Chapter 2

80 11 2
                                    

Zaki meletakkan gelasnya di meja, sesaat setelah Gathan meletakkan gelasnya.

"Darah monyetnya seger, aku mau lagi. Tapi aku sudah kenyang," ucap Zaki pada Gathan yang sedang memperhatikan kukunya.

"Woi! " ucap Zaki sambil menepuk meja. Gathan terkejut, "Apa?" ucap Gathan tidak ikhlas.

"Bagaimana rasa darah gajahnya?"

"Enak."

"Apa tidak ada komentar lain?"

"Tidak ada."

Zaki membuang tatapannya dan membiarkan Gathan sibuk dengan kukunya.

Gitu aja terus, sampai ayam jantan bertelur, batin Zaki. Sesekali Zaki menatap Gathan yang asyik dengan kukunya. Padahal, tidak ada yang spesial dari kuku Gathan. Mungkin hanya kuku panjang, kotor, dan ada dua kuku yang patah. Memprihatinkan.

Zaki berdiri, hendak meninggalkan Gathan sendiri disana. Zaki mulai melangkah menjauhi Gathan. Namun, Gathan dengan cepatnya menyusul Zaki.

"Teganya dirimu, meninggalkan aku sendiri disana. Apa kau tidak tahu, aku belum mengenal banyak orang disini. Aku hanya mengenalmu dan Rhoiq," ucap Gathan.

"Lagian kamu, sih, merhatikan kukumu saja. Aku dianggap angin lalu."

"Hehehe, maaf."

"Sudah, lupakan saja itu. Sekarang aku mau bertemu Radit."

"Hus. Jangan panggil dia Radit. Panggil dia pimpinan. Tapi aneh, ya, masa pimpinan dunia vampire ini gak terlalu tinggi," ucap Gathan. Zaki tertawa.

"Hahaha. Iya, sih, pimpinan dunia ini pendek. Tapi jangan berani menghina nya ya," pertengahan Zaki.

Kini mereka telah keluar dari gedung itu. Mereka tidak tahu dimana Radit berada. Sehingga mereka harus bertanya pada setiap vampire yang mereka temui.

Akhirnya mereka sampai didepan ruangan Radit. Kastil tua dengan ratusan kelelawar menyeramkan. Nyali mereka mendadak ciut.

"Yuk, masuk," ajak Gathan. Mereka berjalan beriringan. Setelah berjalan cukup lama untuk mencari ruangan Radit. Akhirnya, mereka menemukan ruangan Radit.

Zaki mengetuk pintu berulang kali hingga akhirnya Radit membukakan pintu.

"Oh, Zaki dan Gathan. Ada apa kalian kesini."

"Aku nggak tahu. Tapi Zaki tahu," ucap Gathan dengan nada datar dengan polos tanpa dosa.

Zaki menatap Gathan dengan gemas. Ia ingin sekali meremukkan tubuh gemuk Gathan.

"Hmm... Aku mau tanya. Tempat tinggal kami dimana. Um... Lebih tepatnya rumah atau ruangan untuk kami," tanya Zaki.

"Kalian tinggal di kastil ini. Kalian belok saja ke kiri, lalu belok ke kiri, kalau bertemu dengan ruangannya menteri, kamu belok ke kiri, lalu belok ke kiri lagi. Jalan terus dan di  sebelah kanan itu ruangan kalian."

"Terima kasih, pimpinan."

Radit hanya tersenyum dan segera menutup pintu. Membiarkan Zaki dan Gathan mematung di depan pintu ruangannya.

Zaki dan Gathan segera mencari kamar mereka. Mereka berjalan mengikuti instruksi dari Radit. Mereka bertemu dengan ruangan menteri. Di pintu tertulis, RUANGAN MENTERI MEME. WILDAN WICAKSONO.

"Oh, jadi di dunia vampire ada menteri meme. Unik sekali," ucap Gathan. Lalu Zaki mengajak Gathan untuk meneruskan perjalanan. Hingga akhirnya mereka menemukan ruangannya.

"Than, kamu sadar nggak."

"Apa, Zak?"

"Ruangan kita ini tepat didepan ruangan pimpinan."

"What! Jadi dari tadi kita cuma berputar-putar saja?" ucap Gathan dengan ekspresi tidak percaya. Zaki mengangguk.

"Dasar si Radit!" ungkap Gathan.

Pintu di belakang mereka berbunyi. Radit keluar dari ruangannya. "Berani sekali kalian memanggilku dengan namaku. Sudah ku katakan sebelumnya kalau kalian harus memanggilku pimpinan."

"Ini salah Gathan. Aku tidak memanggilmu dengan namamu. Suer," ucap Zaki dengan mengangkat jarinya membentuk huruf v.

"Gathan, kali ini kamu dimaafkan. Dasar vampire noob!"

Raditya membanting pintu dengar keras. Gathan mematung. Zaki segera masuk ke ruangannya disusul Gathan. 

***

Zaki tak sadar, dia telah merenung begitu lama di taman. "Zaki!" ucap seseorang dengan keras sehingga membubarkan lamunan Zaki.

"Eh, Gathan. Kamu ganggu saja."

Gathan ikut duduk di samping Zaki sambil sedikit tertawa. "Kamu sih, dari tadi ngelamun aja."

"Hehehe, maaf."

"Lah ngapain minta maaf?"

"Gak tau."

"Oh, ya, kamu melewatkan traktiran kue red velvet dari Rhoiq loh."

"Yang benar?" Zaki terkejut.

"Iya, aku nggak bohong."

Zaki cemberut dan... Menangis. "Lah, malah nangis. Tapi bukan aku ya, yang buat kamu nangis. Toh, itu salah sendiri," ucap Gathan membela dirinya.

Zaki mengusap air matanya. Matanya masih nampak sayu. "Red velvet," ucap Zaki lirih.

Tiba-tiba para vampire berterbangan menuju aula. Zaki dan Gathan juga ikut terbang karena penasaran dengan apa yang terjadi.

"Pimpinan harus turun jabatan! Pimpinan seperti itu tidak pantas untuk berada di dunia vampire," teriak seorang vampire.

Zaki dan Gathan memasang wajah bingung. Dan setelah mengamati beberapa saat, mereka tahu bahwa seluruh vampire berdemo agar Radit segera turun jabatan.

"Pimpinan noob. Tukang tipu, korupsi hobimu!" teriak seorang vampire.

Gathan mendekatkan tubuhnya pada Zaki. "Zak, rupanya si Radit itu tukang korupsi ya. Miris deh. Udah galak, sok cool, eh malah korupsi,"  ucap Gathan sedikit berisik.

Tiba-tiba semua vampire memberi jalan kepada segerombol orang yang terlihat menggiring Radit ke pengadilan. Semua vampire meninggalkan aula dan pergi mengiringi Radit yang akan disidang hari ini juga.

The Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang