Besok...

12 2 0
                                    

Seperti biasa pelajaran Seni Budaya berlangsung dengan heboh. Mulanya semua baik-baik aja, sampai Bu Wartini, guru Seni Budaya itu masuk lalu menagih tugas yang katanya udah diberikan ke salah satu siswa kelas.

Semuanya saling pandang. Lalu tuduh menuduh karena merasa nggak ada info sama sekali.

Diyan yang pertama kali langsung memandang Nara. Saat ini cewek itu malah asyik tidur daripada ikut panik. Hendak membalas dendam, dia bertanya para Bu Wartini.

"Ciri-ciri anaknya gimana, Bu?" tanya Diyan.

Temen-temen sekelas menyuhut setuju. Lalu mulai menyebut ciri-ciri anak yang ditemuinya.

"Anaknya cantik tapi agak aneh. Ibu ketemu dia di koridor lagi duduk natap dinding. Rambutnya sepunggung, matanya coklat..."

Saat menyebut kata matanya coklat. Satu kelas otomatis menatap ke satu arah. Kayaknya tanpa dilanjutin mereka udah tau pelakunya.

Siska selaku sekretaris kelas berdiri lalu memanggil dengan suara pelan. "Bu...boleh nanya gimana ibu ngasih tahu tugasnya?"

Bu Wartini agak keheranan. Lalu dia menjabarkan.

"Oh, dari kelas itu? Ibu nitip tugas ya, kumpul gambar motif batik untuk desain seragam sekolah."

"...hm."

"Terus kumpulnya besok."

"Besok?"

"Iya besok."

"Jadi saya harus nyebut besok? Bukan hari ini."

Bu Wartini mengangkat satu alisnya. "Ya, besok. Bukan hari ini,"

"Ibu sendiri loh yang bilang. Besok ya."

Sesudahnya percakapan itu berakhir saat si gadis X meninggalkan Bu Wartini.

Oke. Kurang lebih mereka paham dengan kejadiannya. Mereka menghela nafas perlahan, lalu meminta Diyan membangunkan Nara.

"Nar, diminta kedepan tuh."

"Yah..."

"Bentar aja astaga." Diyan geleng-geleng kepala. "Ini bukan bu anaknya?"

"Nah, iya. Kamu! Kenapa kamu nggak ngasih tau temen-temen hari ini kumpul tugas!?"

Nara menatap Bu Wartini dengan wajah datar sehabis tidur.

"Kata Ibu besok, bukan hari ini."

"Ya sekarang kan udah besok!"

"Bu, sekarang tuh hari ini."

"Ya tapi setelah kemarin itu kan besok. Yang artinya hari ini."

"Besok itu besok, Bu. Bukan hari ini. Ibu sendiri yang bilang besok, bukan hari ini."

"Tapi ya, Nak,"

Nara memutar sebuah rekaman dari ponselnya. Lalu Bu Wartini langsung terdiam.

"Tuh, Ibu juga bilangnya besok."

Bu Wartini mengelus dadanya. Dia memang mengatakan itu, dan ini salahnya sendiri. Tapi pertanyaannya hanya satu. Kapan besok itu akan datang?

***

Besok : Waktu yang akan datang tapi nggak pernah datang.

School Life!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang