Part 47

4.7K 218 76
                                    

Assalamu'alaikum😊
Selamat siang gais, aku udah update lagi nih...

Part 46 juga udah tapi kayanya kalian gak dapet notif ya???
Yang belum baca part 46 monggo di baca dulu😉

Happy Reading♡♡♡

Seperti rencana awalku aku datang ke pertunangan Adrian bersama teman-temanku. Tentu saja bukan hanya teman-temanku, tapi Nura didampingi suaminya yang tak lain pak Rangga, dan kakak Zahra yang sedang menjalin hubungan dengan Anti pun ikut. Hanya Widya yang gak ikut karena dia sekarang tinggal di Jatim bersama Mas Azhar suaminya yang tak lain kakak ipar Asfiya.

Bukannya aku takut atau apa dengan membawa teman-temanku, tapi ya mereka semua kan kenal Adrian makannya mereka datang.

"Yya ingat lo harus strong!" bisik Lia ketika ballroom semakin dekat.

"Tenang aja, gue udah terlalu kuat kok sekarang." ucapku sambil terkekeh.

Sebenarnya kekehanku hanya untuk menutupi perasaanku yang sekarang rasanya terlalu banyak campur aduk hingga mau meledak.

"Kalau aja ada si Widya pasti rame." ujar Anti.

"Emang kenapa?" tanya Zahra.

"Dia kan nyinyir banget orangnya." ucap Anti.

"Ya enggaklah, sejak dia kenal sama mas Azhar dan banyak belajar sama Asfiya dia udah banyak berubah kok, walaupun masih suka usil." ucapku.

Kami semua mengakhiri perbincangan ketika sudah sampai di depan ballroom. Kami ikut mengantri untuk masuk dan memperlihatkan undangan.

Mommy dan Daddy juga bakalan hadir kok, hanya saja mereka belum datang.

Aku memasuki ballroom dan melihat ke sekeliling. Dekorasinya mewah banget, aku yakin Nadira begitu antusias dengan pertunangan ini. Aku segera menepis bayangan yang tiba-tiba muncul. Bagaimanapun dulu aku pernah membayangkan ada di posisi Dira.

"Kak Ayya." ucap seseorang mengagetkan lamunanku.

"Dini." aku melupakan fakta bahwa aku pasti bertemu Dini disini.

"Kakak, aku kangen banget." ucap Dini dan langsung memelukku.

Aku balas memeluknya.

"Kakak pun kangen sama kamu Din. Kamu apa kabar?" tanyaku.

"Kabarku gak bisa dibilang baik. Selama ini aku merasa kesepian, kak Adrian gak enak diajak bicara, aku benar-benar rindu Ibu." ucapnya dengan suara bergetar.

Aku menguraikan pelukan kami dan memandang dini. Kuusap pelan pipinya yang sedikit basah karena dia mengeluarkan air mata.

"Jangan nangis Din, ini hari bahagia kakak kamu." ucapku.

"Kakak katanya di Yogya, kenapa gak pernah ke rumah?" tanya Dini.

"Aku gak seberani itu untuk ke rumah kamu setelah terakhir kalinya aku kesana dan si pemilik rumah tidak suka aku ada disana." ucapku sambil tersenyum.

"Aku yakin kak Adrian masih mencintai kakak." ucap Dini.

"Dan keyakinan kamu akan kalah dengan kenyataan Din. Realitanya malam ini kakak kamu memilih Nadira bukan?" ucapku.

"Lalu kenapa dia masih menyimpan barang-barang kakak di kamarnya? Aku waktu itu menemukan foto kakak di lemarinya." ujar Dini.

"Mungkin Adrian terlalu sibuk untuk sekadar membereskan Din." terangku.

"Kamu gak dekat sama Dira?" tanyaku.

"Dia itu gak seterbuka kakak. Juga aku sebenarnya merasa aneh dengannya, seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kak Adrian." ucap Dini.

My PriorityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang