Doa yang Terkabulkan

18 1 0
                                    

Sabtu pagi yang cerah, udara segar masuk melalui jendela kamar. Kuhirup dalam-dalam udaranya, memenuhi rongga paru-paruku. Menyegarkan hati, jiwa, pikiran, dan ragaku. Cerah wajahku mulai nampak namun tubuhku menyusut beratnya.

" dek.... ! sarapan dulu.... nanti keburu dingin ... ngga enak ! " Suruh ibu sembari meletakan semangkuk bubur ayam buatan ibu.

Bubur ayam buatan ibu paling enak, aku bisa makan dua mangkuk. Aku jadi seperti anak kecil lagi dimanja oleh ibu.

Dering suara hp terdengar nyaring, setelah sarapan kubuka pesannya

" pertemua minggu ini diganti dengan menjenguk saudari kita yang sakit " begitu bunyi pesannya, pesan dari ketua halaqohku.

Berarti sebentar lagi teman-teman sehalaqohku akan datang. Samakin membuatku bersemangat, mereka biasa membuat lelucon-lelucon untuk menghidupkan suasan. Menghibur hati, menyegarkan pikiran.

Selang tak berapa lama datanglah teman-teman sehalaqohku. Kami saling bersalaman dan berpelukan melepas rindu. Kami baru berkumpul kembali semenjak pertengahan Ramadhan kemarin. Seperti orang yang lama tak bertemu kami saling berbagi cerita tentang lebaran dan mudik diselingi dengan sendau gurau dan seyum mengembang.

Berkumpul dengan mereka membuat kegundahanku hilang, pikiran sedikit tenang. Tapi ada yang terlewat, murobiyahku.

" Dimana kakak? Ngga dateng...? " Tanyaku penasaran pada salah seorang teman.

" aaadaaa..... tuh lagi diruang tamu " jawab temenku ketus dan yang lainya tertawa.

" iyaaa... kakak sedang diskusi dengan keluargamu.... sepertinya ada yang penting. Sampai-sampai kita disuruh masuk kamar duluan. " Timpal yang lain

" ada rahasia besar.... rahasia langit " ledek temen yang lain.

Kamarku jadi ramai. Baru kali ini aku bisa tertawa semenjak sakit. Aku sangat bahagia.

Pintu diketuk, mendengar suaranya kami pun terdiam. Murobiyahku masuk dan memberi isyarat pada temen-temanku untuk keluar. Tinggal diriku dan sang murobiyah. Kami duduk bersisian di pinggir ranjang.

" dua hari sebelum kamu mudik datang seorang laki-laki menyerahkan amplop coklat, amplop biodata milik binaanya. Sedianya amplop ini akan kakak serahkan padamu sebelum mudik, akan tetapi kakak tidak sempat. Kakak mohon maaf. Dan minggu lalu orang yang menyerahkan amplop ini menanyakan perkembangannya. Sekali lagi kakak mohon maaf karena baru kali ini kakak sempat dan itupun kakak diskusikan dulu dengan kakakmu dan ibumu di ruang tamu."

Sang murobiyah menyerahkan amplop coklat berisi biodata seorang ikhwan, sorot matanya menatapku teduh. Apa yang ada dalam benaknya aku kurang tahu.

Tanganku bergetar menerimanya seperti mendapat amanah yang besar dan berat. Aku belum berani membukanya langsung. Butuh tenaga jiwa yang besar, yang akan menguatkan hati dan melapangkan pikiran.

" tak usah kau buka sekarang.... tak usah kau buru-buru .... shalatlah dulu. " seperti sang murobiyah tahu apa yang berkecamuk dalam pikiranku.

" kalau begitu kakak pamit dulu... semoga apa yang ada dalam amplop menjadi obat sakitmu " aku menyalami dan memeluknya.

Punggungnya hilang di balik pintu. Kini aku sendiri, kupandangi amplop itu. Ada teka-teki di dalamnya dengan seribu pertanyaan.

" semoga menjadi obat " terngiang perkataan kakak sebelum pulang.

" ada rahasia besar..... rahasia langit " ledek temannku.

" kakak diskusi dengan keluargamu " ucap temanku serius, semua itu melintas di alam pikiranku.

" Obat ? Rahasia ? Diskusi ? apakah mungkin ini ada kaitannya dengan isi amplop ini? " aku masih bertanya-tanya dalam hati.

Ya Allah ... kondisiku baru saja baikan, semangatku baru mulai bangkit. Dan sekarang datang sebuah amplop penuh teka teki. Akankah ini menambah deritaku sehingga tak berkesudahan, atau menjadi obat pelipur lara hatiku seperti yang diungkapkan sang murobiyah? Kusimpan amplop itu di bawah kasur. Mungkin nanti baru kubuka selepas shalat malam. Agar Allah memberikan kekuatan dan pilihan yang terbaik.

Hawa dingin malam masuk melalui celah-celah jendela. Aku bangkit dari ranjang, ibu yang tidur disampingku masih terlelap. Kuambil wudhu sebagai penyegar raga dan jiwa. Ingin kumenghadap kepada Sang Pencipta, pengatur segala urusan makhluk-Nnya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Yang Maha Pengampun mengampunin hambanya yang senantiasa bertobat. Senantiasa mengabulkan doa hamba-hambanya yang ikhlash dan pasrah dipenghujung malam. Rukuk dan sujud kutunaikan dalam linangan air mata yang tertahan. Melembutkan hati dan pikiran, melepaskan beban yang ada. Ringan.... begitu ringan terbang melayang dengan untaian doa-doa kebaikan menuju Sang Kholik meminta pengkabulan segera.

Berlahan kubangkit dari sajadah, ibu masih tertidur dengan wajah lelahnya mengurusku beberapa hari terakhir. Kusibak kasur dan kuraih amplop itu. Kuletakan diatas sajadah, kupandangi amplop itu lekat-lekat. Rahasia apa yg ada didalamnya? Kukumpulkan seribu kekuatan, berlahan kubuka amplop. Jantungku berdetak keras, kuurungkan membukanya. Kuambil nafas berlahan. Kubuka pelan-pelan dan .....

Aku tak percaya dengan apa yang kulihat, kupandangi terus foto itu lekat-lekat. Aku masih tak percaya, linangan air mata mulai turun menganak sungai tak tertahan. Aku menangis sesenggukan tak tertahan kudekap foto itu lekat-lekat dan sujud di atas sajadah dengan untaian tasbih dan doa kesyukuran. Allah...Allah...Allah dzikirku terus bercampur air mata yang tak pernah kering. Tangisku memecah keheningan malam. Doa-doaku selama telah Engkau dengar dan malam ini Engkau kabulkan doaku ' jika ia baik untuku mudahkanlah '. Ibu terbangun mendengar tangisku langsung kupeluk ibu erat, tangisku belum reda. Ibu membelai rambutku penuh kelembutan.

" sudahlah nduk.... ! Allahlah yang telah mengatur semuanya ..... kita hanya bisa berikhtiar dan berdoa selebihnya Allah yang memutuskan " tangisku mulai reda.

" terima kasih bu ........ ! " kucium punggung telapak tangan ibuku penuh ta'zhim.

Bulan dan bintang dipenghujung malam tersenyum untukku, menyaksikan diriku yang sedang berbahagia. Seakan tahu apa yang sedang kurasakan.... kebahagian.... kebahagiaan yang menyelimuti relung-relung jiwaku. Kebahagian yang membuncah dalam dada. Seperti bahagianya Hawa bertemu Adam di jabal rahmah. Seperti bahagianya bunga-bunga bermekaran menyambut musim semi. Seperti bahagianya tanah kering kerontang disiram hujan deras. Seperti bahagianya kicauan burung menyambut sinar pagi. Terima kasih ya Allah.... Engkau telah mengabulkan doaku. Adzan subuh pun berkumandang. Allahu akbar Allahu akbar....

Membuka hari dengan kebaikan

Membuka hari memenuhi panggilan

Sujud dan rukuk penghambaan

Tunduk dan taat seorang hamba

Menengadah tangan pada yang Kuasa

Untaian-untaian doa dipanjatkan

Hanya mengharapkan keridhoan

Ikhlas dan tunduk pada ketetapan 

Dua SisiWhere stories live. Discover now