Salah Sasaran

1.8K 129 7
                                    

*Happy Reading!

Karra's POV

Setelah resmi menyandang posisi petugas label menggantikan posisi kak Nina yang entah ini kebetulan atau memang sudah takdirku, kontrak kerja kak Nina juga habis, sehingga akulah penggantinya. Ha ha ha... " Pucuk dicinta ulam pun tiba." Yup, benar sekali akhirnya aku bisa memiliki waktu lebih banyak dengan kak Rezky. Bagaimana perasaanku? Tentu saja sangat senang sodara2..

Namun sebelum kak Nina pamit undur diri, dia berpesan kepadaku agar lebih berhati2 dalam bekerja terutama dalam menghandel mesin label dan tentunya dengan tingkah laku kak Rezky yang cukup perlu dimengerti saat sedang bekerja. Kuncinya asal mood nya baik, maka semua akan berjalan dengan lancar. Huaa agak berat juga ya, secara aku kan belum terlalu mengenal dia, bagaimana bisa selalu menjaga mood nya sedangkan untuk berinteraksi saja sepertinya sulit. Tapi ya sudahlah, mungkin inilah tantangan aku untuk bisa menaklukan hatinya. Ha ha ha..

Selama proses bekerja suasana terlihat seperti biasa, belum ada interaksi yang pasti antara aku dan dia. Jujur aku memang selalu gugup jika di dekatnya apalagi jika sudah melihat tatapan tajamnya. Huiii serem cuy! Tapi demi mendapat perhatiannya, maka aku berpura2 saja sok asik. Terkadang aku mengganggu petugas seleksi yang sedang fokus bertugas. Atau kadang aku pergi ke bagian pengemasan dan mengganggu Ibel yang memang cukup menarik untuk ku ganggu. Ntah aku yang lucu atau memang Ibel yang mudah tertawa, terkadang hanya dengan lawakan recehku, dia pasti selalu tertawa terbahak2, bahkan semua diruangan juga akan ikut tertawa bersamanya.

Sesekali aku tetap memperhatikan kak Rezky ketika aku kembali ke mesin label. Aduh, sungguh ekspresi yang sulit aku tebak. Kenapa? Karna selalu datar dan kalo ga pasti pura2 ga peduli gitu alias cuek abis. Padahal aku tau jika terkadang matanya tidak lepas memperhatikan aku. Aish, sepertinya tugasku memang berat. Bahkan sangat berat, bagaimana agar es dalam dirinya mencair ya?

Hmm setelah ku teliti lebih lanjut, sepertinya ia termasuk dalam golongan si pencemburu. Bagaimana aku tau? Entahlah aku hanya mengikuti insting ku saja. Nah "Tring!" itu dia, jika aku memang tidak bisa membuatnya mencair, maka aku akan membiarkannya mencair sendiri. Ha ha ha...

Tunggu saja kak, sampai sejauh mana kk akan bertahan dengan sikap dingin kk itu. Setelah mendapatkan ide, aku lalu mencari target yang kira2 bakal membantu menuntaskan misiku. Sudah ada sebenarnya, tapi sayangnya tidak satu grup dengan kami. Yup, siapa lagi kalo bukan kak Rahma. Dan yah, pasti kak Rahma sangat bisa membuatnya cemburu lalu karna tidak tahan, maka es tersebut akan perlahan mencair dan sikapnya akan melunak kepadaku. Tapi lagi2 sayang sekali..

Lalu siapa? Ah untungnya takdir memang memihakku. Ada anak baru lagi, asik... Dan suatu kebetulan yang aneh, nama kami persis sama tapi postur tubuh kami sangat jauh berbeda. Yup, anak baru itu namanya Karra Putri Darwis. Tubuhnya tak terlalu tinggi beda sedikitlah sama aku dan sedikit menimbun lemak *oops

Maka dari itu, aku lebih suka memanggilnya 'endut'. Aku sengaja mendekati endut selama beberapa minggu ini, selain memang pribadinya yang juga sama2 humourist kayak aku, dia juga tak kalah baik. Aku mengajarinya banyak hal. Semua yang kupelajari disini aku ajarkan kembali padanya. Ia juga sepertinya merasa nyaman sama aku. Terbukti dengan tidak mau jauh2 dari aku. Juga selalu tak segan bila meminta bantuanku. Padahal cukup banyak senior disini yang pastinya lebih bisa mengajarinya. Ah lagi2 ini keuntunganku. Kebetulan hari ini, produksi tidak jalan. Sehingga pekerjaan kami sedikit santai. Kenapa begitu? Karna aku tak harus bersibuk ria dengan mesin label yang yah, pastinya sangat ribet.

Lalu ketika jam makan siang, biasanya kelompok akan dibagi menjadi 2 sesi. Tapi berhubung sedang santai begini, semua boleh turun dan makan barsama2. Aku berjalan cukup belakang dari rombongan tentunya bersama endut yang dengan setia menggandeng lenganku sambil bersandar santai disana. Padahal tubuhku lebih kecil dari dia, tapi dia malah yang paling asik menempeliku terus2an. Tapi ya sudahlah, kubiarkan saja. Toh membuat orang lain senang akan mendapat balasan pahala kan.. Entah karna dia merasa gemas dengan pipi chubby ku ini atau memang dia merasa sangat nyaman dengan aku. Aku juga ga tau. Sesekali ia juga mencubitnya. Dan ketika kami tiba di lantai 1 sebelum keluar lift, tiba2..

Chup!

Satu kecupan hangat mendarat di pipiku sebelah kanan. Tentu saja aku shock, si endut malah sudah berlari begitu saja menuju ruang makan meninggalkan aku dengan keadaan masih mematung. Jika saja suara kak Rezky tidak menyadarkan aku, mungkin aku sudah benar2 jadi patung.

"Hmm, enak banget ya dicium gitu?" ucapnya dengan ekspresi yang entahlah bagaimana harus kujelaskan. Wajahnya datar, matanya menatap tajam, tapi nada bicaranya sangat jutek. Huh, sebuah sindiran kah? Atau ucapan selamat? Entahlah hanya dia yang tau.

"Aduh bisa2nya sih endut malah nyium gitu, padahal ini kan lagi di tempat kerja. Aduh malunya aku, memang sih rombongan sudah berjalan lebih dulu tapi naasnya kak Rezky masih ada di belakang kami. Gawat ini gawat! Bukan hanya mencair nanti, mungkin langsung banjir. Huaaa..." rutukku dalam hati seraya berjalan menuju ruang makan. Seperti biasa sebelum kehadiran endut, aku memang terbiasa duduk dengan rombongan senior tepatnya di sebelah kak Rezky. Tapi semenjak ada endut, dia selalu saja mengajak aku duduk di sebelahnya.

"Akak duduk sini ya, nih kursinya sudah aku siapin." ajak endut ketika aku siap dengan kotak makanku. Mau tau mau aku menuju kursi di sebelahnya. Bukan apa2, aku hanya tak mau ia kecewa. Padahal aku masih malu dengan kejadian tadi. Eh dia dengan santainya bersikap seolah2 tidak terjadi apa2. Endut memang luar biasa, boleh aku bilang cuek? Atau memang masih polos? Entahlah cuma endut yang tau.

Sesekali kami saling melempar lawakan yang sukses membuat kami tertawa terbahak2, bahkan mengundang perasaan iri jika melihat kekompakan kami berdua. Tak jarang juga ada yang ikut nimbrung diantara kami. Banyak juga yang heran kenapa endut jadi begitu manja jika di dekatku. Aku tak tahu. Yang pasti endut memang pernah bilang jika dia sangat nyaman jika berada di dekatku. Walaupun sikapku kadang2 cuek, tapi aku seorang penyayang sebetulnya, itu katanya.

Lalu bagaimana dengan kak Rezky? Wah jangan ditanya, aku selalu mendapati matanya menatapku tajam seolah2 sedang menusuk2an pisau sangat tajam ke jantungku. "Jleb" Sungguh menyeramkan!

"Waduh, kenapa jadi ribet gini ya? Niatnya cuma mau buat kak Rezky cemburu, eh malah endut yang kepincut beneran. Huh malangnya nasibku," racauku sambil mengacak2 rambutku.













*tbc

*see you..

Selalu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang