KARAVIAN #9

94 22 3
                                    

🐛🐛🐛

"Ucuupp!!!!! Balikin gak?!"

"Kata daddy Raffa, ucup gak boleh ngasih ini sama mommy kakav"

"Kakav kakav, lo kira gue ikan hah?!" sentak Kavina tak terima dengan sebutan itu.

"Cepetan balikin! Itu parfum mahal banget woiii!"

Gelak tawa seisi kelas mengiringi ruang kelas X-IPS 1. Kavina terus mengejar Ucup yang tengah membawa parfum mahal miliknya. Jam pertama dan kedua mereka free class karena gurunya yang tidak masuk dan tidak menugaskan apapun. Jadi mereka bebas untuk melakukan apa saja asalkan jangan keluar kelas.

Kedua temannya Citra dan Gita tak menghiraukan Kavina yang terus berlari mengelilingi kelas mengejar Ucup karena mereka berdua sedang beradu bermain Piano Tiles, dengan taruhan siapa yang menang dia yang akan mentraktir dijam istirahat nanti.

"Woi citra bantuin gue!!" teriak Kavina sambil mengejar Ucup.

"Entar" jawab Citra.

"Gitaaa buruan lo hadang Ucup disana!" teriak Kavina lagi.

"Apaan sih lo Vin teriak-teriak gajelas, lagi khusyuk nih" ucap Gita tak berpaling sedikitpun dari ponselnya dengan menggerakan ibu jarinya dengan sangat lincah.

Raffa menyilangkan kedua tangannya didepan dada dengan kaki yang diulurkan ke atas meja tertawa keras melihat Kavina yang terus mengejar Ucup karena perintahnya. Ya, dalang dari masalah ini adalah Raffa.

"Lempar sini Cup" sahut Arip yang sudah bersiap-siap menengadahkan kedua tangannya untuk menangkap. Namun sial, Ucup melemparnya cukup jauh hingga botol parfum itu mengenai jidatnya.

Pletakk

"Si sucup, bisa ngelempar gak sih?!" geram Arip yang sedang memegang dahinya yang terasa nyud-nyudan.

Kini botol parfum itu berada disamping sepatunya Arip, Arip masih belum membawanya karena sedang mengaduh kesakitan. Tanpa pikir panjang Kavina berlari menghampiri Arip dan segera membungkuk untuk membawa botol parfumnya. Namun sial, dengan sigap Raffa mengambil itu terlebih dahulu, membuat Kavina semakin marah.

"Cepet lo balikin atau gue..."

"Apa??" tanya Raffa mengangkat kedua alisnya. "Kalau mau ya sini" ujar Raffa sambil melambaikan tangannya.

"Enggak!" tolak Kavina, ia berbalik membelakangi Raffa.

"Kasihan banget nih parfum udah mahal-mahal malah dibuang" goda Raffa sambil memutar-mutar tutup botolnya.

"Ih Raffa balikin!" Kavina sudah tidak tahan, ia menghampiri Raffa dan berjinjit untuk mengambil parfum miliknya yang sedang Raffa acungkan keatas. Tubuh Raffa memang tinggi, tinggi Kavina hanya sejajar dengan hidung Raffa.

Jadi, jika Raffa nanti sudah menjadi imamnya Kavina, ia tak perlu membungkuk untuk mencium keningnya Kavina.

Atau bahkan mustahilnya ia yang akan berjinjit.

"Raffa balikin gak?!" sentak Kavina.

"Cewek tuh gak boleh pake parfum"

"Balikin enggak?!"

"Kata pak Mustakin, perempuan itu gak boleh pake parfum, sekalipun tercium oleh laki-laki itu namanya zina" ucap Raffa mengingat pesan guru agamanya dulu saat SMP.

"Lo inget kan pesan Pak Mustakin?" lanjutnya bertanya.

"Yaudah cepet balikin!" geram Kavina yang tak kunjung mendapatkan parfum mahalnya itu.

KARAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang