Part 16

4.5K 213 12
                                    

Selamat Malam Sabtu guys..

Happy Reading


Aku berjalan menuruni tangga dengan malas, kejadian semalam masih berputar dalam ingatanku. Aku sebenarnya tidak mau memikirkan itu lagi, tapi ya gimana? Dengan kurang ajarnya otakku terus memutar kejadian itu.

Langkahku terhenti ketika melihat seseorang yang tengah duduk di kursi makan. Aku gak salah lihat kan? Tapi aku segera melangkahkan kaki kembali dan duduk dengan santai di samping orang itu, aku yakin sebentar lagi dia akan menghilang karena ini hanya bayangan.

"Gak mau nyapa Yya?" tanya Mom.

"Huh?" tanyaku dengan tampang yang sudahlah..

"Kalau pagi otak kakak gue emang kaya gini kak. Maafkan ya." ujar Bian sambil cekikikan.

Aku segera menoleh ke sampingku, dan ternyata dia pun menoleh dan tersenyum ke arahku. Tuhan.. Jadi dia itu nyata.

"Hehehe.. Pagi kak." ucapku dengan setengan tersenyum.

"Pagi Naraya." jawabnya.

Ini orang kenapa datang sih? aku kan gak mau ketemu dia dulu.

"Kakak kok kesini?" tanyaku berbasa-basi.

"Ayya gak boleh gitu ke tamu." sela Mom.

"Gak papa tante. Naraya memang sudah kebiasaan , kalau apa-apa harus pakai alasan." ujarnya.

Iya, aku memang selalu ingin alasan. Dan bahkan sekarang aku sangat ingin tahu apa alasan kamu selama ini selalu perhatian padaku.

"Walaupun tidak semua yang dilakukan kita tahu alasannya, tapi setidaknya alasan itu selalu ada kan?" tanyaku padanya.

Entah keberanian dari mana yang membuatku berbicara seperti itu.

"Terkadang, sebuah alasan itu hanya kita saja yang perlu tahu." jawabnya.

"Walaupun dengan mengorbankan perasaan orang lain?" tanyaku.

"Sudah berdebatnya. Ayo makan, nanti terlambat kerjanya." ujar Mom menengahi.

Ya ampun, aku bahkan lupa, kalau di sini itu ada Mommy.

"Maaf tante, membuat sedikit keributan di pagi hari." ujar kak Adrian sambil tersenyum ke arah Mommy.

Kalau saja suasana hatiku sedang baik, mungkin senyuman itu bisa membuat hatiku meleleh, tapi hari ini TIDAK.

"Tidak apa-apa kok Ad, kalau bicara sama Ayya memang gitu, ujung-ujungnya pasti debat." ujar Mom.

Aku pun langsung menyantap sarapanku tanpa berniat merespon ucapan Mommy.

***

"Nomor kamu kenapa gak aktif?" tanya kak Adrian setelah kami berada dalam mobil, sepertinya perdebatan kami tadi hanya angin bagi dia.

"Emmm.. Itu kak ponselnya low bat dan sekarang bahkan aku lupa membawanya." bohongku. Padahal sebenarnya ya.. You know lah.

"Jangan seperti itu lagi, saya khawatir." ujarnya.

Kalau biasanya hatiku berbunga-bunga mendengar kalimat singkatnya yang sarat akan perhatian, tapi sekarang malah rasa sakit yang aku rasakan. Aku sekarang bahkan bingung, sebenarnya aku itu apa sih bagi dia?

"Tumben kamu diam aja Naraya." tanya kak Adrian.

"Gak papa kok kak." Jawabku.

"Kamu gak sakit kan?" tanyanya sambil menempelkan telapak tangannya ke keningku.

"Enggak kak." Jawabku sambil memalingkan wajah ke arah jendela, dan dengan segera kak Adrian melepaskan tangannya.

"Kamu ada apa sebenarnya? Kalau ada masalah kamu bisa cerita." Ujarnya.

"Apa artinya saya buat bapak?" tanyaku sambil menatap ke arahnya.

Ku lihat mimik wajahnya sedikit berubah, tapi kemudian normal kembali.

"Maksud kamu?" tanyanya balik.

"Sederhanya, bagi bapak saya itu siapa?" tanyaku.

"Kamu itu siswa prakerin di tempat saya kerja, dan kamu itu anak dari orang yang saya kagumi." Jawabnya tanpa memandang ke arahku.

Apakah kisahku berakhir sampai di sini?






Holla guys.. iya tahu ngaret banget ya updatenya.. Maafkeun aku ya:( UAS itu bener-bener bikin kepalaku pusing dan gak bisa mikirin apa-apa lagi. Ini Update tapi pendek banget ya?

Tapi jangan khawatir sesuai janji aku updatenya 2 part :D

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang