Biodata

17 1 0
                                    


Sedangkan di Depok yang jauhnya ratusan kilometer, murobiyah dan teman-teman halaqoh datang menjenguknya

" assalamu'alaikum " sang murobiyah mengucap salam sembari mengentuk pintu.

Sedangkan teman-teman halaqohnya berdiri dibelakang murobi mereka. Seorang perempuan berkerudung coklat membukakan pintu, merekapun masuk dan duduk di ruang tamu. Mereka disambut hangat perempuan tua itu yang tak lain adalah ibu teman mereka yang sedang sakit. Kakak dan istrinya juga menghampiri mereka di ruang tamu, teman-teman ' dia ' dipersilakan masuk ke kamar. Kini hanya berempat orang yang ada di ruang tamu, mereka akan membahas hal yang sangatlah penting...

" Pertama saya mohon maaf baru sempat menjenguk karena kesibukan saya yang tak bisa ditinggalkan dan kehadiran saya di tempat ini selain menjenguknya juga akan menyampaikan amanah dari seseorang.... alhamdulillah kebetulan sekali saya bisa bertemu ibu langsung di tempat ini..." sang murobiyahnya membuka pembicaraan. Ibu, kakak dan mbakyu menyimak saja.

" begini awal ceritanya..... dua hari sebelum anak ibu pulang kampung saya menerima amplop coklat berisi biodata seorang ikhwan.... amplop coklat dari murobi ikhwan tersebut.." sang murobiyah melanjutkan.

Sang murobiyah diam sejenak menunggu reaksi yang hadir..

" lalu...? " sang kakakpun penasaran sedangkan ibu dan mbakyu masih diam

" namun... baru kali ini saya sempat datang kemari ingin menyampaikan pesan ini...... biodata ikhwan dalam amplop tersebut tak lain adalah teman anak ibu sendiri. Teman mengajar di sekolahnya yang kini sudah pindah mengajar pada salah satu pesantren di Ciamis, ikhwan ini ingin menggenapkan separuh dien, ingin serius menjalin hubungan yang halal..... toh dia juga cukup dewasa untuk mengakhiri masa gadisnya.....tapi ala kulli hal semua keputusan kembali kepada bapak dan ibu sebagai keluarganya." sang murobiyah mengakhiri.

" Siapa nama ikhwanya. ....? " tanya sang kakak penasaran.

Sang murobiyahpun menyampaikan hal ihwal sang ikhwan tersebut. Tampak sang kakak terkejut ketika mendengar nama ikhwan tersebut, begitu juga istrinya. Nama yang tak asing bagi mereka, nama sesosok ikhwan yang pernah hadir dalam keluarga mereka walau hanya beberapa hari, pada sepuluh hari terakhir Ramadhan kemarin. Walau hanya beberapa hari, mereka sangat kenal budi perangainya, segala kebaikannya dan tingkah lakunya. Sesosok ikhwan yang pernah dicoba untuk dijodohkan dengan adik mereka.

" Kalau kami sebagai kakak dan iparnya setuju saja dengan ikhwan tersebut.... tak ada halangan bagi kami... kalaulah mereka.... .adik kami dan ikhwanya jodoh... kami tak ingin lama-lama, kami ingin prosesnya dipermudah dan lebih cepat lebih ahsan. Tapi semua keputusan kembali kepada adik dan ibu kami.... toh nanti adik kami yang akan menjalaninya " Sang kakak menyudahinya dan menerima amplop coklat tanda setuju dengan calon ikhwannya, tinggal adik dan ibunya untuk menerima dan memberikan persetujuan. Sang murobiyahpun minta izin untuk menjenguk mad'unya yang sakit dalam kamar.

Tinggal bertiga orang di ruang tamu

" adikmu itu sakit bukan karena penyakit.... adikmu sakit karena cinta dan rindu pada sang pujaan hati dan semua itu ia tutup-tutupi, tak ingin ada seorangpun mengetahuinya..... semua ditumpahkan kepada sang pemilik hati, hanya bisa berdoa kepada yang Maha berkendak.... dan kini ibu tahu siapa sang pujaan hatinya.....yang menguasai cinta dan rindunya..... ibu mengetahui ketika nama seorang laki-laki disebut beberapa kali saat dia mengigau, dan ibu yakin nama laki-laki yang disebut adalah ikhwan dalam amplop coklat tersebut karena nama itulah yang diucap ketika pingsan..." ibu diam sejenak, kakak dan istrinya tampak terkejut mendengar penjelasan ibu.

" Toh kalian sudah tahu siapa ikhwan tersebut.. ibu juga setuju karena ini akan menjadi obat untuk adik kalian dan semoga ini menjadi pilihan terbaiknya.... untuk itu coba hubungin ikhwannya ........ besok suruh datanglah kemari dengan keluarganya...." ibu melanjutkan.

" lalu bagaimana dengan adik kita .... bukankah dia belum melihat isi amplop coklat ini..? " sang kakak sedikit ragu.

" insya Allah .... wirasat seorang ibu tak melenceng..... kau tak perlu ragu.... hubungin ikhwan saja tersebut secepatnya agar keluarganya bisa menyiapkan segala sesuatunya.... dan besok kita siapkan penyambutan... kita undang murobiyah dan teman-teman adikmu . Juga tetangga dekat kita..tapi tak usah kalian beritahu perihal ini pada adikmu " perintah ibu.

Sang kakak dan istrinya hanya diam mendengar permintaan orang tua mereka. Sang kakak dan istrinya tak bisa menolak permintaan orang tua mereka. Sang kakak segera meraih hp kemudian duduk di teras rumah menghubungi ikhwan tersebut.

Di pesantren sang ikhwan baru saja selesai mengajar waktunya untuk istirahat, ia bergegas ke masjid menunaikan shalat Dhuha. Dua rakaat ditunaikan doa waktu dhuha dipanjatkan. Hpnya berdering tanda ada panggilan masuk dari seseorang yang sudah ia kenal,

" pasti ada hal penting yang ingin disampaikan " kata hatinya.

Ia segera meraih hp nya

" assalamualaikum akh...pak kabar? " suara didalam hp

" alhamdulillah sehat pak " jawabnya singkat.

" begini akh..... titipan amplop coklat antum sudah kami terima.... dan ana ngga nyangka klo biodata antum yang ada dalam amplop itu.... insya Allah kami sekeluarga menerima antum.... dan kami sekeluarga menunggu kedatangan antum sekeluarga di Depok besok...." sang kakak menjelaskan.

Ikhwan tersebut kaget seakan tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

" insya Allah pak .....besok saya siap.... " jawabnya singkat

" syukron akh....ditunggu ya..." balas sang kakak mengakhiri pembicaraan.

Sang ikhwan meletakkan hpnya di atas karpet kemudian segera sujud syukur....melantunkan tasbih dan doa kesyukuran atas kenikmatan yang baru saja ia dengar....sujud panjang yang berbuah air mata kesyukuran dan kebahagiaan. Bersyukur atas di kabulkannya doa selama ini, bersyukur bisa melihat wajahnya lagi, bersyukur atas obat hatinya yang lama ia tunggu selama ini.

Ia pun bangkit dan menghapus air matanya. Segera ia ingin sampaikan kabar gembira ini pada sang Mudir. Karena ia harus segera minta izin pulang menyiapkan segala sasuatunya untuk datang ke Depok. Mungkin akan izin barang 3 atau 4 hari ke depan, alhamdulillah setelah menemui sang Mudir ia mendapat ucapan selamat dan izin. Iapun segera undur diri untuk bergegas pulang ke Panjalu. Perjalanan pulang yang penuh kebahagiaan, dadanya dipenuhi dengan rasa gembira di hati, senyumnya mulai mengembang mengalahkan rembulan kala purnama, kebahagian yang membuncah, kebahagiannya yang memenuhi relung relung jiwanya. Tak sadar matanya berkaca-kaca, memandang hamparan langit nan luas.

Sesampainya di rumah ia segera menemui Mamah dan Abahnya yang sudah menunggu kedatangannya sedari tadi di ruang tamu. Mamah dan Abahya sudah menunggu karena sebelumnya sudah mendapat kabar kepulangannya. Ia segera memeluk Mamahnya yang sedang duduk

" terima kasih Mamah atas doa-doanya....alhamdulillah doa Mamah dan Aa terkabulkan.. sekarang Aa mohon restu dari Abah dan Mamah....agar langkah ini menjadi berkah.... untuk itu kita diperkenankan datang ke Depok besok pagi.. "

Mamahnya meneteskan air mata haru sambil memeluknya. Abahnya tampak diam menyaksikannya.

" baiklah .... ! besok pagi kita berangkat ke Depok.. Mamah...! siapkan segala sesuatunya untuk perjalanan besok...." Abahnya memberi perintah.

" Aa sekarang istirahat dulu... agar besok tampak segar " Mamahnya mencium keningnya sebelum ia beranjak ke kamar.

Di kamar ia merebahkan punggungnya, merilekskan kepenatan yang ada, tapi wajah bahagianya masih nampak sekali, terseyum sendiri di kamar. Dadanya mulai lapang menyambut kemanisan datang.

" alhamdulillah ya Allah.... Engkau kabulkan doaku...., aku belum shalat ashr .... kewajiban ini tak boleh ditinggalkan sebagai bukti kesyukuran atas segala kenikmatan yang Allah berikan ..." gumannya dalam hati.

Dua SisiWhere stories live. Discover now