Part 1

10.4K 561 4
                                    

"Aku bener-bener heran bisa tahan temenan sama kamu.."
Ucapnya kemarin, ketika tidak sengaja kami menghadiri satu pameran seni yang sama di kota.

Ia datang sendirian, padahal biasanya selalu ada Adelia, gadis manja berpembawaan kalem yang selalu mengekornya.
Kemana saja.
Benar-benar seperti anak ayam kepada induknya.

Sangat jauh berbeda denganku, katanya dulu.

Sebagai perempuan, aku terlalu berani kemana-mana sendiri, terlalu mandiri, sehingga ia merasa tak ada gunanya saat bersamaku.

Padahal sejak kapan aku berteman dengannya untuk "menggunakannya", boleh, kan aku memakai istilah itu?

Padahal dengannya aku hanya merasa nyaman.

Jujur, tak banyak laki-laki yang membuatku merasa seperti apa yang kurasakan ketika bersama dia.

Nyaman ketika harus duduk berdua, bahkan sejak saat kali pertama kami berkenalan di aula kampus.

Ia dengan cueknya menghempaskan duduk disampingku, yang seketika membuatku menoleh.

"Kenapa? Aku ga boleh duduk disini?"

Sapaan yang jauh dari kesan baik.

Aku memang tak ingin menjawabnya.
Tipe laki-laki grusa-grusu dan berpembawaan cuek itu memang sama sekali tak masuk hitunganku.

Merasa kuacuhkan, ia kembali berulah.

Tanpa izinku, ia merebut paksa binder yang kubawa sembari mengeja namaku keras-keras.

"RENJANA PRASTIKA PRASETYO.."

Dengan kasar kurebut kembali binderku.

"Apa-apaan, sih.."

Dan dengan mimik jahilnya, akhirnya aku tahu namanya.

"Gak usah sungkan, Jana kalo mau kenalan mah. Pake pelototin bagde namaku segala.."

"Namaku Rere. Gak usah sok akrab, deh.."

Sekali lagi masih tanpa izinku, ia meraih genggaman tanganku.

Sontak aku ingin melepaskan diri, tetapi rasanya genggamannya terlalu kuat.
Dan matanya..

Ya Tuhan, aku belum pernah berhadapan dengan mata elang seperti itu.
Mata yang tanpa ragu membuatku diam, seolah sedang diteliti sampai ke dalam-dalam.

"Aku Sagara Wahyu Putra, biasa, sih dipanggil Saga. Tapi buatmu, saranku sih panggil aja Sayang, gitu.."

Hatiku mengkhianati mimik muka marah yang ingin kutunjukkan kepada laki-laki yang satu ini.

Ada debar hangat yang anehnya langsung memancing refleks-ku untuk tertawa.

Dan dengan tangan yang masih didalam genggaman Saga, aku sekali lagi dibuatnya tertawa dengan kalimat singkatnya.

"Sabtu nanti, ketemu lagi ya... Sayang.."

Segara Renjana (hapus sebagian karena proses penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang