"Gue–"
"Mau beliin es cendol?" tanya Nara memiringkan wajahnya. Entah kenapa melihat cowok di depannya membuat Nara kepengin es cendol. Mungkin karena mukanya mirip tukang jual es cendol?
"Bukan! Gue–"
"Jadi duta shampo lain. Hwuahahaha, lucu!" teriak Diyan dengan keras tanpa malu, Diyan menepuk-nepuk bahu cowok yang tidak dikenalnya itu.
Korban iklan detecteted.
"BUKAN! GUE MAU NEMBAK NARA!"
He to the ning. Hening.
"Uapa!?" histeris Diyan menepuk bahu Dion luar biasa keras. Serius, itu pasti bakal jadi biru. "Eh, sorry."
"Nembak?"
Muka polos milik Nara seolah meminta penjelasan lebih lanjut. Dan entah kenapa Dion merasa bersalah. Rasanya seperti menodai sesuatu yang suci.
"Ahem. Gue tau lo orangnya antimainstream. Aneh. Sedikit nggak normal. Beda dari yang lainnya."
"Gue gitu, Yan?"
Diyan manggut-manggut mendengar pertanyaan Nara yang bahkan tidak perlu dijawab itu.
"Ehem. Gu-gue suka sama lo–"
"Gue juga."
"HAH?!!! Gue? Kenapa bisa?"
"Soalnya muka lo mirip tukang es cendol."
JDUARRRR!!
Nara berlalu pergi diikuti Diyan yang menahan mulutnya supaya tidak tertawa. Mirip tukang es cendol katanya. Pft, emang cuma Nara yang terbaik.
"Pistolnya keren, mang." ucap Diyan memberi jempol ke arah Diyan.
"Sialan! Nggak lagi gue suka sama orang aneh!"
Dan akhirnya cinta Dion hanya bertepuk satu jari. Satu hal positif setelah kejadian itu. Nara jadi mengenal Dion. Bukan dengan nama Dion tapi tukang es cendol.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
School Life!
Юмор[WARNING]Ini cerita gak jelas yang sangat-sangat gak jelas. Isinya ±200 kata. Jangan berharap ini cerita panjang yang panjangnya seperti terusan suez. Ini hanya cerita pendek yang sangat-sangat pendek tentang Nara dan teman-temannya. Saya jamin t...