Phana

1.1K 144 6
                                    

[Phana]

Seandainya ada orang yang bertanya, apa kau merasa spesial karena bakatmu?

Atau

Jika ditanya seseorang, apakah kau merasa senang karena bakatmu?

Sudah pasti jawabanku, 'Tidak'

Bakat yang aku miliki saat ini lebih menjadi boomerang dalam hidupku. Aku jadi terlalu khawatir berdekatan dengan orang lain, karena aku bisa mendengar pikiran dan hatinya.

Secara langsung, aku bisa mengetahui apakah orang itu tulus atau tidak berteman denganku, bukan karena aku berasal dari cucu orang kaya, atau karena aku seorang model yang terkenal.

Aku bukan P'Forth atau Ming adik bungsuku. P'Forth yang piawai dengan pekerjaan dibalik meja, sudah pasti ditunjuk Nenek sebagai penerus perusahaan keluarga.

Beda hal dengan Ming, dia seperti almarhum Grandpa, dia sangat ahli dalam bidang arsitektur design.

Aku dengan wawasan yang pas-pasan, kelebihan yang aku punya dan itu aku sadari, tubuhku yang tinggi dan tidak sedikit orang bilang bahwa aku ini tampan,

Aku memanfaatkan fisikku dengan mencari uang, paling tidak agar keluarga ku menganggap aku mempunyai eksistensi, bukan hanya mengadah tangan meminta uang, menguras tabungan keluarga.

Ada satu lagi yang ingin aku ceritakan,

Ku pikir hanya aku saja yang mempunyai orientasi yang beda, aku baru saja tadi malam, mendapati kakak tertuaku itu membawa pujaan hatinya ke rumah, dengan bangga tanpa rasa malu, menunjukkan bahwa kekasih hatinya yang berhasil merebut hati pria kaku itu adalah seorang pria, Beam.

Aku sekarang di sela kosongku, berada di cafe kopi dekat dimana gedung agensi ku berada,

Aku duduk dengan santai, menopang pipiku dengan telapak tanganku, memandang manager mungilku yang sedang sibuk menjelaskan panjang lebar kali sisi siku-siku, kegiatan yang akan aku jalankan sebagai model atau keartisanku satu bulan kedepan.

Dialah Wayo, sahabat ku dari kecil, yang umurnya seumur dengan Ming, aku sengaja menunjuknya sebagai manager pribadiku, agar aku bisa terus dekat dengannya, melihatnya setiap hari,

Walaupun,

"Bolehkah malam ini aku kerumahmu?" tanya Wayo.

Dan satu lagi, dia pun tidak mengetahui bahwa aku adalah mind reader.

Aku tahu tujuannya datang kerumahku, bukan untuk bertemu Ming ataupun aku,

"Boleh." jawabku dengan senyum dipaksakan. Sambil mengaduk teh hijau yang ada didepan ku sekarang.

"A-apakah P'Forth ada?" Iya, akhirnya dia ucapkan juga nama itu, jujur aku cemburu, tapi apa boleh buat? Memang Wayo dari dulu, matanya hanya tertuju pada kakakku yang dingin, kaku dan kurang ekspresi itu.

"Sepertinya." jawabku malas.

"Besok ulang tahun P'Forth, aku hanya datang untuk say hi." katanya.

Aku ingin sekali bertemu P'Forth, apa kabarnya dia sekarang setelah dua tahun lamanya pergi ke Perancis demi mendapat gelar master, aku rindu.

Inilah salah satu yang aku benci dengan bakatku, orang yang aku cintai malah sibuk memikirkan oranglain, dan isi pikirannya penuh dia.

Kado apa yang sebaiknya aku bawa? P'Forth pasti mempunyai barang-barang yang mahal.

"Jangan menilai dari harga, jika kau tulus dia juga akan senang menerimanya." Jawabku membaca gumamannya.

TelepathyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang