KARAVIAN #11

94 14 0
                                    

Semakin banyak kita mengenal seseorang, maka akan semakin banyak pula kita mengetahui berbagai masalah dan cerita yang ia ungkapkan.

-Kavina Vanesya Saputri-

🐛🐛🐛

Sehabis pulang sekolah Kavina segera menuju dapur, disiapkannya beberapa alat dan bahan untuk memasak semur jengkol termasuk ponselnya untuk membrowsing bagaimana cara memasaknya.

Setelah sekian beberapa menit Kavina selesai memasaknya, hatinya ragu, takut rasanya tidak memuaskan. Namun dia optimis, karena memasak ini itu penuh dengan cinta.

Eh eh tidak tidak, memasak semur jengkol ini penuh dengan paksaan dari si konsumen.

Dua orang pasang mata terkikik geli melihat Kavina yang nampak bingung akan dimasukkan kemana semur jengkolnya, piring ataukan misting?

Yasudah, daripada dibuat bingung, Kavina akan mengantarkan kerumah Raffa menggunakan wajan. Biar si konsumen merasa puas memakannya dan juga percaya bahwa ini adalah masakan buatannya.

"Adik kamu itu memang polos banget ya" ucap Mama Laras sambil tersenyum.

"Bukan polos, itu mah beong aja dianya pake bawa wajan segala " Devan tertawa, Mama Laras langsung mencubit pinggangnya menyuruh diam agar tidak ketahuan oleh Kavina.

"Sakiitt moms" ucap Devan lirih.

"Makannya jangan kenceng-kenceng" sahut Mama Laras memelototkan wajahnya.

"Kenceng gimana ma?" tanya Devan polos, padahal dalam hatinya ia sedang menahan tawanya.

"Ishh otak kamu mulai deh!"

Devan terkekeh geli dan kembali melihat apa yang akan dilakukan oleh Kavina selanjutnya.

Kavina menyimpan celemeknya dikursi dan membawa wajan berisikan semur jengkol sambil berjalan keluar rumah.

Mama Laras dan Devan saling pandang, sama-sama menautkan alisnya bingung. "Wajan?" ucap mereka berbarengan.

Kavina susah untuk mengetuk pintu. Disimpan terlebih dahulu wajannya dikursi yang tersedia didepan rumah Raffa.

Tok tok tok

Raffa membuka pintu, dan sedikit terkejut, "eh calon istri" sapanya, Kavina memutar bola matanya malas.

Kavina segera membawa wajan dan mendorong badan Raffa untuk menghindar dengan wajannya, Raffa memegang pintunya kuat, untung ia tidak terjatuh. Lalu Raffa segera mengikuti Kavina yang hendak pergi ke dapur.

Sama-sama merasa bingung, Raffa pun bertanya, "ngapain bawa wajan kesini? Kan bisa diwadahin"

"Nih!!" ucapnya sedikit membanting wajannya diatas meja makan.

"Biar lo puas makannya, itu buatan gue, dan gue gak mau tau semur jengkol ini mesti habis, gue yang akan jadi saksinya"

"Duhh emang markotop deh calon istri abang, semur jengkol segini mah beuhhh cetek, sekali kicep masih utuh"

"Yaiyalah! Dikicep hungkul mah gak bakalan abis, bege!"

Raffa membawa piringnya dan segera menuangkan semur jengkolnya. Kavina menopang dagu melihat gerak-gerik Raffa, karena merasa diperhatikan, Raffa menoleh, "Kenapa? Mau juga?" tanyanya, Kavina langsung menggeleng kuat.

Raffa menyuapkan isi sendoknya kedalam mulut, Kavina menatapnya lekat-lekat, menunggu jawaban dari si konsumen. Raffa memejamkan mata, Kavina menautkan alisnya bingung.

KARAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang