"yang ini..., apa yang ini ya." Gumamku.
Sekarang aku sedang memilih gaun yang akan kugunakan saat pesta penyambutan ku.
"Kira-kira yang mana ya, Del?" Tanyaku pada Adel yang juga sedang memilih gaun.
"Yang mana aja, yang penting gaun itu indah jika di pakai oleh mu, princess."
"tapi aku bingung." Aku memutar bola mataku malas.
Sampai mataku melihat gaun berwarna biru yang panjang, kira kira jika dipakai olehku, gaun itu akan menyapu lantai saat berjalan.
Gaun itu juga sangat elegan dengan dihiasi permata permata yang indah.
"Aku akan ambil yang ini." Seru ku.
"Mana, mana." Ucap Adel seraya berjalan ke arahku.
Saat melihat gaun itu, Adel tersenyum dan menatap kagum.
"Indah sekali, aku pastikan kau akan terlihat sangat cantik dengan gaun itu Jane." Ucap Adel.
"Kau bisa saja, tolong bungkus gaun ini ya." Ucapku pada pelayan toko.
"Baik, princess." Ucapnya sambil menunduk hormat.
Sebenarnya aku masih risih dengan perlakuan mereka padaku, bahkan tadi ibu bilang tidak usah membeli gaun sendiri, karena di istana sudah disiapkan untukku.
Namun aku tetap membeli gaunku sendiri ditemani sahabat ku.
"Adel, kau sudah menemukan gaun mu?" Tanyaku.
"Sudah." Jawabnya seraya tersenyum lebar, seperti nya dia sangat suka dengan gaun pilihannya.
"Yasudah, ayo kita kembali."
Kemi berdua pun segera kembali ke asrama.
Tapi di saat perjalanan aku melihat Emily dan Gerry sedang berpelukan.
Entah kenapa melihat pemandangan itu aku merasa hatiku sakit dan mataku pun memanas.
"Jane, Hei! Kau kenapa!" Seru Adel.
Emily dan Gerry melihat kearah kami, mungkin mereka mendengar seruan Adel.
Gerry segera menghampiriku ku dengan wajah paniknya. sedangkan di belakang, Emily tersenyum sinis dan pergi.
"Janetta, kau kenapa?" Dia bertanya dengan khawatir.
"Tak apa, aku hanya kelilipan tadi." Ujarku sambil mengusap air mataku yang jatuh.
Aku juga bingung kenapa hatiku sakit melihat adegan tadi, kan aku tidak ada hubungan apa apa dengan Gerry.
Apa jangan-jangan...
Ah, aku tidak boleh berpikiran yang aneh-aneh.
"Ayo Del." Kataku pada Adel dan berjalan melewati Gerry tanpa melihat ke arah nya.
"Ada apa Jane?" Tanya Adel saat mensejajarkan langkahnya denganku.
"Ada apa apanya?" Tanyaku balik.
Dia menghela nafas "aku tau, kau tadi menangis bukan karena kelilipan."
Aku sedikit terkejut, namun cepat cepat aku tutupi dengan terkekeh.
"Jangan sok tau,"
"aku gak sok tau Jane, emang itu kenyataan nya 'kan."
Aku mengibaskan tanganku "buat apa membahas itu, sih. Ayo segera ke kamar."
Aku berjalan dengan cepat, agar terhindar dari pertanyaan Adel.
Tapi disaat tikungan, aku menabrak seseorang. Yang anehnya aku tidak merasa benturan pada punggung ku.
Saat membuka mataku, aku melihat wajah prince Revan yang sangat dekat denganku.
Seperti tersadar atas keterkejutan, kita berdua menjauhkan wajah masing-masing.
"Maaf." Ucapnya
Aku tersenyum "tak apa, seharusnya aku yang minta maaf."
"Ka-"
"Maaf, tapi aku harus cepat cepat." Aku memotong ucapannya dan melanjutkan perjalanan dengan tergesa gesa.
Setelah di rasa cukup jauh, aku menggunakan kekuatan teleportasi ku untuk kembali ke kamar.
***
"Bukannya dari tadi aja padahal." Gumamku, jika aku menggunakan teleportasi ku dari tadi, kan aku gak usah nabrak kak Revan.Seketika aku ingat, jika tadi aku menabrak kak Revan untuk kedua kalinya.
"Jane, ayo makan siang." Aku terkejut saat Adel tiba tiba ada di depanku.
"Adel!!"
Adel terkikik "maaf."
"Sudahlah, ayo."
"Ayo."
Sekarang kita sedang dalam perjalanan ke kantin, dan kami mengambil tempat duduk yang sudah diduduki Gerry dan Delon.
"Hai," sapa Adel kepada mereka.
"Hai juga."
"Oh iya, Gerry. Aku lihat tadi kau sedang berpelukan dengan Emily, ada apa." DEG
Ini adalah pembahasan yang paling kuhindari, entah kenapa.
"Eh, itu..,"
"Gerry!!!" Ucapan Gerry terhenti saat Emily menghampiri meja kami.
"Emily." Ucap Gery terkejut, begitu pula dengan kami.
"Kenapa kau kesini?" Tanya Adel dengan nada menyelidik.
"Kenapa, apa salahnya jika aku kesini, hah." Emily menjawab pertanyaan Adel dengan nyolot.
"Kau-"
"Sudahlah Adel, ada perlu apa kau kesini Emily?"
Aku menatap tidak percaya Gerry, kenapa dia bisa akrab dengan Emily yang notabene nya orang yang sudah kita anggap musuh saat pertemuan pertama.
"Bisa kau ikut aku?" Tanya Emily.
Gerry menatap aku, Adel dan Delon. Aku memberikan tatapan 'jangan' pada Gerry, namun yang dia katakan malah..
"Baiklah,"
"Gerry..," ucap ku.
"Maaf teman teman, aku ingin berbicara dulu dengan Emily."
Setelah mengatakan itu Gerry berjalan menjauhi meja kami, diikuti Emily yang sebelumnya memberikan senyum kemenangan nya pada kami.
"Sebenarnya ada hubungan apa Gerry dan Emily?" Tanya Delon.
"Entahlah." Jawab Adel sementara aku hanya menatap kosong ke arah piring yang berisi makanan ku.
Akhirnya bisa update juga.
Di chapter ini bukan membahas tentang Magic ya, tapi lebih ke perasaan cinta. Walaupun belum jelas cinta apa bukan.Jadi juga disini belum ada konflik yang sebenarnya, konflik yang sebenarnya masih perlu lima chapter lagi kira kira.
Jadi tetep setia buat Magic Academy ya guysss
![](https://img.wattpad.com/cover/109115992-288-k620107.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Academy
FantasyLanjutan cerita dari Magic Academy yang lama Ini kelanjutan cerita dari Magic Academy yang lama, karena ada kesalahan dan aku gak bisa pake akun yang lama jadi aku buat akun baru dan langsung ke lanjutan ceritanya aja. *** Magic Academy adalah sebua...