KARAVIAN #8

87 21 1
                                    

Mulailah menata masa depan dari sekarang, jika tidak kamu akan terus-menerus bergulung di areanya masa lalu.

-Kavina Vanesya Saputri-

Jangan menyepelekan masa lalu, masa depanmu diukir pasti karena musibahnya masa lalu, maka berterima kasihlah...
Jika bisa, kembalilah...

-Raffa Aldiano Pramesta-

*

Bantu share cerita ya ini teman-teman, aku akan sangat berterimakasih, meski tdk secara langsung wkwk^^

🐛🐛🐛

Untuk hari kedua ini jangan sampai Kavina harus terlambat ke sekolah. Dirinya sudah siap untuk pergi berangkat sekolah seperti biasa tanpa diantar oleh Papa dan Mama termasuk kakaknya Devan.

Papanya sedang tidak ada dari 2 minggu lalu di rumah karena urusan bisnisnya diluar kota, sedangkan kakaknya tidak bisa diandalkan bagi Kavina. Rasanya dia sendiri tidak punya saudara dan hanya menjadi anak satu-satunya.

"Gak bareng kakak kamu?"tanya Mama Laras.

"Ma.. Kemarin aja dia dibarisin didepan pas upacara, Kavina gak mau ikut kesiangan lagi" tolak Kavina, dia tidak sadar dengan ucapannya sendiri.

"Kesiangan lagi?" tanya Mama nya.

"Eh eh bukan, maksudnya kesiangan kayak kak Devan gitu, Kavina kan anak baik Ma" ucap Kavina beralasan lain.

"Yasudah kamu hati-hati ya"

"Iya ma, Kavina pamit"

Kavina berjalan keluar rumah dan membuka gerbangnya, dirinya terkejut melihat kehadiran sosok yang ingin ia hindari, siapa lagi jika bukan Raffa.

"Pagi" sapa Raffa.

Kavina menjawabnya malas, "pagi"

"Ngapain disini? Gue mau berangkat sendiri" ketus Kavina.

Raffa tersenyum kecil setelah itu ia pun berbicara, "emang siapa yang mau nungguin lo?"

Kavina menggigit bibir bawahnya malu, namun dia berusaha tetap tenang, "Terus lo nungguin siapa?"

"Gue" Devan membuka gerbangnya langsung menghampiri dan membawa helm yang dibawanya Raffa.

"Gue mau nebeng sama dia, sirik lo?!" ejek Devan.

"Eh apaan, enggak!" balas Kavina menyentak.

"Emangnya motor lo kenapa cakap?" tanya Raffa pada Devan, membuat Devan dan juga Kavina menautkan alisnya bingung.

"Cakap?" ulang Devan.

"Iya, Calon kaka ipar" jawab Raffa tersenyum lebar.

"Oh, motor gue lagi di bengkel, kemarin abis amuk-amukan dibawa ke sungai"

"Sungai? Ngapain?" tanya Raffa bingung.

"Balap renang" jawab Devan santai. "Dia terlalu exited, jadi dia sakit"

Raffa menganggukan kapalanya mengerti, meskipun ini tidak masuk akal. Kavina menggaruk kepala sambil menggelengkan kepala, mengapa dia punya saudara kakak seperti Devan, dan berkumpul dengan orang-orang sengklek seperti Raffa? Intinya Kavina sekarang harus lebih bersabar untuk menghadapi hari-hari kedepannya.

Kavina berbelok, berjalan menuju trotoar untuk menunggu angkutan umum. Devan menepuk bahu Raffa yang sedang melamun.

"Sorry nih ya kalau gue nebeng lo hari ini, gue ada tugas di sekolah pelajar Bu Terri, UGD banget kalau gue gak ngerjain" keluh Devan.

KARAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang