Berkomentarlah walau hanya dengan kata "next" ataupun "lanjut" Ders. Itu berharga loh 😊
Part ini lebih pendek but Hope you like.
Jika aku tahu menyukai akan semenyenangkan ini, Aku memilih untuk menyukaimu sedari dulu. -Athur
(000)
"Athur, hentikan! Sampai kapan kamu akan membahas masalah itu?!" Ujar Veyrine sambil beranjak menghidari Athur yang terus saja menggodanya.
Ini sudah jam sepuluh pagi dan si Athur itu masih saja terus mengikuti kemanapun Veyrine pergi untuk memberikan perkataan-perkataan yang sama sejak mereka bangun tidur tadi.
"Tapi ciuman kamu benar-benar luar biasa Vey. Yah, walau terasa masih kaku tapi kamu sudah cukup baik. Aku suka." Jawab Athur yang masih saja membahas tentang ciuman Veyrine semalam.
"Seharusnya kamu melakukan lebih Vey semalam. Situasinya mendukung sekali. Cuaca dingin, api unggun yang mulai mati dan jangan lupakan kasur kecil itu sangat mendukung jika kamu ingin melakukan lebih Vey."
"Hentikan khayalan kamu Athur. Aku nggak akan pernah melakukan hal konyol seperti itu."
"Kenapa tidak? Menyenangkan suami itu berpahala loh Vey."
"Tidak tidak." Jawab Veyrine masih terus menghindar.
"Oke, sekarang kamu bilang tidak. Tapi aku yakin akan ada saatnya Kamu menyerang aku duluan. Aku harus siap-siap mental saat itu." Ujar Athur sembil memberikan ekspresi seakan ia adalah seorang korban dari seokor predator.
"Athur!!!"
"Hahaha, merona lagi sayang?"
"Ah, jika Aku tahu menikah akan semembahagiakan ini. Aku akan menikahimu lebih dulu."
"Nggak mungkin!."
"Mungkin Vey, Aku bisa saja meminta percepatan satu minggu setelah pertemuan awal kita. Toh Papa Alan pasti akan setuju jika aku melakukannya."
"Dengan memberikan alasan Kamu takut membuatku hamil sebelum menikah lagi? Seperti dulu?" Tanya Veyrine terlihat mulai kesal.
"Yah, bisa jadi."
"Ck."
"Ngomong-ngomong Vey, Aku suka posisi tidur kamu semalam."
"Athur sudah! Sampai kapan kamu membahasnya?"
"Leher aku terasa hangat saat napas kamu memberikan tiupan disana. Ah, sayang sekali kamu nggak sampai khilaf padahal aku sangat menantikan kehilafan kamu." Ujar Athur sambil menampakan ekspresi seolah menjadi orang yang paling menderita se jagad raya.
"Berhenti membahas itu atau kamu akan tidur di luar saat kita di Jakarta nanti."
"Oh okay, aku menyerah." Ujar Athur akhirnya. Ia tidak akan rela jika harus tidur berpisah dari Veyrine. Seluruh bagian tubuhnya seakan sudah memiliki tempat nyaman jika tidur dengan Veyrine. Tangan yang memeluk pinggang, hidung yang menempel di rambut, kaki yang membelit tubuh mungil Veyrine dan jangan lupakan bibir yang tak henti-hentinya memberikan kecupan di kening Veyrine. Tak apa kan? Toh ia sudah melewati skinship tahap kecup kening, jadi sah-sah saja. Ia tidak melanggar perjanjian.
"Jadi jam berapa kita akan berangkat Athur? Aku belum selesai menyiapkan barang-barang kita?"
"Tiga jam lagi."
"Sebaiknya kamu membantu aku berberes daripada terus menggodaku Athur, Kamu ingin kita terlambat dan ketinggalan penerbangan?"
"Nah itu harapan yang terus aku doakan sejak tadi Vey, Aku masih ingin disini." Ujar Athur.
"Tidak, tidak ada penundaan. Aku sudah bilang aku ada meeting penting besok Athur. Kita liburan lain kali saja."
"Kamu janji?"
"Yah. Sekarang kamu bantu aku nge pack barang-barang ini."
"Oke." Seru Athur semangat.
"Oh iya Vey, Kamu tidak berniat memanggilku dengan sebutan "Mas"? Rasanya panggilan itu terdengar lebih mesra."
"Mas?"
"Iya."
"Mas Athur? Hahaha tidak cocok sekali." Tawa Veyrine pecah seketika membayangkan Ia memanggil Athur dengan embel-embel Mas.
Mas Athur? Ada-ada saja.
(0000)
"Kapan kalian akan memberi mama cucu?" Pertanyaan Mama Eriana seakan berulang secara otomatis di kepala Veyrine. Baru setengah jam lalu mereka menginjakan kaki kembali di Jakarta dan pertanyaan itu seakan menyerap semua pikiran Veyrine saat ini.
Cucu?
Ah, perkara ini memang sangat wajar ditanyakan oleh mertua yang sangat menantikan penerus. Veyrine tidak bisa menyalahkan sang mertua yang meminta cucu darinya karena itu memang perkara wajar.
"Mama sudah tidak sabar mendengar tangisan kencang dari cucu Mama, jika kalian merasa kerepotan merawatnya hingga memutuskan menunda memiliki momongan jangan khawatir, kalian bisa menitipkannya ke Mama dan mulai membuat lagi. Mama tidak meminta banyak cucu, empat saja cukup." Ujar Mama saat itu.
Empat?
Bahkan satu saja Veyrine begitu sulit membayangkannya.
Veyrien terus membayangkan percakapannya dengan sang mertua sebelum sapaan Athur menyadarkannya.
"Memikirkan perkataan Mama?" Tanya Athur sambil mengambil duduk di sebelah Veyrine. Athur sedikit bingung dengan perubahan sikap Veyrine hari ini. Veyrine lebih banyak diam dari pada biasanya. Tidak ada Veyrine yang marah saat ia goda, tidak ada Veyrine yang selalu kesal saat Athur memberantaki ruang tamu dengan remahan kue bawang seperti dulu. Perubahan sikap ini benar-benar mengganggu Athur. Ia lebih senang dengan Veyrine yang marah-marah, daripada menjadi sosok pendiam yang tidak biasa seperti ini.
"Tidak." Elak Veyrine.
"Kamu tidak bisa berbohong Vey, buktinya sekarang kamu membiarkan TV menonton Kamu tanpa kamu sadari." Ujar Athur sambil bergerak mematikan TV dengan remot kontrol sebelum kembali menghadap Veyrine.
"Kamu ingin punya anak Thur?" Tanya Veyrine tiba-tiba membuat Athur seketika mengkerutkan keningnya tidak mengerti dengan maksud dari pertanyaan Veyrine.
"Tentu saja aku ingin Vey."
"Memiliki anak denganku?"
"Yah, tentu saja. Lalu dengan siapa lagi?" Tanya Athur semakin bingung.
"Aku setuju dengan permintaan Mama, aku ingin memiliki empat anak. Tiga putra dan satu putri." Tambah Athur.
"Athur aku-"
"Kamu bagaimana?" Putus Athur.
"Kamu ingin anak berapa?" Tanya Athur lagi.
"Atau kamu ingin lebih banyak? Bagaimana kalau lima?" Sambung Athur semangat.
"Athur~."
"Iya kenapa Vey?"
"Sebenarnya aku tidak bisa memberikanmu anak. Aku.."
Maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
Romance"Nggak Pa! Veyrine nggak mau nikah sama dia. Dia itu masih kecil Pa dia lebih cocok jadi adek ketimbang jadi suaminya Rin! Veyrine yakin umurnya hanya beda beberapa tahun dengan Nathan" Ujarku menolak permintaan Papa yang kuanggap tidak masuk akal...