Mulai Mencair

1.9K 121 4
                                    

*Happy Reading

Rezky's POV

Kami berdua sedang berada di sebuah cafe, tadinya aku pikir dia gak mau nganterin aku cari makan dulu sebelum pulang, eh ternyata dia mau, syukur deh kalo gini. Paling enggak aku bisa deket lagi sama dia dan diboncengin lagi. Asyikk.. Sekarang makanan sudah terhidang di meja, kami makan dulu ya..

"Kamu gak bisa ya makannya pelan2 aja? Kayaknya tiap kali makan buru2 terus sampe belepotan gitu mulutnya," ucapku ketika melihat caranya makan yang selalu terkesan buru2 sampe mulutnya penuh dengan makanan, malah terlihat ia kesulitan mengunyah karna terlalu penuh. Aku mengelap ujung bibirnya dengan tisu.

"Ehmm, gak ta-u ka-k udah kebiasaan. Heheh sini biar aku bersihin sendiri kak," jawabnya dengan cengiran bodoh yang mempertontonkan deretan gigi putihnya sambil mencoba merebut tisu yang sedang kugunakan untuk membersihkan mulutnya.

"Udah gak apa, kk yang bersihin. Mulai sekarang kalo makan pelan2 aja, makan itu dinikmatin biar jadi daging. Kalo kamu makannya buru2 gitu yang ada gak hancur tuh makanan, jadi lambung kamu harus bekerja extra untuk mengolahnya kembali," jelasku masih sambil membersihkan bibirnya.

"O-oke di-coba ya kak," balasnya yang kini malah menundukkan kepala mungkin gugup karna nada bicaranya yang sedikit terbata2.

"Udah lanjut lagi makannya," ajakku karna sedari tadi ia masih terlihat cengo.
Setelah selesai, ia kemudian mengantarku pulang.

"Kak, nih jaket aku kk aja yang pake. Aku gak mau kk masuk angin karna pulang malam begini sama aku. Naik motor lagi.." katanya setelah kami sudah di parkiran motor.

"Ga usah, kan kamu yang bawa motornya. Aku kan duduk di belakang masih ada badan kamu yang nutupin angin sebelum ke badan aku, jadi kamu yang lebih butuh jaket itu. Udah aku gak apa kok," tolakku setelah ia menyodorkan jaketnya.

"Ya sudah gini aja deh daripada kk kedinginan, jaketnya aku pake terbalik kayak gini aja ya, jadi tangan kk bisa dimasukin kesini," dia menunjukkan cara agar tanganku bisa diselipkan ke dalam tubuhnya seolah2 aku sedang memeluknya.

"Modus banget nih anak!" batinku.

"Ehm, ya sudah terserah kamu aja," kataku tenang, padahal dalam hati aku gugup luar biasa. Aku lalu mulai menaiki motor tingginya itu. Aku sudah siap daritadi, tapi ia belum juga melajukan motornya.

"Kok belum jalan juga? Kenapa?" aku kembali bertanya. Lalu segera saja ia menarik tanganku seperti yang dicontohkannya tadi. Dan jadilah sekarang aku benar2 seperti memeluknya. Eh salah bukan seperti, kalo posisinya gini semua pasti mengira kalo aku sedang menikmati nyamannya memeluknya dari belakang. Huh ya sudahlah.. Ia lalu mulai menjalankan motornya, masih dengan kecepatan sedang seperti biasa.

"Kamu emang biasa pelan gini ya bawa motornya? Yah gak matching aja sama keadaan motor kamu yang macho gini," kataku setelah kami mulai berjalan menuju rumahku.

"Bisa dibilang seperti itulah, aku gak biasa ngebut kak. Aku gak mau orang lain merasa terganggu sama caraku berkendara. Tapi bukan berarti aku gak bisa ngebut ya kak, hanya saja mungkin cuma diwaktu2 tertentu aja. Misalnya pas mau kerja dan aku kesiangan, mau gak mau aku harus ngebut biar gak telat," jawabnya tenang masih fokus ke jalanan.

"Ooh seperti itu." aku hanya ber-oh ria dan ia membalas dengan menganggukkan kepalanya saja. Aku merasa hatiku sedikit tersentuh, ternyata dibalik tingkah konyolnya jika sedang bekerja, ia juga bisa bersikap dewasa. Mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa orang2 bisa dekat sama sosoknya dalam kurun waktu singkat. Keadaan kembali hening. Hanya deruan angin yang sesekali menerbangkan wangi parfumnya menusuk indra penciumanku. Aku merasa sangat nyaman dengan aroma ini. Sampai aku tak sadar lagi2 aku memejamkan mataku sambil mengeratkan pelukan dari belakang ini.

Selalu KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang