Aku akan pulang terlambat, aku mampir sebentar ke mini market untuk membeli keperluan dapur.
Setelah memastikan pesan ku telah terkirim, aku langsung memasukan handphone ku kedalam hand bag biru muda ku.
Athur begitu sibuk beberapa hari ini. Ia sedang diberi pelajaran khusus sebagai manajer sebelum ia di lantik dan mulai bekerja.
Sering saat pulang larut aku menemukannya sedang tertidur di sofa dengan TV menyala.Dig.
Suara pesan masuk membuatku kembali mengambil handphone yang baru saja aku masukkan.
Tunggu di sana, aku akan menemani mu - Bocah mesum.
Aku kembali memasukan benda pipih itu setelah mengetikkan kata 'oke' pada Athur dan beranjak mulai menunggunya.
Lima belas menit menunggu aku melihat mobil hitam milik Athur yang sangat familiar di mataku. Aku melihat ke arah pintu dan mendapati sosoknya yang tampak lelah dan mengantuk.
"Kamu baru pulang?" Tanya ku saat ia telah berada tepat di depanku.
"Hoooam.. baru lima menit sampai rumah." Jawabnya sambil menguap lebar.
"Kenapa dipaksakan menjemput ku jika kau mengantuk?" Tanyaku sambil beranjak ke arah mobil mengikutinya yang melangkah lebih dulu.
"Aku tidak akan membiarkan istri ku pergi sendiri." Jawabnya sambil mulai melajukan mobil.
"Ck, berlebihan sekali."
"Bukan masalah berlebihan atau tidak tapi kau tanggung jawabku, aku sudah berjanji pada Tuhan untuk menjagamu. Istriku." Tekanya di kata istri sambil memandang ku aneh.
Selanjutnya kami hanya terdiam hingga sampai di tempat yang kami tuju.
"Aku akan pergi ke stan sayuran." ujarku.
"Oke, aku akan menyusul." Ujarnya sambil beranjak.
Aku melanjutkan langkah ku mulai mengarah mencari keperluan dapur yang habis.
Bayam, brokoli, ayam, daging, dan telur.
Oke sudah. Semua keperluan yang kami butuhkan sudah ku ceklis dalam daftar keperluan. Aku perhatikan daftar keperluan lagi mengecek takut ada yang tertinggal.
"Jangan pernah memasak telur."
Aku mengalihkan pandanganku menatap Athur dengan setumpuk kue bawang memenuhi kedua lengannya.
"Kue bawang lagi?!" Tanyaku agak kencang.
"Kenapa?"
"Lelaki mana yang suka sekali dengan kue bawang?!"
"Lebih baik aku memakan kue bawang daripada merokok." Ujarnya santai.
"Jangan pernah memasakan aku apapun yang berbahan telur." Ulangnya sambil memasukan setumpuk kue bawang ke keranjang kami.
"Kenapa? Kau alergi telur?"
"Bukan."
"Lalu?"
"Kandungan di dalam telur itu dapat meningkatkan libido, akan menyakitkan jika aku tidak bisa menyalurkannya." Ujarnya sambil menekankan kata menyalurkan sambil melihat ku tajam.
Ia sedang menyindirku ku? Ck!
"Ck, terserah!" Ujarku sambil beranjak ke arah kasir.
"Bajingan!" Ujarku tiba-tiba.
"What?! Aku?" Tanya Athur di samping ku.
Tidak ku gubris pertanyaannya. Mata ku masih terpaku dengan sosok itu. Sosok yang menjadi sasaran kemarahanku seminggu ini. Bajingan yang sudah menghancurkan sahabatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brondong Husband
Romansa"Nggak Pa! Veyrine nggak mau nikah sama dia. Dia itu masih kecil Pa dia lebih cocok jadi adek ketimbang jadi suaminya Rin! Veyrine yakin umurnya hanya beda beberapa tahun dengan Nathan" Ujarku menolak permintaan Papa yang kuanggap tidak masuk akal...