Part 39

3.8K 186 15
                                    

Assalamu'alaikum geng, udah pada sahur belum? Hahahaha

Btw Happy Reading ^_^


"Yya kamu yakin mau pindah lagi?" tanya Mom sambil membantuku membereskan pakaian, sementara Dad duduk di sofa kamarku memperhatikan kegiatan kami.

"Iya Mom. Lagipula coba Mommy lihat ini surat pemanggilan kerja aku. Mommy sayang ini gak jauh kok hanya di Yogyakarta bukan Amerika." jawabku sambil tersenyum.

Yah seminggu yang lalu aku sudah interview di salah satu perusahaan besar di Yogya. Sebenarnya Daddy kurang setuju tapi aku memaksa dengan alasan ingin mandiri.

"Kamu sih Yya, udah Dad bilangin juga kerja aja di perusahaan Dad. Atau kalau kamu ingin mandiri kamu tinggal kerja di perusahaan cabang aja." ucap Daddy.

"Iya Ayya kamu dengerin tuh kata-kata Daddy kamu." ujar Mommy.

"Mom, Dad, kalau kaya gitu itu sama aja kali aku gantungin diri ke kalian. Lagipula tenang aja aku kan udah biasa tinggal di Singapore." tuturku.

"Yogyakarta itu tempat tinggalnya Adrian lho Yya. Kamu yakin?" tanya Dad.

"Kalau dulu aku lari karena masalahku, sekarang aku akan menyelesaikannya Dad." jawabku mantap, padahal dalam hati gak yakin.

Yang aku tahu sekarang, semakin kita menjauh maka masalah akan semakin mendekat. Dan semakin kita melupakan maka dia akan semakin teringat.

Jadi intinya hadapi saja, hanya itu.

"Baiklah, Dad mendukungmu Yya." ucap Daddy.

"Khana!" sentak Mommy.

Daddy pun hanya menunjukkan cengiran khasnya. Aku pun terkekeh pelan melihatnya.

"Ayya tiap Weekend pokoknya harus pulang." ucap Mommy ketika kami menuruni tangga.

"Ya Allah Mom, cape kali Ayya harus pulang terus." protesku.

"Mommy gak mau tahu Yya." ujar Mom.

Aku melirik ke arah Dad, kulihat ia memberi kode untuk mengiyakan.

"Baiklah Mom." jawabku.

"Kalau aku mau" lanjutku dalam hati.

Ketika di ruang depan ternyata sudah ada kak Rio, aku bingung kenapa dia kesini? Aku kan ke Yogya mengendarai mobil sendiri. Tapi mungkin kak Rio mau aku berpamitan juga padanya karena semalam aku mengabarinya.

"Om, Tante, boleh saya bicara sebentar dengan Ayya?" tanya kak Rio.

"Silahkan." jawab Dad.

"Kita bicara diluar aja gimana Yya?" tanya kak Rio.

Aku pun mengangguk dan mengikutinya.

Kami duduk di kursi taman yang berada di samping rumahku.

"Ada apa kak?" tanyaku.

"Aku mau bicara serius sama kamu Yya." ujarnya.

Aku pun hanya diam mendengarkan kelanjutannya.

"Aku mau kamu jadi istri aku. Bukan bohongan tapi kenyataan. Aku suka sama kamu, aku sayang kamu Ayya. Bukan seperti seorang kakak tapi sebagai pria kepada wanita." tuturnya.

Aku meneguk ludahku susah payah. Dulu iya aku memang menyukainya, tapi entah kenapa semua rasa itu hilang ketika aku mengenal Adrian.

"Maaf kak." ucapku terjeda.

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang