Part 4 : Petunjuk

112 16 21
                                    

Seluruh listrik kembali menyala. Mungkin Hades kesal karena miliyaran kunang-kunang yang berhamburan di neraka. Baguslah. Aku juga kesal dengan kelakuan dewa kurang ajar itu.

Ungu neon menjadi tema warna utama kota kekuasaan Luxuria, sang perwakilan dosa nafsu birahi. Cukup menjajakan kaki di atas kota ini, aku bisa melihat sekumpulan pendosa maupun pekerja yang berpakaian tidak pantas. Kuingin buta astaga. Pemandangan ini sungguh tidak berkelas.

"Selamat datang ke sector of lust, tuanku~" ucap seorang wanita yang berpakaian tidak pantas dengan nada yang entah bagaimana.. Erotis.

"Siap dilayani, tuanku~? 💗" tanya wanita aneh itu sambil memegang bahuku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siap dilayani, tuanku~? 💗" tanya wanita aneh itu sambil memegang bahuku.

"Kyaaa!" aku menjerit kaget dan dengan refleks aku melangkah mundur.

"Heh?" wanita itu tampaknya sangat bingung.

Aku menutup wajahku yang merah padam dengan tangan kananku.

"Astaga, Serah. Maafkan calon suamimu yang sudah liat beginian." batinku sambil berdoa Serah tidak akan memenggal kepalaku atau semacamnya.

"Kok bisa? Manusia normal bakal terlena." ujar wanita nafsuan itu.

"Kau manusia yang dikatakan Lord Hades ya?"  tanya wanita itu sambil tersenyum simpul.

Aku hanya diam. Aku benar-benar tidak suka situasi kota ini.

"Sepertinya kamu gak nyaman di sini. Hehe." komentar wanita berambut ungu di hadapanku ini.

"Di mana etikaku? Huft. Namaku Luxuria, penjaga sector of lust dan kau pasti James Lucretiofield. Gara-gara ulahmu memanggil kunang-kunang itu, Lord Hades langsung menyalakan semua akses handphone dan aliran listrik di semua sektor. Kamu memang orang yang menarik." entah ia memuji atau menyindir.

"A-aku.." suaraku gemetar dan tak sanggup menatap Luxuria.

"Iya, iya, aku mengerti. Kamu beruntung sektor ini hanya ditentukan sebagai pos info sama Lord Hades. Aku gak bisa memuaskan diri deh. Padahal kamu cakep." kata Luxuria dengan nada yang terkesan manja.

"Tapi aku hanya perlu sabar. Semuanya telah ditentukan. Hihihi.." pernyataan aneh terlontar dari Luxuria.

"Ditentukan?" tanyaku dengan singkat.

"Kepo, ciee." ejek Luxuria sambil memeluk lengan kananku.

"Ih!" langsung kumelangkah mundur lagi.

"Jutek banget sih! Padahal aku cuma mau menempelkan "itu" ke lenganmu." wanita ini tidak puas-puasnya mengangguku.

"Stop! Apa yang ditentukan?" aku sadar. Dia berusaha mengganti topik.

"It's a secret." ujar Luxuria sambil tersenyum licik.

"Tempat ini hanya pos info. Inilah pesan Hades." ucap Luxuria sambil menyodorkan sepenggal kertas.

"Oleh karenaku, manusia hidup. Tanpa aku, manusia mati. Namun manusia pun bekerja demi aku dan ada yang jatuh dalam salah dari tujuh dosa mematikan karena aku. Aku adalah dia yang menimbulkan dosa ini. Bila dosa ini adalah dia, siapakah dia?" demikian isi kertas itu.

"Hei. Ini a.. " sebuah pertanyaan dariku menggantung tanpa jawaban.

Luxuria sudah lenyap. Ia meninggalkanku. Ya sudahlah. Aku juga tidak nyaman dekat wanita itu.

"Apa makna pesan ini?" aku bertanya pada diriku sendiri sambil mengusap dagu.

"Oleh karenaku, manusia hidup. Tanpa aku, manusia mati..." aku coba melafalkan ulang pesan itu.

"Nafas? Oksigen? Tidak, itu tidak sesuai konteks.." aku menggumamkan jawaban sambil menjauhi sector of lust.

"Gruuu..." ah memalukan. Itulah bunyi perutku yang sudah keroncongan.

"Aku lapar.." langsung aku mengeluh.

Tiba-tiba terbesitlah suatu jawaban di kepalaku. Itu dia, makanan. Kata "aku" pada pesan itu merujuk pada makanan. "Dia" adalah dosa yang disebabkan oleh "aku". Maka jawabannya adalah kerakusan atau istilah lainnya "glutonny".

"Yosh! Sector of glutonny!" dengan antusias aku meneriakkan tujuan berikutku.

"Kakimu melangkah lebih cepat daripada angin yang berdesir, keanggunanmu sirna dan muncul seiring bulan bersinar. Sinar perak kelak menerangi jalan dan engkau akan segera mengeksplorasi malam hening saat segala hayat tertidur lelap, kupanggil kau, Cheval Mallet!" sekali lagi kulafalkan mantera.

Di antara hamparan kabut kegelapan,  munculah seekor kuda megah yang lahir yang kegelapan yang tersohor. Bersama tuannya yang tak berkepala, kuda berwarna hitam itu datang kepadaku. Saat kunaiki kuda itu, wanita tak berkepala itu terdiam sesaat dan segera ia pecut kuda itu.

"Sector of glutonny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sector of glutonny." kubisikkan kata-kata itu kepada si pengendara tak berkepala.

Tiada jawaban tetapi aku yakin kami akan sampai di sana. Langkah kuda itu semakin cepat dan bertambah terus percepatannya. Angin yang menyambut neraka tak membuatku heran. Dinginnya udara menusuk kulit. Akankah dia kembali ke rangkulanku lagi? Aku hanya bisa menerka-nerka dan tiada yang tahu misteri yang menungguku nanti.

°
°
°

Di tempat lain..

"Perwakilan sector of wrath, Ira, melaporkan. Aku malas urus anak picisan itu. Jadi aku minta Violentia saja yang menghadapi dia." ucap wanita yang berpakaian selayaknya sekretaris dengan santai.

"Heh.. Enak ya. Nyuruh-nyuruh orang doang. Kamu pasti terpengaruh aku. Hihihi.." ucap seorang perwakilan yang tak lain adalah Acedia.

"Oke, next." ujar Hades dengan acuh tak acuh.

"Heh.. Perwakilan sector of sloth, Acedia, melaporkan.." ucap Acedia dengan nada yang sangat malas.

"Perwakilan sector of lust, Luxuria, melaporkan~" ucap wanita bertubuh ideal itu dengan nada yang agak mesum.

"Jadi, dia sudah sampai tiga sektor?" tanya pemilik suara yang maskulin dan berkharisma.

"Tepat." jawab tiga pelapor itu yakni Ira, Acedia dan Luxuria.

"Semoga kalian tidak merindukanku." ucap pria itu yang tersenyum licik bagai ular hingga tak ada seorang yang mengetahui apa rencana liciknya.

°
°
°

Di sector of glutonny..

"Huah! Sampai! Thanks, Cheval!" ujarku sambil tersenyum ke pengendara tak berkepala itu.

Ia berubah menjadi kabut dan hilang bersama kudanya. Ia tak lagi terlihat. Tapi aku yakin, bila ia berkepala pasti ia juga tersenyum. Sayang sekali, aku tak dapat memberikan kepala untuknya.

"DORR!" bunyi peluru yang menembus udara.

"JLEB!" darah mengalir dari dadaku.

"BRAK!" ambruklah tubuhku dan perlahan pandanganku menjadi hitam dan gelap gulita.

"Santapan yang menarik.. Hehehe..." terdengar tawa jahat sebelum kesadaranku terhapuskan sepenuhnya.

"Tuhan, tolonglah aku.." batinku mengucap doa yang begitu bisu.

My Sweetest Hell [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang