Pertemuan kedua

1.4K 163 13
                                    

[Beam]

Aku tidak pernah pandai berbicara dengan orang lain sejak masih kecil. Mungkin karena aku selalu sendirian sampai saat ini.

Piring berisikan daging yakiniku dengan ekstra bawang bombay. Ya aku sekarang ada di tempat makan kesukaanku.

Pelayan tadi meletakkan piring itu diatas meja didepan wajahku,

Aku mendongakkan kepalaku,

*Imajinasi Beam

Pangeran CEO bermata biru ternyata yang memberikan satu piring daging penuh bawang bombay tadi.

"Penuh dengan bawang bombay, benar?" kata Pangeran bermata biru tadi.

"Iya!" jawabku cepat,

"Dan ini satu telor mata sapi untukmu." kata Pangeran tadi, aku suka! Dia tahu apa yang aku suka.

*Alam Sadar

Pelayan asli datang dengan tubuh sangat kurus, dengan tangan yang sedikit berbulu,

"Ini satu paket nasi daging yakiniku ekstra bawang bombay." ditaruhnya diatas meja didepanku.

"Tolong satu telor mata sapi." kataku memesan.

"Baik." jawab pelayan tadi mengambil pesananku kedalam.

.
.

Aku memiliki kebiasaan melamun setiap kali terjadi sesuatu.

Setelah selesai makan, aku keluar dari restaurant, karena tiba-tiba turun hujan, memaksakan kakiku melangkah cepat berlari, mencari tempat teduh.

Mataku berkeliaran mencari tempat yang tepat.

Disitu tempat biasa kebanyakan orang memesan kopi, dipinggir bangunan cafe itu berdiri tenda berwarna hijau, dibawah tenda ada celah kosong disana, disitu aku meneduh.

Lalu disaat bersamaan, dua sejoli yang juga berniat untuk berteduh, kebasahan seperti aku saat ini, mereka sedang berinteraksi memamerkan kemesraan didepanku.

"Aku tidak tahu kalau perkiraan cuaca hari ini berkata akan turun hujan." kata si wanita itu, mengusap rambut si pria yang lepek karna kebasahan.

Begitupun si pria itu merogoh kantungnya, mengambil sapu tangan di lap dengan teliti rambut sang wanita dengan sayang.

Aku pun buruk dalam hal yang berbau romantis.

Aku cuma bisa tersenyum kagok, melihat mereka disana, ada rasa ingin walau sedikit.

.
.
.

-Dikantor-

Si manager killer selalu saja mengangguku, menyuruh ku ini itu,

Dan sekarang aku terpaksa membawa satu kardus besar berisi, file dan dokumen penting, diperintahkan membawa ini kelantai lima ruang rapat para pejabat penting perusahaan ini.

Aku dengan langkah gontai membawa kardus ini ditopang dengan kedua tanganku.

Ah pintu lift itu terbuka,

Dengan gerakan cepat, aku masuk ke dalam lift, aku terkesiap, melihat Pangeran bermata biru disana.

"Lantai berapa?" tanyanya.

"Li-lima.'' jawabku gugup.

Lalu dia menekan angka lima di deretan banyak angka di sisi kanan lift.

*Imajinasi Beam

Si Bos gendut di sandera oleh si Pria ksaria, diikat tubuhnya dengan tali hitam besar-besar hingga tidak mampu bergerak.

Si ksatria tadi membawa pistol besar nya diacungkan ke arah kepilipis si bos gendut tadi.

TelepathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang