Mimpi Buruk

53 7 0
                                    

"Nggak! Aku nggak bisa neri..."

Crak!

"Tolong kasih aku kesempatan kedua! Aku janji jadi..."

Crak!

"Anderson.."

"...ey."

Crak!

"Bersambung. Saksikan minggu depan lagi."

Crak!

"...Nara."

"Hadir?"

Diyan membuka kotak pensilnya. Meraih pensil yang paling tajam dan panjang. Pensil itu ujungnya berkilat seperti sebuah pisau.

"Mau tanda tangan gue?"

Nara bertanya dengan wajah tak bersalahnya.

"Mau...mati?" mata Diyan menjadi hampa, suasana menjadi gelap dan menyeramkan. "Lo tau tadi itu film kesukaan gue kan?"

"Tau."

"Kenapa lo malah berisik?" tanya Diyan dengan seringai manisnya. "Sekarang lo harus mati karena udah ganggu gue!"

"Tu-Tunggu dulu, Yan. Lo becanda kan?!"

"...enggak."

"WUAHGHHH! DIYAAAAAN!"

*

Hosh.. Hosh..

"Mimpi buruk?"

Diyan menengok ke arah bangku kanannya. Ada Nara di sana, dia masih utuh, masih dengan polosnya menaruh pensil di atas bibirnya. "Iya, gue mimpi buruk banget!" komentar Diyan. "Waktu gue mau nyoba bunuh lo, ternyata pensilnya bukan 2B, jadi patah. Alhasil malah gue yang kebunuh karena shock."

"...Oh." tanggap Nara cuek. "Tapi kayaknya mimpi buruk lo nggak cuma nyampe sana, Yan."

"Hah?"

Tap.. Tap..

Diyan meneguk ludahnya setelah memahami maksud perkataan Nara. Jika harus dikatakan apa itu mimpi buruk... Maka pasti... Itu guru BK.

"Diyan Kusumawati. Tidur selama pelajaran, harap datang ke ruang BK setelah istirahat nanti."

"Si-siap, Bu."

Setelah ucapan itu, Guru BK tersebut berbalik untuk kembali mengajar. "Siapa yang ngasih tau gue tidur? Kan dari sini nggak keliatan?"

Nara memandang sebentar, lalu mengalihkan matanya. "Siapa, ya?"

NARAAAAAA!!!!!!!, teriak Diyan dalam hatinya.

School Life!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang