Pertama Kali Bertemu

4.7K 182 10
                                    

*happy reading!

8 years ago...

Karra's POV

Pagi datang menghembuskan bau pekat embun memenuhi indra penciuman ku, meninggalkan dinginnya hujan semalam. Hari ini, awal Mei 20.. aku akan memulai perjuanganku. Yah, memperbaiki kehidupan financial, apalagi kalo bukan dengan bekerja. Berbekal ijazah SMA yang aku raih baru2 ini, aku memulai karir ku. Aku bersyukur ada perusahaan yang mau menerima ku mengingat aku hanya lulusan SMA. Tak mau muluk2, aku merasa sangat bahagia saat ini, paling tidak aku akan menjadi benar2 mandiri.

Ku lirik jam yang melingkar di tangan kiriku, pukul 5.45 AM. Sudah saatnya aku bergegas, aku tidak mau terlambat mengingat ini adalah hari pertama ku. Segera ku tarik gas motorku, semangat sekali aku. Sepertinya max juga begitu. Sebelumnya aku berpamitan kepada kedua orang tua ku dan tak lupa memanjatkan doa, agar perjalananku dan hari ini berjalan lancar.

Beruntung keadaan yang masih too early ini membawaku dengan cepat menuju tujuanku. Aku memarkirkan motor kesayanganku sambil berbincang sedikit dengannya sepanjang jalan tadi. Hal yang biasa jika aku suka mengajak ngobrol si max, walaupun kenyataannya dia tak bisa membalas obrolanku. Yah, sekedar memberi semangat kepada diri sendiri dan mengajaknya berjuang bersama.

Ku langkahkan kakiku menuju gerbang utama. Aku berdiri diantara beberapa gedung yang tak terlalu menjulang tinggi. Sekali lagi aku memberi semangat pada diri sendiri. Aku gugup, pastinya! tapi akan aku hadapi apapun itu. Ku lebarkan senyumku sebelum melanjutkan langkah melewati gerbang itu. Sampai kurasakan ada sebuah tangan menyentuh pundakku.

"Hei, cepetan ntar telat!" reflectly aku menoleh kesamping kananku, sebuah suara sedikit cempreng menyapa ku pagi ini, dibalut senyum yang cukup manis.

"Ah, iyaa.. " ku lihat dia mempercepat langkah kaki nya menuju pintu utama. Tak mau menunggu aku mengikuti langkahnya tapi tak bisa menyusulnya. Tubuhnya yang tinggi, membuat langkahnya lebih lebar dariku. Ku biarkan saja ia terus berlalu sampai seorang yang lain melewati ku. Jalannya juga cukup terburu2. Ya, walaupun tubuhnya lebih kecil dari cewe yang menyapaku tadi, tapi tempo langkahnya sangat cepat. Ku lirik dia berjalan sambil menundukan kepala tanpa kata serta ekspresi yang sangat datar. Sesaat dia melirik kearah ku melalui ekor matanya lalu kubalas dengan memberikan senyum terbaikku. Tapi lagi2 ia hanya diam. Ya sudahlah mungkin ia memang sedang buru2. Dingin sekali dia itu..

Pintu utama terbuka, ia pun segera masuk dan melakukan sesuatu. Hmm mungkin itu cara absensi mereka, menggesekkan sebuah kartu lalu menaruh salah satu jari pada layar super kecil di pinggir mesin itu. Aku hanya diam memperhatikan sampai dia berlalu dan membuka salah satu pintu, lalu sosoknya hilang ditelan ruangan lain dibalik ruanganku saat ini. Aku bingung, ingin sekali bertanya padanya tapi melihat ekspresinya sepertinya sedang tak ingin diganggu. Ku putuskan untuk menunggu saja, sampai ada seseorang yang mendekat ke arahku, cewe dengan tinggi di bawah rata2 dengan kacamata super besar menghiasi wajah kecilnya.

"Karra, ya?" aku mengangguk.

"Saya Nova, Adm disini, panggil kak aja ya, selamat datang. " ia pun tersenyum menyambut kedatanganku.

Lalu ia membuka pintu dan menyuruhku masuk, aku cukup bengong melihat ruangan ini, yup ruangan dimana cewe dingin tadi masuki. Ruangannya tak terlalu besar, ada sepasang keran washbasin dengan kaca memenuhi dinding dibelakangnya.

"Ko kayak kamar mandi gini ya?" aku membatin.

Lalu kak nova menyuruh ku melepas sepatu ku menyisakan kaos kaki yang membalut kaki ku. Ia membuka pintu lain yang berada diseberang pintu tadi, lalu terlihatlah ruangan kecil tapi banyak sekali loker berjejer rapi yang tingginya melebihi tinggiku sedikit. Ia membuka salah satu loker sambil menjelaskan peraturan2 disini. Kemudian menyuruhku melepas pakaian ku, menyisakan kaos oblong serta celana pendek yang sebelumnya sudah kupakai. Ia segera membuka pintu lain setelah sebelumnya memencet tombol seperti saklar listrik, lalu pintu terbuka. Oh aku mengerti, mungkin itu kuncinya. Ada lorong kecil yang aku lewati menghubungkan pintu lain yang juga memiliki tombol kecil di sampingnya. Lagi2 ruangan ini penuh loker, kali ini jumlahnya lebih banyak dari ruangan di awal tadi. Dia pun membuka loker dan memberi ku seragam kerja warna kuning gading. Tanpa menunggu lagi, langsung kupakai baju itu dan melihat pantulan diriku di depan cermin, aneh. Bajunya ada topi seperti hoodie tapi setelah dipakai aku jadi terlihat seperti astronot tanpa helm udaranya.

Selalu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang