Milikmu Seutuhnya

2.7K 108 3
                                    

*Happy Reading

Rezky's POV

Persiapan pernikahanku sudah hampir rampung yah memang sudah dimulai sejak tiga bulan yang lalu. Tapi jujur saja hatiku semakin hancur. Aku sangat ingin marah dengan keputusan sepihak mereka. Tapi aku tak bisa apa2 selain menurutinya. Dan Karra? Jangan ditanya, malah setelah aku menjelaskan semuanya ia masih santai saja. Ia justru mendukung keputusan mereka dan rela melepasku.

Aku sama sekali gak menyangka atas sikapnya itu. Ia sama sekali tidak marah atau kecewa karna hal ini. Aku bingung sendiri dibuatnya. Sikapnya terlalu dewasa untuk anak kecil seperti dia. Bahkan jika aku berada di posisinya sekarang, mungkin aku akan berontak mati2an agar bisa terus bersama kekasihku. Entahlah apa ia sudah berhenti mencintaiku atau ini adalah bentuk cinta sejati yang sering disebut kebanyakan orang. Jika cinta sejati tak harus memiliki. Ah bullshit! Aku sama sekali tak setuju dengan hal itu. Bagaimana bisa kamu merasa bahagia dengan orang yang kamu cintai tapi tidak bisa memilikinya?

Kesayanganku masih sama seperti dulu, bahkan perlakuannya semakin manis saja membuatku benar2 tak rela jika harus melepasnya. Ia malah menasehatiku agar bisa menerima keadaan ini dengan lapang dada. Oh ayolah, sebegitu dewasanya kah ia? Ini tuh pernikahanku. Dan aku yang katanya adalah orang yang paling dicintainya, eh ralat satu2nya cewe yang mampu menggetarkan hatinya tapi malah dengan senang hati ia melepasku dengan laki2 lain.

Huh terkadang aku menghela nafas berat berkali2 melihat keadaan hubungan kami yang hampir tiga tahun terjalin tapi berada diujung jurang sangat curam saat ini. Dan ia masih sangat santai. Bahkan ketika aku memaksanya untuk mengambil harta berharga milikku satu2nya, ia masih bisa menolak.

"Baby, kamu mau pilih yang mana?" lihatkan begitu semangatnya ia membantu mempersiapkan pesta pernikahanku. Yah, kami sedang disebuah toko souvenir dan dia selalu dengan setia menemaniku memilih barang yang mau kupilih. Aku tersenyum kecut melihat senyuman manisnya, huh andai ini pernikahan kami berdua, mungkin aku akan dengan semangat mempersiapkan ini semua.

"Beib, kok bengong sih? Oh iya, foto PW nya hari ini sudah siap diambil kan?" aku hanya sanggup menggeleng. Jujur aku bingung dengan sikapnya ini. Buru2 aku menempelkan tanganku ke dahinya.

"Kenapa sih beib, kok malah pegang dahi aku?" ucapnya sambil menurunkan tanganku dengan alis berkerut.

"Gak kok. Aku pikir kamu sakit." aku buru2 jalan lagi dan melihat2 souvenir yang terpajang di ruangan ini. Ia hanya memasang wajah cengonya. Lalu menuruti langkahku.

Akhirnya semua sudah beres, semuanya. Aku malas menyebutnya satu2, sudah tau lah apa2 aja hal penting itu. Aku sungguh tidak bersemangat. Apalagi kurang dari satu minggu ini aku akan resmi menjadi nyonya Syahputra. Oh no!

H - 1

Besok adalah hari pernikahanku. Huh lagi2 aku menghela nafas berat. Hari2ku sudah tidak sesemangat dulu walau memang Karra tidak pernah jauh dariku. Akupun heran, kenapa keluargaku tidak mempermasalahkan itu? Padahal mereka menantang dengan keras akan mencelakainya jika kami masih terlihat bersama. Entahlah aku tidak tau apa yang dilakukannya. Bahkan mereka bisa tersenyum ramah jika melihat ia yang sedang membantu persiapan pernikahanku saat ini.

"Bu, ini ditaruh dimana?" kudengar ia sedang sibuk ke hulu hilir, keluar masuk sedari tadi. Membawa barang2 yang disuruh ibu. See, bahkan ini sudah seperti acaranya saja. Aku hanya bisa menggeleng lemah sekaligus menghela nafas berat sekali lagi.

"Sayang, masih sibuk ya? Sini temenin aku dong, aku bosen sendirian." aku buru2 memanggilnya ketika kulihat ia melewati kamarku, yah maklum saja aku sedang melakukan facial treatment di kamarku. Dan mbak yang bantuin aku lagi ke dapur mengambil air hangat untuk mengompres wajahku.

Selalu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang