Part 8 : Penebusan Sang Pendosa

88 12 47
                                    

Terkejutlah aku oleh sebab ucapan Avaritia yang memerintahku untuk mundur.

"Mengapa?" pertanyaan itu segera muncul di benakku.

Avaritia menatapku dengan khawatir dan rasa peduli. Bingunglah aku. Mengapa penjaga sector of greed berbeda dengan penjaga lainnya? Tak habis pikir, apa urusan dia denganku? Apa hubunganku dengan dia? Aku tidak tahu jawabannya. Hanya Tuhan dan Avaritia sendirilah yang mengetahui jawabannya.

"Mundur. Turutilah aku. Ini demi kebaikanmu. Mundur. Scram, boy." tegas Avaritia sambil mengarahkan trisulanya ke arah wajahku.

"Kau berbeda." dengan santai kusampaikan pendapatku.

Mata Avaratia membesar. Ia menunduk dan menggertak giginya. Ia memegang erat trisula miliknya dan memejamkan matanya. Ia menggigit bibirnya sedikit sebagai bahasa tubuh yang berarti "aku kesal denganmu".

"You impudent fool! Kamu emang keras kepala ya! Aku bilang mundur, ya, mundur!" bentakannya masih saja tidak berhasil membuatku mundur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"You impudent fool! Kamu emang keras kepala ya! Aku bilang mundur, ya, mundur!" bentakannya masih saja tidak berhasil membuatku mundur.

"Atas dasar apa aku harus menurutimu?" tantangku sambil menatap tajam padanya.

"Shit. You're annoying." ujar Avaritia sambil membelakangiku.

Aku hanya diam dan menatap sosok Avaritia yang memandang area sector of greed. Kuberjalan ke sampingnya dan aku dapat melihat matanya. Dari kedua matanya terpancar kesedihan, kesepian dan juga penyesalan yang abadi. Aku ikut melihat apa yang sedang dipandanginya.

 Aku ikut melihat apa yang sedang dipandanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baiklah kalo kamu gak mau nurut. Sebagai gantinya, bolehkah kau mendengar ceritaku?" tanya sang penjaga sector of greed sambil cemberut.

Dia hanya kesepian. Aku rasa ia hanya memerlukan teman untuk mendengar. Aku tak sangka, penjaga neraka pun bisa manusiawi.

"Silahkan." jawabku sambil tersenyum padanya.

Avaritia terlihat kaget. Ia memejamkan matanya sekali lagi. Ia tersenyum dan kemudian membuka matanya. Ia mengelus kepalaku dan aku hanya bisa membeku karena shock.

My Sweetest Hell [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang