*Happy Reading!Rezky's POV
Pagi ini cukup sibuk, mesin produksi kembali melaksanakan tugasnya. Mengisi vial dengan bubuk obat tertentu kemudian dialirkan menuju ruangan kami. Sebelum menuju proses pengemasan, vial2 tersebut harus di seleksi terlebih dulu, mulai dari pengecekan tutup botol apakah dalam keadaan baik atau tidak, atau isinya yang kira2 cukup atau hanya setengah dari jumlah seharusnya. Untuk itu, ada 4 petugas yang harus menyeleksi sebelum vial2 tersebut siap diberi label. Dari keempat petugas itu, salah satunya adalah anak yang masuk sebulan lalu, siapa lagi kalo bukan Karra. Yah, sudah hampir sebulan ia bekerja disini. Kulihat banyak sekali perkembangannya. Sepertinya anak yang cerdas. Dia juga semakin akrab dengan Ria. Tak jarang aku melihat Ria sedang mengajarinya sesuatu. Ria juga dengan sabar menghadapinya ketika ia banyak bertanya. Tak jarang aku melihatnya menjahili yang lain, sering juga melemparkan lelucon2 konyol menirukan lawakan soimah.
"Tuh kan, emang cuma jaim di awal aja, nih nyatanya ga bisa diem," gumamku pelan sambil memperhatikannya.
Sesekali juga aku mendapatinya sedang memperhatikan ku ketika aku sedang fokus bekerja atau sekedar ngobrol menjawab pertanyaan2 temanku. Ah, maklumlah aku kan banyak fans nya. *oops
Sekarang jarak kami cukup dekat, karna aku sedang berada di mesin label, dimana mesin tersebut terhubung langsung dengan mesin seleksi. Maka dengan leluasa aku bisa memperhatikannya dalam2. Aku yakin, dia tidak akan menyadari hal itu karna sedari tadi ia hanya fokus pada vial2 yang sedang berjalan beriringan di hadapan matanya. Mungkin ia takut jika melakukan kesalahan. Terkadang aku melihatnya mengucek mata sambil menggumam sendiri. Aih, lucu sekali. Sepertinya matanya sudah mulai lelah karna jujur saja, bukan 100 atau 200 vial yang akan diamati. Tapi hampir 1500an, bayangkan saja kawan betapa perihnya matamu jika harus bekerja seperti itu.
Aku masih asyik mengamati gerak-gerik nya yang terkadang mengundang senyum di wajahku, tanpa aku sadari. Sampai suara kak Mirna memecah belah keheningan yang sedari tadi menyelimuti suasana kerja kami. Kak Mirna mengingatkan tugasnya sebagai anak baru yang harus mentraktir saat gajian pertama kali. Kulihat ia bersedia, walau pandangannya masih fokus pada pekerjaannya. Sampai kurasakan ada yang aneh, ekspresi wajahnya seketika berubah. Dan itu sungguh menggemaskan. Ia terlihat terkejut, melotot seraya membuka sedikit mulutnya, menepuk dahinya, lalu mengerjapkan matanya berkali2 seakan baru saja melihat hantu.
"Loh, kenapa dengan anak ini? Bukannya tadi ia bersedia, menjawab dengan senang hati terlihat dari nada bicaranya yang cukup girang." aku bertanya2 melihat ekspresinya.
******
Keesokan harinya
Kak Mirna mengajakku turun untuk berganti baju setelah ia menyuruh yang lain segera bersiap2 dan menunggu di bawah, tepatnya di parkiran motor. Ia juga bertanya dengan siapa aku akan pergi. Jujur aku juga bingung karna biasanya kalo acara seperti ini mereka pasti sudah ada pasangan masing2. Entah kenapa tak ada yang berani mengajakku. Entah takut, entah malas meladeni sikapku yang cukup dingin. Aku pasrah saja dengan siapa aku akan pergi. Karna ternyata kak Mirna pun sudah ada temennya. Setelah sampai di parkiran, ku lihat Ibel dan Karra yang masih duduk sendiri di atas motornya. Aku tau kalo Ibel belum terlalu mahir dalam berkendara. Karna baru 2 minggu yang lalu ia bercerita pengalamannya itu. Ku dengar kak Mirna menyuruhku memilih antara Ibel atau Karra. Tapi belum sempat aku menjawab, Ibel sudah lebih dulu memberikan pendapatnya.
"Maaf kak Mirna, aku kan baru bisa naik motor, jadi aku masih takut kalo boncengin orang," tuh kan aku sudah tau jawaban Ibel. Artinya hanya tersisa Karra yang masih sendiri.
Jujur aku sedikit terkejut melihat penampilannya ketika di luar jam kerja. Ternyata bukan hanya wangi parfum nya saja yang terasa masculine tapi motornya juga. Motor yang sepertinya bukan menjadi pilihan cewe2 pada umumnya, motor dengan kopling manual. Terlalu tinggi, aku takut, sedikit. Tak perlulah ku sebut merk motornya yang jelas lebih besar dari bobot tubuh si pemilik. Kunaiki motornya dengan sedikit kesusahan, ia pun menarik gas motornya secara perlahan, melaju dengan kecepatan sedang. Entahlah, memang seperti inikah caranya berkendara atau memang ia tau kalo aku kurang nyaman dengan keadaan motornya. Terlihat sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu. Karna berkali2 ia menoleh ke belakang melalui kaca spion, sampai akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Cafe sederhana tapi cukup menarik, melihat design nya yang menampilkan kesan anak gaul zaman sekarang.
Acara selesai..
Kak Mirna lagi2 bertanya bagaimana caraku pulang. Terlalu berlebihan memang, perhatiannya terkadang membuatku risih, aku merasa seperti anak kecil. Tapi memang sih, aku biasanya kemana2 diantar ojek ku. Aku juga ragu, apakah ojek ku siap jika aku minta jemput saat sore begini, secara aku tidak mengingatkannya tadi, dia pasti sibuk dengan hal lain. Tak mau meragu, ku pastikan saja dengan menelponnya. Ternyata tidak ada jawaban. Ah, lagi2 aku hanya pasrah dengan siapa aku akan pulang.
"Eh, kak aku anterin aja. Gpp kok, kan tadi kk juga bareng aku kesini, jadi ya gpp kalo sekarang aku anterin kk pulang," terdengar suara Karra menawarkan diri mengantar aku pulang. Ku lirik matanya sekilas, sepertinya ia tulus. Ya sudah aku terima saja. Toh ojek gratisan ini. Sayang kalo di tolak mah..
Selama di jalan lagi2 kami hanya diam, dia hanya bertanya dimana aku tinggal lalu tidak ada lagi kata2 yang meluncur. Hanya terdengar suara angin menemani perjalanan kami. Jujur saja walau hanya diam seperti itu tapi aku merasa nyaman, berada di dekatnya sedekat ini membuatku dapat merasakan kembali aroma tubuhnya yang sudah seperti candu bagiku.
Aromanya terdiri dari citrusy-herbal yang dibuka dengan wangi buah sisilia clementine, tangerine, thyme dan marjoram. Disusul dengan aroma buah limau, jahe, lavender dan bunga melati. Ditutup dengan aroma woods, amber dan musk yang maskulin. Tenang sekali rasanya sampai tanpa sadar aku menggenggam bagian samping jaketnya sambil memejamkan mata menikmati saat berduaan seperti ini.
"Ah bahagia sekali aku.." aku senyum2 sendiri.
"Kak, sudah hampir sampai, rumah kk yang mana?" tanyanya yang hampir saja membuatku jatuh karna terkejut.
"Ah, nanti ada belokan ke kanan, nah stop disitu aja, ga terlalu jauh dari lorong itu ada rumah aku." aku menunjukkan arah padanya.
"Duh lagi2 hampir saja ketahuan kan. Untung saja dia ga melihat ekspresiku di belakang sini." aku merutuki kebodohanku yang lagi2 terpesona pada sosoknya sehingga lupa kalo aku masih ada diatas motor.
Setelah sampai, aku langsung saja mengucapkan terima kasih dan tak lupa memberikan senyum padanya sebagai balasan atas sikap baiknya ini. Aku tak berani menatap matanya secara langsung, karna aku takut dia tau kegugupanku. Tak mau berlama2 aku langsung saja berlalu, berjalan sedikit sampai akhirnya benar2 masuk ke rumah. Ku lihat ia masih saja memperhatikan ku.
"Huh, manis sekali sikapnya itu sampai harus menunggu aku masuk ke dalam dulu.." kurasakan gejolak dalam hatiku yang saat ini sedang meloncat2 kegirangan.
"Sungguh bahagianya aku..."
*tbc
*see you again..
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu Kamu
RomanceNo. 73 Friend rank May '18 No. 67 LGBT rank May '21 Kamu sungguh berbeda... Bahkan cenderung aneh... Namun entah mengapa hatiku justru jatuh pada pesonamu... Kamulah cintaku... Kamu juga patah hatiku... Hanya kamu, dan selalu kamu... Semoga suk...