Kata siapa?

41 6 0
                                    

Musim kemarau sudah lewat, kini musim penghujan lah yang menggantikannya. Satu hal yang paling menjadi masalah hujan. Becek.

Korbannya adalah orang yang piket. Nyapu, ngepel, dateng orang, nyapu lagi, ngepel lagi.

"Gila!" histeris Diyan dari bilik pintu, "Baru juga gue tinggal buat ngambil air, masa udah kotor lagi aja." dumelnya cemberut.

Sasaran empuk, Adhel baru saja memasuki kelas dengan sepatu super kotornya. Bener-bener sial baginya. "A-Anu, nanti gue bersihin." ucap Adhel terbata-bata sambil mengangkat kedua tangannya.

"Oke, bagian lo ya!" tuntut Diyan menyodorkan dua jari ke mata Adhel. Tidak bisa menarik kembali ucapannya, Adhel cuma mengangguk.

Tap.. Tap..

"Pagi," sapa Nara dengan wajah datar tingkat dewanya. Diyan sudah habis kata melihat sepatu Nara.

Jejak sepatunya dan lumpur. Itu becek terparah yang pernah Diyan lihat. Bener-bener nggak bisa ditolerir. Sepatu Adhel bahkan nggak separah itu.

"Nar, gue nggak mau tau. Lo yang ngepel sendiri becek bekas sepatu lo."

"Kan lo yang piket." tolak Nara dengan ogah-ogahan.

"Tapi kan lo yang ngotorin!" ngotot Diyan menyerahkan alat pel yang dipegangnya. "Nih!"

Nara sekali lagi menggeleng, "Lo tau nggak Yan. Katanya kalo kerja itu nggak boleh setengah-setengah. Entar nggak bisa dapet jodoh."

Diyan terperangah mendengarnya, mukanya Nara jelas tidak menunjukkan kebohongan. "Se-Serius?"

"Lo aja nggak punya pacar. Masa udah setengah-setengah. Bisa-bisa lo nggak bakal punya jodoh selamanya." jelas Nara lagi, "Yah, lo juga nggak peduli kan? Yaudah sini gue—"

Diyan langsung meyambar cepat, "Nggak deh. Gue aja yang ngelanjutin, tanggung."

"Oke."

Nara lantas lewat begitu saja diikuti Adhel yang cuma bisa cengo. "Katanya itu kata siapa Nar?" tanya Adhel memberanikan diri. Dengan percaya dirinya secara cepat Nara menjawab sambil menunjukkan jempolnya, "Kata gue."

"O-Oh.."

School Life!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang