Part 2

8.1K 233 1
                                    

Happy Reading guys..

Hari ini adalah hari pemberangkatan Prakerin. Aku merasa deg-degan. Bukan karena Prakerinnya, tapi karena aku akan bertemu dengan orang yang selama ini selalu aku pandangi lewat layar Handphone, orang yang selama ini selalu hadir dalam mimpi-mimpi indah ku, dan orang yang selama ini selalu jadi bahan perbincanganku dengan sahabat-sahabatku.
Aku memandang takjub ke perusahaan di depan ku. Walaupun ini bukan yang pertama karena perusahaan Dad pun besar seperti ini.

 Walaupun ini bukan yang pertama karena perusahaan Dad pun besar seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumpah gue deg-degan Ra." Ucapku pada Zahra yang sekarang ada di sampingku.
Kami tengah duduk di Lobby dan menunggu guru kami menyelesaikan proses penyerahan kami.
"Alah, paling lo deg-degan karena mau ketemu sama Pak Adrian kan?" Tanya Nura.
"Nura ih.. jangan buat gue tambah deg-degan dong." Ucapku.
Ia pun hanya terkekeh.
Tiba-tiba guru kami menghampiri.
"Ayo sekarang kalian bapak antar ke ruangannya." Ujar guru kami.
Kami pun mengangguk dan mengikuti langkah Pak guru menuju lift.
Beliau pun menekann angka 15. Apa? Jadi kami akan ditempatkan di lantai 15? Bukan apa-apa sih, tapi itu pasti akan mempersingkat waktu istirahat kami.
Ting..
Lift pun berbunyi dan terbuka tepat di lantai 15 dan kami segera keluar dari lift.
Kami pun mengikuti langkah pak guru yang menuju salah satu pintu besar, dan ketika kami masuk entah kenapa tanganku menjadi amat dingin. Tiba-tiba Pak Hadrian menghampiri kami.
"Selamat datang di Ar's Corp. Adik-adik. Silahkan duduk." Ujarnya ramah dengan tersenyum lebar.
Kemudian beliau pun berbincang sedikit dengan guru kami. Setelah menandatangani beberapa berkas guru kami pun pamit.
"Saya meninipkan anak-anak di sini ya pak. Saya mohon bantuan dan kerjasamanya supaya kegiatan mereka dapat lancar dan berjalan baik." Ujar guru kami sambil menjabat tangan Pak Hadrian.
"kegiatannya sih akan berjalan baik. Tapi sepertinya hatiku tidak." Ujarku dalam hati.
"Iya pak, percayakan saja pada kami." Ucap Pak Hadrian sambil tertawa renyah.
"Kalian jaga etika dengan baik disini ya." Ucap pak Hadrian.
"Kalau jaga hati kayanya susah deh pak." Ok. Lupakan suara hatiku yang melantur.
"Baik pak." Ucap kami serempak dan kami pun menyalami beliau.
Sepeninggalnya beliau, pak Hadrian tiba-tiba berbicara.
"Tunggu disini sebentar ya." Ujarnya.
Kami pun mengangguk sebagai jawaban.
Tak lama kemudian suara merdu nan datar yang begitu familiar menyapa pendengaran kami.
"Ikuti saya." Ujarnya.
Aku pun menengokkan kepala dan benar saja ia sudah berdiri dengan tampannya.
"Baik pak." Jawab Zahra membunyarkan lamunanku.
Kami pun mengikutinya dan tiba di sebuah ruangan yang hampir mirip seperti tempat rapat namun kecil. Sepertinya tempat ini sudah disediakan dari dulunya untuk tempat siswa Prakerin.
"Ini ruangan untuk kalian bertiga. Tunggu intruksi selanjutnya saja. Biasanya kami akan kesini atau memanggil kalian jika ada yang perlu dibantu." Ucapnya.
Wow... ini ucapan terpanjang yang pernah ia ucapkan.
"Terima kasih pak." Ucap Nura.
Dan ia pun hanya mengangguk dan berlalu begitu saja.
Aku segera duduk di kursi yang tersedia. Kutelungkupkan kepalaku ke meja.
"Kenapa?" Tanya Zahra.
"Gue gak papa, hanya sedang mencoba mengontrol jantung gue yang dari tadi serasa mau lompat." Ucapku tanpa mengangkat kepala.
"Eh, kalian pikir kita akan dikasih tugas apa sih?" Tanya Nura.
Aku segera mengangkat kepalaku.
"Palingan juga di suruh-suruh doang." Jawabku sekenanya.
Memang iya kan? Apalagi bagian akuntansi kan banyak rahasiannya yang gak mungkin mereka kasih tahu pada kita.
"Heem.." Ujar Zahra sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
***
Sekarang sudah pukul 13.20 bahkan jam istirahat pun sudah berlalu 20 menit yang lalu, dan kami tidak ada pekerjaan sama sekali. TIDAK ADA. Itu membuatku bosan dan mencoba keluar dari ruangan dan melihat-lihat apa yang sedang para pegawai itu lakukan.
Tiba-tiba seseorang memanggilku.
"Dek, sini deh." Ucapnya sambil melambaikan tangannya.
Aku pun menghampirinya. Dan ternyata meja di depannya itu adalah meja pak Adrian.
"Kamu siswa Prakerin?" Tanyanya.
"Iya pak." Jawabku.
"Namanya siapa?" Tanya bapak itu.
"Shaquella Naraya." Jawabku tanpa menambah embel-embel keluarga Balla.
Tiba-tiba Pak Adrian menengokkan kepalanya ke arah ku dan ia pun kembali fokus ke pekerjaannya.
"Baiklah saya panggil Ella saja ya." Ujarnya.
Aku pun hanya tersenyum kaku. Yang benar saja masa aku dipanggil Ella? Tapi sudahlah mungkin itu panggilan baruku.
Dari samping aku lihat pak Adrian sedikit tersenyum. Entahlah ia kenapa. Tapi melihatnya tersenyum membuat debaran di jantungku semakin tidak menentu.
"Tolong antar ini ke bagian dokumen ya." Titahnya.
"Di lantai berapa ya pak? Dan maaf dari bapak siapa?" Tanyaku.
"Di lantai 3. Dan bilang saja dari Pak Tanto." Ujarnya.
Ooh.. rupanya bapak ini bernama pak Tanto.
"Baik pak. Boleh saya ajak teman saya?" Tanyaku.
Yang benar saja kalau aku sendiri rasanya belum siap aja sih.
"Cuma berdua. Itu pun hanya satu minggu boleh berdua. Kesananya sendiri-sendiri." Ucap Pak Adrian menyambar pembicaraan kami.
Pak Tanto hanya tersenyum sambil mengangguk.
Aku pun yang paham segera undur diri dan bergegas untuk mengajak Zahra ataupun Nura.
***
Sekarang kami telah berada di mobil Zahra dan hendak pulang. Sebenarnya aku bisa aja di jemput, tapi Zahra memaksa untuk mengantarkan ku. Padahal ini jam pulang kerja dan biasanya akan macet. Tapi terserah dia lah asal Zahra bahagia. Sedangkan Nura tadi dia dijemput sama mamanya yang kebetulan sedang berada disekitaran sini.
Aku memejamkan mataku.
"Jangan tidur dong. Bosen gue kalau lo tidur." Ujar Zahra.
Aku pun segera membuka mata ku dan menatap kemacetan di depan.
"Gak tidur kok ra. Gue hanya bosen aja lihat kendaraan." Ucapku alibi.
Ia pun memutar bola matanya malas mengetahui kalau itu hanya alasanku.
"Eh Yya, lo tau gak sih berapa umur Pak Adrian?" Tanya Zahra memecah keheningan.
"Tahu dong..." Ucapku bangga.
Aku ini memang sepertinya benar-benar Stalker sejati.
"Berapa?" Tanya Zahra.
"Kepo." Jawabku dan kemudian aku tertawa.
Zahra hanya mengerucutkan bibirnya.
"Oke deh.. usianya itu 22tahun." Jawabku.
"What? Dia masih muda?" Ujarnya dengan lebay.
"Iyalah.. dia itu masih fresh graduate dan baru bekerja di Ar's Corp.itu kurang lebih 10 bulan." Ucapku.
"Daebak.. lo dapat informasi dari mana?" Tanyanya.
Aku pun hanya tersenyum miring menanggapi ucapannya. Sekarang itu ada google keles, ya aku tinggal search aja dia. Dan untungnya aku menemukan namanya dalam pengumuman penerimaan karyawan baru Ar's Corp.
***
Saat ini aku sudah berkumpul di ruang keluarga bersama Dad, Mom, juga Bian adik laki-laki ku. Memang begini rutinitas keluarga kami setiap malam, pasti menyempatkan untuk berkumpul di ruang keluarga walaupun sedang sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Tapi kata Dad kita harus menyempatkan waktu walaupun hanya beberapa menit untuk menjaga keharmonisan.
aku tiduran di sofa dengan kepala diatas pangkuan Mom. Sedangkan Dad berada di sebelah Mom dan Bian ada di sofa sebelahnya.
"Gimana tadi Prakerinnya sayang?" Tanya Mom.
"Baik Mom. Cuma ya gitu kurang kerjaan." Jawabku.
"Memang seperti itu sayang. Mom juga dulu kaya gitu." Ucap Mom sambil mengelus kepalaku.
"Udah dapat Boss nya kak?" Tanya Bian.
"Udah. Puas?" Jawabku jutek.
"Yakin boss nya mau sama orang kaya lo?" Ujar Bian yang membuat kepalaku mendidih.
"Mom.. Bian nyebelin." Ucapku merengek pada Mom.
"Bian sudah jangan goda kakak kamu terus." Ucap Mom melerai. Mampus lo Bian, Mom memang selalu membela aku.
"Mom gak asik." Ucap Bian dengan acuh.
"Kamu Prakerin dimana Ayya? Dad lupa lagi." Ujar Dad baru bersuara.
"Yahhh Dad, masa lupa baru aja tadi Ayya bicara. Di Ar's Corp. Dad." Jawabku malas.
"Oh iya.. itu CEO nya Daniel." Ujar Dad.
Aku langsung duduk dari posisiku yang tengah tiduran.
"Om Daniel?" Ucapku memastikan.
"Iya, yang waktu kamu kecil sampai SMP suka main sama kamu Yya, yang manggil kamu Princess, yang kamu bilang kalau udah dewasa mau punya jodoh kaya Daniel." Ujar Dad.
Wah.. ini bahaya, kalau Om Daniel tahu aku prakerin disana, pasti semua orang akan menjadi tahu bahwa aku putri keluarga Balla. Bukan apa-apa sih, hanya saja aku ingin diperlakukan seperti biasa. Aku takut kalau mereka tahu aku dekat dengan om Daniel, mereka jadi berbeda padaku. Aku juga takut kalau om Daniel menggoda ku di depan para pegawai dan pak Adrian tahu bagaimana aku dulu. Gimana juga kalau aku jadi sama pak Adrian dan om Daniel tahu, sudah pasti ia akan menceritakannya pada Dad. Sudah lupakan yang akhir.
"Aku ke kamar dulu yah.." Ujarku tiba-tiba.
Sesampai di kamar aku langsung merebahkan diriku di kasur dan menatap nyalang langit-langit kamar tidurku.
FLASHBACK ON
Saat itu aku masih berusia 8 tahun. Aku tengah bermain di depan rumah bersama Mom dan Bian, dan tiba-tiba Dad pulang tapi ia tak sendiri bersama rekannya.
"Hai Danniel, apa kabar?" sapa Mom.
"Baik, kamu juga gimana Sya?" Tanya pria yang disebut Mom dengan nama Daniel.
"Eh.. Ini Princess Ayya sama Bian ya?" Tanyanya.
Aku pun mengangguk.
"Panggil om Daniel ya." Ujarnya.
Aku pun mengangguk sekali lagi.
Dad menghampiriku dan menciummku juga Bian.
"Ayo Masuk." Ujar Mom.
Setibanya di ruang tamu, aku duduk di samping Dad dan Bian ia di samping Om Daniel.
"Dad, itu teman Dad?" Tanyaku pelan-pelan.
"Iya." Jawab Dad tak kalah pelan.
"Dia ganteng, Ayya suka." Ujarku.
Dan sialnya, om Daniel mendengarnya.
"Wah..Princess suka sama Om Daniel ya.." Jawabnya sambil tertawa.
"Nggak, Princess gak suka sama Om, tapi kalau nanti aku udah besar aku mau pacar aku orangnya ganteng kaya om." Jawabku tiba-tiba.
Dad dan Om Daniel pun tertawa, sedangkan Bian yang baru berumur 5tahun hanya melongo.
"Ini ada apa sih ketawa?" Tanya Mom dari arah dapur. Kemudian meletakan minuman di meja.
"Rupanya Princessnya keluarga Balla suka sama aku Sya." Ujarnya.
"Masa sih?" Tanya Mom sangsi.
"Bukan Princess om, tapi queennya keluarga Balla." Ucapku mengoreksi.
Karena dari dulu aku itu diperlakukan layaknya ratu di keluarga ini, apalagi sama Omma.
"Oke deh, tapi kamu tetap princessnya om." Ujar Om Daniel.
FLASHBACK OFF
Dan semenjak itu aku jadi dekat dengan Om Daniel, bahkan kadang Dad cemburu karena aku suka lebih membela om Daniel daripada Dad sendiri.
Namun sejak aku masuk SMP aku jadi jarang bertemu dengan Om Daniel, karena ia sudah menikah dan mempunyai anak. Aku pun jadi kesal karena merasa dilupakan, tapi dengan baiknya setiap akhir bulan om Daniel pasti mengajakku ke rumahnya dan berkumpul bersama keluarga kecilnya. Tante Nia istrinya juga amat baik sekali. Tapi sejak masuk SMK dan pikiran ku mulai dewasa, aku jadi malu kalau harus nempel terus sama om Daniel, jadinya aku jarang ketemu. Dan sekarang, aku benar-benar terkejut ketika tahu bahwa om Daniel adalah CEO di Ar's Corp. Kan waktu dulu aku gak pernah tuh nanya-nanya tentang pekerjaan om Daniel.
Aku pun memejamkan mataku berharap mimpi indah malam ini.
***

Hai.. update lagi nih. Semoga suka ya :)
Kasih vote sama komentarnya ya :))

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang