Renjana masih tak memahami kenapa akhir-akhir ini ia seolah sedang kembali diingatkan Tuhan kepada Sagara.
Mulai dari ingatan-ingatan kecil tentang pertemuan pertama mereka berdua, kencan pertama mereka yang benar-benar terjadi di hari Sabtu setelah Saga mengucapkan bahwa mereka berdua akan bertemu lagi hari itu.
Kencan yang sebenarnya lebih mirip dengan pertemuan tidak sengaja.
Renjana masih ingat betul bagaimana hari itu.
Betapa menyebalkannya hari Sabtu itu, dimana ketika Renjana terlanjur membatalkan kepulangannya dari Malang ke Solo karena mengejar tandatangan Pak Bambang, dosennya.Dan kenyataan yang didapatnya justru Pak Bambang yang mendadak ke Surabaya, meninggalkan kelas bimbingannya dengan Renjana.
"Beneran ya Pak Bambang ini, kemarin dia sendiri lho yang bilang bimbingannya Sabtu aja, lha kok mendadak minta izin ke Surabaya.."
Sambil menyedot-nyedot es susu cokelatnya yang sudah hampir habis, Renjana masih tak habis mengomel.
"Bukannya apa-apa, ya. Aku kan terlanjur batal pulang, mana minggu depan masih ada kuis, minggu depannya lagi acaranya Bu Nani, terus kapan dong aku baliknya.."
Sementara Vanya, sahabatnya sekaligus korban omelan Renjana hanya mengaduk-aduk nasi campurnya sambil menahan tawa.
Ia justru menikmati omelan Renjana yang lebih mirip dengan ibu-ibu pemilik kosnya yang saban hari marah-marah hanya karena beberapa penghuni kos tidak meletakkan sepatu dan sandal pada tempatnya.
"Sabar, Re.. Aku juga nggak bisa pulang nyatanya santai-santai aja, ini.."
"Ya mesti lah, rumahmu mah tinggal ngelempar jepit rambut juga udah nyampe, Nya.."
Kali ini Vanya terkikik.
"Selemparan jepit apaan, naik bus juga tetep diatas dua puluh ribu, Re.."
Renjana tak lagi menjawab.
Kali ini ia sibuk dengan ponsel di tangannya."Duh, Nya, Bu Hartatik minta aku ketemu di perpus nih. Ikut nggak?"
Renjana merapikan jurnal dan beberapa kertasnya yang masih berserakan di salah satu gazebo di kampusnya.
Ia harus segera menemui Bu Hartatik, salah satu dosen seni-nya yang beberapa waktu ini ia kejar-kejar demi sebuah tandatangan persetujuan atas sebuah acara bedah buku di jurusannya.
Dan kali ini Renjana akan sekaligus dihadapkan dengan ketua panitia dari event tersebut.
Dan Renjana harus mau mengalah untuk membiarkan Bu Hartatik memilihkan ketua panitia untuk event itu, karena itu merupakan salah satu syarat yang diajukan bu dosen galak tapi cantik itu sebelum mengizinkan Renjana menjalankan acaranya.
"Ketuanya tetep dipilihin si Ibu, Re?"
"Ya daripada izinnya nggak turun?"
Renjana berlalu dari gazebo dan berlari menuju perpustakaan tempat yang dipilih Bu Hartatik untuk bertemu.Perpustakaan siang itu terlihat lengang, hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat bergerombol di beberapa meja.
Renjana masih berputar dari lorong satu ke lorong lain, karena memang ia sama sekali tidak bisa menemukan tempat Bu Hartatik.
"Hei.."
Suara rendah disertai tepukan pelan di pundaknya membuat Renjana hampir berteriak dan berjingkat.
Sedangkan si empunya suara masih dengan cuek berada disamping Renjana tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Kali ini Renjana benar-benar terkejut.
Sudah beberapa hari ini ia berusaha mencari sosok Sagara di kampus.Mereka memang berbeda fakultas, tetapi gedung kelas mereka terhitung masih sangat dekat, bahkan ada beberapa mata kuliah Renjana yang ia ambil berbarengan dengan kelas yang ia ketahui merupakan kelas Sagara.
Namun anehnya tidak sekalipun Renjana bisa menemukan sosok tengil itu.
Dan yang lebih aneh lagi ialah, Renjana benar-benar bertemu kembali dengan Saga hari Sabtu!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segara Renjana (hapus sebagian karena proses penerbitan)
Chick-LitHai hai maaf untuk Sagara Renjana harus sudah dihapus sebagian karena proses penerbitan. Untuk yang sudah baca terima kasih, ya. Untuk info PO akan aku cantumkan di part akhir ya. Terima kasih 🙂🙂🙂