Part 41

4.1K 208 2
                                    

"Assalamu'alaikum gaess"

Typo bertebaran:v

Happy Reading♡♡♡




"Boleh saya tanya sesuatu?" tanyaku.

"Apa?" tanya dia.

"Bapak dengan Dira ada hubungan spesial?" entah keberanian dari mana aku menanyakan hal yang dari sebulan lalu menggangguku.

"Ada."

Napasku tertahan mendengar jawabannya. Entah kenapa rasanya hatiku diremas dengan sangat keras hingga rasanya akan hancur saja.

"Ada atau tidaknya memangnya kamu siapa hingga saya harus mengatakan hal itu?" tanya dia tanpa berniat menoleh ke arahku.

Ada perasaan lega sekaligus rasa sakit yang baru.

"Maaf kalau saya lancang. Saya memang hanya bawahan bapak dan saya tidak berhak mengetahui urusan pribadi bapak." ucapku dengan air mata yang siap tumpah.

"Tolong jangan seperti ini lagi. Jangan merasa peduli dengan kehidupan saya." ucapnya.

"Iya saya tahu bahwa sejak saat itu saya sudah tidak berhak atas apapun di kehidupan bapak." ujarku.

"Tapi pak, bukankah segala sesuatu berhak untuk didapatkan kembali walaupun telah hilang? Bukankah kesempatan kedua itu selalu ada?" tanyaku.

"Tidak semua hal dapat mendapatkan kesempatan kedua." jawabnya.

"Kesempatan itu hanya datang sekali. Dan kata-kata itu menurutku kurang bijak." ucapku.

"Kesempatan itu sebenarnya bisa datang beberapa kali, namun kita sebagai manusia kadang tidak menyadari akan kesempatan itu." ucapnya.

"Tapi bukankah kita bisa menciptakan sebuah kesempatan baru?" tanyaku.

"Itu bukanlah kesempatan hanyalah kebodohan." jawabnya.

"Kamu jangan terlalu keras berusaha jika kamu telah tahu bahwa akhirnya akan sia-sia." lanjutnya.

"Saya tidak mengatakan akan berusaha, tapi jika bapak mengatakan hal seperti itu artinya masih ada peluang bagi saya untuk berusaha kembali." ucapku.

"Masuklah ini sudah malam." ucapnya datar.

"Terima kasih sekali lagi pak." ucapku dan keluar dari mobil.

Aku memperhatikan mobil Adrian sampai hilang dari pandangan.
Sekarang yang perlu aku pikirkan bukan berlarut dalam penyesalan ataupun kesedihan, tapi yang harus aku pikirkan adalah menciptakan sebuah kesempatan baru.

***

Aku memasuki kantor dengan riang, setidaknya percakapan semalam walaupun Adrian mengatakan hal-hal yang membuat hatiku sakit tapi kesimpulannya aku masih mempunyai kesempatan.

"Pagi." ucapku pada Renata yang telah datang lebih awal.

"Pagi juga Yya." ucapnya.

"Pagi-pagi udah sibuk, kenapa?" tanyaku.

"Pak manajer minta gue buat ngerevisi laporan. Katanya ini kaya laporan anak SD aja." ucapnya sambil mendengus kesal.

Aku hanya tertawa pelan mendengarnya.

"Diam lo Yya jangan ketawa. Udah kena omelan baru nyaho lo." ucapnya.

"Omelan dari dia itu udah sering kali." ucapku.

"Maksudnya?" tanya dia.

Ya ampun, aku keceplosan.

"Maksud gue, eu itu apa ya. Omelan dari atasan itu udah sering gue denger waktu magang." alibiku akhirnya.

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang