.

"Aku menanamkan sabit Lord Hades di tangan kirimu...!!!"

"Deg!" jantungku rasanya mau copot dan memisahkan diri dari setiap pembuluh darah pada tubuhku.

Sabit Hades? Wanita ini sudah gila!

"Mengapa..."

"HIHIHI...!!!"

"Mengapa..."

"Hmm?"

"GREB...!!" aku meremas kepalaku.

Apa ini?! Kepalaku seakan mau terbelah dua!

"Hooo~ dia mencoba untuk beresonansi dengan jiwamu!"

"ARGHHH...!!!"

Sabit Hades ini hidup! Dia mencoba mengambil alih tubuhku!

"James Lucretiofield." terdengar suara yang menggema di benakku.

Siapa?

"Jiwa yang murni..." suara asing itu bergema lagi.

"Argh!" rasa nyeri memeking tajam di kepalaku.

Aku menutup mataku dengan erat. Aku meremas kepalaku dengan intensitas yang bertambah.

"Pada akhirnya, jiwa yang tersuci pun hanya akan dinodai kegelapan. Akhirnya jiwa yang tersuci itulah yang akan menjadi jiwa yang paling ternodai oleh kegelapan sejati." gema suara asing terdengar semakin dominan di kepalaku.

"ARGH...!!!"

Aku dapat merasakan sensasi membakar di atas luka-lukaku. Aku meronta kesakitan. Tak lama, aku menengok ke arah kaki dan tanganku. Aku terkesiap.

Luka-luka itu menutup dengan sendirinya...

"James...?" suara perempuan sial itu membuatku semakin geram.

"DIAM...! DIAM...!! DIAM...!!!"

Wanita bermata hijau itu tersentak karena bentakanku.

"James? Apakah kau baik-baik saja...?"

Aku terdiam sesaat. Aku masih mendengar satu, bukan, dua. Ah, tidak. Bahkan empat atau lebih kata yang masih meracau di dalam kepalaku. Badanku gemetar.

Aku bisa gila. Walaupun luka-luka di badanku musnah, kepalaku justru merasakan sakit yang lebih hebat.

"Verloren..." gumamku dengan badan gemetaran.

"James...?"

"Hehehe..."

Mengapa aku tertawa? Aku bukan diriku sendiri lagi...

"James!" tak henti-henti ia memanggil namaku.

Wanita jalang. Semua ini salahmu.

"Jadi namamu Verloren..."

"Hah...?"

Aku berlari menuju jendela terdekat. Tanpa memperhitungkan aku di lantai berapa, aku melompat begitu saja dari jendela.

Aku tidak tahu apa yang kulakukan. Sepertinya pikiranku mulai terkontaminasi.

"James...!"

Dia mencoba untuk menyusulku.

Tubuhku dirangkul oleh aura kegelapan. Perlahan tetapi pasti, seluruh pakaianku berubah. Kemeja putihku yang usang menjadi jubah berwarna hitam pekat yang agak rombeng ujung bawahnya.

My Sweetest Hell [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang