Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jihoon tidak tahu. Dia tidak mau tahu lagi. Mendekap selama 3 hari dikamar adalah pilihannya.
Segala kenangannya dengan Guanlin selalu melintas dan bayangan Guanlin yang mati ditengah misinya selalu menghiasi benak Jihoon. Ia takut. Dan rindu.
Keesokan harinya saat Jihoon terbangun di kamar Guanlin, Jihoon tidak mendapati Guanlin dimanapun. Ia merutuki kebodohannya yang malah tertidur bukannya mencegah Guanlin untuk tidak pergi. Dan Dr Minhyun mengatakan kalau Guanlin sudah dibawa oleh keluarganya tadi malam. Keluarga Guanlin juga tidak ingin membangunkan Jihoon yang terlihat sangat nyenyak. Mereka menyampaikan rasa terimakasih kepada Jihoon yang sudah menjaga Guanlin selama masih dirawat disini.
Ternyata First Kiss yang didapatkan Jihoon adalah sebuah ciuman perpisahan.
Dan disinilah ia sekarang, mengambil sebuah pisau di laci paling bawah. Dengan keadaan gelap gulita karena Jihoon tidak menyalakan lampu dan menutup pintu serta jendela rapat-rapat. Ia hanya ingin menganggap ini semua mimpi.
Bibi Minki sudah sering menangis di depan pintu kamar Jihoon. Paman Jonghyun selalu menyempatkan diri untuk membujuknya keluar walau ia sedang sibuk sekali. Woojin dan Hyungseob tak kalah heboh, mereka yang paling sering berbicara di depan pintu kamar Jihoon. Dan jangan lupakan Baejin yang selalu datang untuk menyuruhnya keluar dari kamar.
Tapi Jihoon tidak peduli. Tidak sama sekali. Akal sehatnya hilang.
Baejin sedang berbicara di depan pintu kamar Jihoon. Awalnya Baejin berbicara baik-baik tapi lama kelamaan ia kesal juga karena tidak mendapat respon sedikitpun. Baejin khawatir, sangat.
"Aku sudah tidak peduli lagi Jihoon! Aku takut kau kenapa-napa. Akan kudobrak pintu kamarmu!"
Setelah berbicara dengan lantang, Baejin mulai mendobrak pintu kamar Jihoon.
Bibi Minki dan Woojin yang baru saja sampai dikediaman park itu langsung berlari menuju sumber keributan.
"Apa yang kau lakukan Baejin!" ucap Woojin
"Bantu aku dobrak pintunya. Sepertinya Jihoon menaruh meja di balik pintu."
Tanpa berpikir panjang. Woojin membantu Baejin untuk mendobrak pintu.
Woojin juga kesal sekaligus khawatir. Ia kira Jihoon memang butuh waktu sendiri, tapi tidak sampai 3 hari tidak keluar kamar sedikitpun. Bahkan mengeluarkan suara pun tidak. Dan sekarang Woojin mendengar kalau Jihoon menaruh meja dibalik pintu? Oh Hell! Ini menjengkelkan sekali. Ia bingung kenapa Jihoon seperti ini.
"Dasar Park Jihoon Bodoh! Sebenarnya ada apa denganmu?! Kan sudah kubilang jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan orang gila! Kau jadi gila sekarang" Woojin berteriak dan mengeluarkan tenaga lebih besar untuk mendobrak pintu mengabaikan rasa nyeri di bahunya, begitupun dengan Baejin.