Part 30

4.3K 176 8
                                    

Happy Reading ♡♡♡

Hari weekend ku isi dengan berlibur di pulau kapuk alias tiduran. Saat akan memejamkan mata tiba-tiba ponselku berbunyi, aku pun segera mengambilnya, ternyata dari my Adrian.

Calon Imam :

Calon Imam :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini siapa?

Aku segera terduduk dari posisi tidurku, kalau foto ini adrian bisa punya berarti kak Doni beneran menguploadnya dong di instagram.

Me :

Kak Doni, ketua BEM Fakultas.

Calon Imam :

Deket banget kayanya.

Me :

Dia pernah ke rumah dan kenal sama Daddy.
Biasa aja kok nggak terlalu deket.

Calon Imam :

Nggak deket tapi fotonya gitu.

Me :

Serius kak...

Calon Imam :

Saya juga serius.

Me :

Kak
Maaf.
Tapi aku beneran gak ada apa-apa.

Calon Imam :

Kamu lebih cocok sama dia kayanya.
Dia mungkin lebih bisa luangin waktu buat kamu.

Me :

Kok ngomongnya gitu?
Kamu gak percaya sama aku?
Fine!!!

Calon Imam :

Gak ada niat buat jelasin?

Aku pun segera menelpon Adrian.

"Assalamu'alaikum." salam Adrian.

"Wa'alaikumsalam. Kak aku sama kak Doni beneran gak ada apa-apa." cerocosku langsung.

"Heemm.."

"Itu hanya foto biasa kak, emangnya kakak gak percaya sama aku?" ujarku.

"Menurut kamu itu biasa, tapi buat saya enggak. Kamu tahu kan kalau selama ini saya selalu menjaga jarak bahkan dengan rekan kerja saya. Itu saya lakukan karena saya menghargai kamu." ucap kak Adrian dari seberang sana.

Aku hanya terdiam. Oke aku salah, selama ini aku terlalu membatasi dia tapi tidak membatasi diri sendiri.

"Bukan hanya karena foto ini saja Nay. Pernah suatu hari saya akan menjemput kamu ke kampus, tapi dari kejauhan saya sudah melihat kamu bareng dengan lelaki yang berada di foto ini." ujar kak Adrian.

Aku membalalakkan mata sempurna, kapan kejadiannya? Aku memang pernah beberapa kali diantarkan pulang sama kak Doni.

"Waktu itu saya mencoba menahannya dan berharap kamu menceritakan segalanya seperti saya yang selalu menceritakan apapun pada kamu." lanjutnya.

Setetes air bening keluar dari pelupuk mataku.

"Tapi apa yang kamu katakan, kamu malah terus saja mengkritik saya yang terlalu sibuk lah, melupakan kamu lah, dan saya mencoba untuk bersabar karena pikiran kamu belum dewasa. Tapi Nay, saya mohon jika kamu memang merasa tidak nyaman lagi bersama saya, lebih baik kamu katakan saja. Saya tidak akan pernah menahanmu untuk selalu bersama saya jika hati kamu mulai terbuka untuk orang lain. Prioritas saya adalah membuat kamu bahagia bukan membuat kamu disamping saya."

"Kak..." ucapku tertahan karena air mataku sudah tak terbendung lagi.

"Jika kakak ingin aku bahagia, maka tetaplah disampingku. Karena kebahagiannku adalah saat aku bersamamu." jawabku sambil terisak.

"Terima kasih karena telah memilihku sebagai alasan kebahagiaanmu Naraya. Tapi maaf tolong kasih saya waktu untuk menata kembali pikiran saya." ujar Adrian.

"Aku mengerti." jawabku dengan suara tercekat.

"Tapi tolong, jangan waktu yang lama. Aku gak bisa menunggu selama itu." lanjutku.

"I am Promise." ucap Adrian.

Hanya ada keheningan yang menyelimuti kami setelah itu, tak ada yang berniat untuk mengakhiri telepon.

"Naraya, saya tutup telponnya. Assalamu'alaikum." akhirnya kak Adrian sendiri yang menutup telponnya.

"Wa'alaikumsalam." jawabku setengah tidak rela.

Aku mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku mencoba berpikiran positif bahwa Adrian sudah berjanji bahwa dia akan kembali seperti dulu tidak akan lama. Ya setidaknya Adrian hanya akan menata pikirannya saja, bukan menata hatinya kembali.

***

Kupandangi bintang dari balkon kamarku, langit malam ini cukup cerah tapi tidak dengan hatiku. Aku pun mengambil ponsel dan mengetikkan pesan untuk sahabatku Asfiya yang katanya malam ini akan dilamar.

Me :

Ciee yang dilamar, iri deh gue:(

Tak lama kemudian Fiya membalas pesanku.

Asfiya :

Alhamdulillah Yya, tapi deg-degan sumpah:v

Me :

Jawabanmu apa Fi?

Asfiya :

Rahasia dong:v
Nanti aku kasih tahu kalau dia udah tahu:D

Me :

Pake rahasiaan juga nih anak.
Semoga acaranya lancar yaa..

Asfiya :

Aamiin... Aku do'ain semoga kak Adrian cepet lamar kamu juga.

Me :

:) :) :)

Aku menghembuskan napas, ternyata benar jodoh itu gak akan ada yang tahu, contohnya aja Fiya dia gak ada hubungan apa-apa sama cowok ini tapi udah mau dilamar aja.

Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang panjang untukku, sepertinya aku harus banyak merenungkan bagaimana sikapku selama ini pada kak Adrian. Iya dia gak pernah maksa aku buat mengikuti keinginannya, dia selalu dukung apa yang aku inginkan, dia irit bicara gak banyak larang ini-itu, tapi justru sifatnya yang seperti itu malah membuatku terkadang berpikir kalau dia itu serius gak sih sama aku? Orang mungkin akan menilai bahwa semua kesalahan ada padaku dan juga kalau sikapku selama ini terlalu kekanakan, tapi this my self dan aku gak bisa merubahnya dengan cepat.

Malam semakin dingin dan aku pun berniat untuk masuk ke dalam kamar. Kurebahkan diriku di ranjang dan menatap nyalang langit-langit kamar. Semua pikiran negatif bersarang di kepalaku, aku pun memutuskan untuk tidur.

Yang namanya orang lagi banyak pikiran ya sulit sekali untuk tidur, sudah hampir 45menit aku mencoba untuk tidur namun hasilnya nihil. Tak lama kemudian ponselku bergetar tanda ada pesan masuk.

Asfiya :

Yes!!!

Me :

Alhamdulillah..
Cieee calon pengantin:)

Asfiya :

Apaansih..
Udah ah mau makan dulu.
Sama keluarga calon imam:v

Me :

Ngiri:/

Ah Fiya bikin aku tambah galau aja deh ni anak.

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang