KARAVIAN #2

115 25 6
                                    

Perhatian lo masih sama. Sama, persis saat lo dulu narik tangan gue dan menjepitnya di ketiak lo. Mau tau rasanya? Anget banget *_*

🐛🐛🐛

Seorang gadis tengah berlari menuju halte untuk meneduh, seluruh bajunya basah karena derasnya air hujan. Dia pun segera duduk dibangku halte dan mengecek barang yang ada didalam tas nya apakah basah atau tidak, dan Kavina bersyukur seluruh barang yang ada didalam tasnya tidak basah.

Hawa dingin mulai menusuk kulitnya, sudah 30 menit hujan tidak mereda dan selama itu lah Kavina menahan rasa dinginnya. Bibirnya mulai memucat, tangannya mulai berkerut, dia pun menggosok-gosok tangannya agar mengurangi suhu dinginnya hujan.

Selama 30 menit pula seseorang memperhatikan Kavina dari tempat duduk paling ujung, merasa khawatir. Namun dirinya tidak bisa mendekati Kavina karena banyak orang yang sama ikut meneduh di halte itu.

Satu per satu pengunjung halte berkurang, Kavina masih sibuk menunduk dengan meniup dan menggosok kedua telapak tangannya tanpa melihat keadaan sekitarnya. Hingga seorang pria menghampiri dengan melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Kavina yang sedang kedinginan.

Kavina kaget, dia merasakan ada sesuatu yang menimpa tubuhnya. Ia menoleh kesamping melihat ada sebuah jaket yang sudah menutupi tubuhnya.

Kavina menegakkan tubuhnya dan melepaskan jaket itu dan meletakkannya disamping, "maaf saya gak bisa memakainya"

"Kenapa?" tanya pria itu, Kavina tidak bisa mendengar jelas jenis suara yang diucapkan pria itu karena suara gemuruhnya air hujan.

"Saya gak bisa memakai sesuatu dari orang yang belum saya kenal" kata Kavina sopan.

Ia masih belum menoleh kearah yang sedang berbicara dengannya.

"Sebelum lo mengatakan sebuah pernyataan, lihatlah orang itu terlebih dahulu" sanggah pria itu.

"Emang bener gak kenal sama gue?" lanjutnya.

Kavina menoleh dan kaget melihat seorang pria sedang tersenyum manis kearahnya.

Mantan gebetan gue , batin Kavina.

"Udah kenal, hmm?" tanya pria itu dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Raffa?"

Raffa mendesah pelan, "emang yang mirip gue siapa lagi?"

"Bukannya kamu sekolah di..."

"Udah gak lagi Kav, gue bosen sekolah diluar, gak rame karena gak ada lo"

Kavina tertegun, kemudian ia tak merespon perkataan Raffa. Kavina diam sambil menutup matanya, giginya menggerutu menahan dinginnya cuaca.

Raffa panik, ia pun mengambil jaketnya yang ada disamping Kavina dan memakaikannya, tiba-tiba tangannya berhenti, "Pake jaket gue ya Kav?" izinnya.

Kavina mengangguk, Raffa tersenyum lebar, dia pun melihat jam ditangannya, waktu sudah menjelang petang. Namun dirinya dan Kavina masih berada di halte karena hujan yang belum reda juga.

Kavina merasakan suhu badannya sedikit lebih normal dan mulai menghangat dengan menggunakan jaket yang ia pakai sekarang. Seulas senyum tercetak dibibir gadis ini tanpa sepengatahuan seorang pria disampingnya.

Kini yang berada di halte hanya mereka berdua, banyak orang lain yang menelfon keluarganya untuk menjemputnya karena kesal berlama-lama di halte. Sedangkan Kavina tidak dapat menghubungi Mama nya karena baterai ponselnya lemah.

"Sekolahmu dimana sekarang?" tanya Kavina mencoba membuyarkan kecanggungannya bersama Raffa.

Raffa menoleh, "ngomong sama gue?"

KARAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang