Part 36

3.9K 176 22
                                    

Selamat sore:)

Happy Reading ^_^



Sudah 4 Bulan berlalu sejak kematian Ibu-nya Adrian. Selama ini aku tidak pernah berkomunikasi dengan Adrian ataupun Dini. Sepertinya Adrian sengaja menyuruh Dini untuk mengganti nomornya karena satu minggu sejak itu nomor Dini tidak aktif dan Adrian mengirimkan pesan singkat padaku seperti ini, 'Jangan ganggu kehidupan saya lagi, dan jangan hubungi adik saya lagi. Terima kasih karena kemarin sudah menyempatkan diri ke makam Ibu.'

Hatiku sangat sakit membaca kalimat itu, tapi bagaimanapun merelakan sekarang akan menjadi jalan terbaik.

Drtt...

Kak Doni :

Sha, kamu udah selesai kelas belum?

Aku ke taman sekarang ya.

Me :

Udah, aku otw ke sana sekarang.

Aku pun melangkahkan kaki menuju taman belakang kampus. Sepertinya sekarang aku harus menuruti kata hatiku, mengatakan semuanya pada kak Doni.

***

"Kok aku deg-degan ya kaya yang mau sidang aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kok aku deg-degan ya kaya yang mau sidang aja." kelakar kak Doni.

Aku hanya membalasnya dengan senyum tipis.

"Kalau kamu diem itu serem loh Sha. Kamu gak kemasukan hantu kampus kan?" tanya kak Doni.

"Apaan sih kak ngaco deh." jawabku.

"Aku mau pindah ke Singapore." ucapku akhirnya.

"Hah? Kenapa?" tanya kak Doni.

"Nggak kenapa-napa. Hanya saja semuanya sekarang bagiku serba sulit." ucapku menjeda.

"Semua-nya selalu mengingatkan ku tentang Adrian. Bahkan rumahku sekalipun mengingatkan ku pada Adrian. Mungkin aku korban gagal move on kali ya?" ucapku dengan tawa terpaksa.

"Aku disana kuliah di salah satu universitas yang masih milik Daddy kok. Kakak gak usah khawatir aku gak bakalan kekurangan teman." lanjutku.

"Iya percaya, malah disana bakalan banyak yang deketin kamu." kelakarnya.

"Tapi Sha, walaupun kamu mau pindah bagaimana dengan jawaban kamu tentang perasaanku?" tanya kak Doni.

Aku menghela napas panjang.

"Maaf kak, aku gak bisa nerima kakak. Selama ini aku merasa nyaman dengan kakak tapi bukan berarti aku menginginkan hubungan lebih dari ini." jawabku.

"It's okay. Aku akan selalu menerima keputusan kamu." ujarnya sambil tersenyum.

"Tapi kakak gak akan berubah kan ke aku?" tanyaku.

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang