*Happy Reading
Karra's POV
Delapan bulan berlalu setelah pernikahan kelabu kesayanganku waktu itu. Yah, ini sudah kembali bulan Oktober tapi kali ini aku tak bisa lagi merayakan ulang tahun kesayanganku itu. Bukan tak mau hanya masih tak sanggup bila berada di dekatnya, lagi.
Pekerjaanku baik2 saja. Aku juga tidak lagi menjadi petugas label karna masa kerjaku hampir habis, yah hanya sampai akhir Oktober ini saja. Mungkin juga ini cara Tuhan agar aku benar2 bisa jauh darinya.
Lalu bagaimana keadaan kami? Sama sekali tak sama seperti dulu saat masih berhubungan. Kehidupan kami kembali ke awal. Seperti tidak saling kenal. Bukan dia yang tak mengenalku tapi aku yang selalu menghindarinya. Aku masih terus berpura2 baik2 saja. Bahkan tingkahku makin konyol jika sedang bekerja. Aku makin suka menjahili teman2 kerjaku. Aku childish? Mungkin ia, ini hal paling konyol yang pernah aku lakukan. Aku sudah seperti orgil. Bahkan kak Mirna sering menegurku bahwa aku tak seharusnya bersikap seperti saat ini. Sungguh bodoh! Tapi aku sudah benar2 tak bisa berpikir apa2 lagi. Aku masih hidup, ragaku masih utuh. Tapi jiwaku kosong, hilang entah kemana.
Ia juga kembali seperti dulu walau tak lagi dingin tapi lagi2 tak tersentuh. Kehidupannya berubah drastis, tak sesemangat seperti dulu, bahkan hampir setiap hari murung dan sering kali aku menemukan matanya dalam keadaan sembab dan bengkak persis seperti aku waktu itu. Huh, entahlah aku hanya mampu meminta maaf dari jauh. Sama sekali tak bisa memperbaiki apa yang sudah aku mulai.
Akhirnya masa kerjaku selesai. Yah, tiga tahun aku berjuang disini dan saat ini harus terhenti. Ya sudah tidak apa. Mungkin ini jalan terbaik yang diberi Tuhan untukku. Aku sedih? Tentu. Mungkin ini terakhir kalinya aku akan melihatnya. Karna jujur saja setelah pernikahannya, aku sama sekali tak lagi bertemu dengannya di luar jam kerja. Bahkan terakhir kali percapakan kami berakhir dengan pertikaian yang menyebabkan aku pergi begitu saja. Aku senang? Gak juga, mungkin lebih tepatnya lega. Setidaknya aku akan mulai lagi perjuanganku dalam menata hatiku agar bisa menjadi lebih kuat setelah patah hati parah ini. Aku masih mencintainya? Sangat. Bahkan rasa ini sama sekali tak berubah sampai detik ini. Bodoh sekali aku ini. Tertawalah kawan, sebelum tertawa itu dilarang.
Jujur saja setelah masa kerja habis aku bingung akan melakukan apa. Lalu aku berpikir mungkin aku harus melanjutkan studi ku saja. Yah, benar. Aku melanjutkan studi S1 ku dengan jurusan Psikologi dikota lain. Kenapa Psikologi? Ah mungkin karna aku terlalu terbiasa mendengar keluh resah teman2ku selama ini dan hasilnya memang lumayan baik dikehidupan nyata. Solusi yang kuberikan cukup membantu mereka. Jadi kenapa tidak aku teruskan saja?
Hari demi hari yang berat masih kulalui. Aku sama sekali tak pernah lagi bertemu dengan kesayanganku itu bahkan lewat media sosial. Tapi ia masih setia mengirimiku pesan singkat sekedar semangat atau mengingatkan agar aku jangan lupa bahagia. Hah.. Lucu sekali dia itu, bagaimana bisa bahagia jika dia saja sudah pergi. Oh salah, bukan dia yang pergi tapi aku. Aku yang lagi2 bodoh!
Empat tahun berlalu akhirnya aku selesai dengan studi ku itu dengan predikat cum laude. Syukurlah. Lalu aku kembali ke kotaku dan langsung membuka praktek kerjaku sendiri sebagai konsultan psikologi alias benar2 menjadi psikolog sambil melanjutkan studi S2 ku. Karirku cukup sukses dan aku cukup dikenal karna sudah banyak kasus yang kutangani dan berhasil. Ah terkadang lucu sekali kehidupan ini. Aku sendiri punya masalah yang belum bisa aku selesaikan dalam kehidupan cintaku sendiri tapi aku terus saja membantu orang lain dalam kehidupan cintanya. Sungguh ironis!
Deg!
Aku jatuh tak bedaya tiba2 di depan client ku ketika sedang membahas solusi untuk masalahnya. Saat itu dadaku benar2 sakit. Sampai aku tak kuasa menahan sakitnya, aku kesulitan bernafas seolah jantungku berhenti berdetak saat itu juga. Oh tidak ada apa ini Tuhan? Aku sempat melirik jam tanganku. Saat itu tanggal 28 Oktober 20.. Ada apa? Aku hanya mampu bertanya dalam hati.
"Apa kabar kamu baby? Masih adakah aku dihatimu? Seperti halnya dirimu yang selalu ada dihatiku? Semoga bahagia baby. Aku mencintaimu dan akan selalu begitu," ucapku lirih.
Kembali aku melanjutkan kerjaku dengan membantu client ku mengatasi masalahnya. Untung saja aku masih bisa berkonsentrasi dengan hal ini meski memang ada yang sedang mengganjal dalam hatiku saat ini.
Diskusi sudah selesai. Aku hanya berharap bisa memberikan solusi terbaik untuk kasus yang sedang kuhadapi saat ini."Thanks for the help, Ms. Karra," ujarnya sambil menyalami tanganku. Ya, saat ini client ku seorang bule. Aku juga tak mengerti kenapa ia memilih berkonsultasi padaku ketimbang konsultan lain yang mungkin lebih bonafit dibanding aku. Tapi ya sudahlah, aku hanya bisa mencoba memberikan yang terbaik untuknya.
"It's my pleasure. Mr. William. Just call me when you need something to discuss. I'm glad to help you more." aku menerima jabatan tangannya dan mulai beranjak dari kursiku.
"It's nice talking to you. I'm so happy with this. I'll call you again when it needed. Now i gotta go. Thanks once more." ia juga beranjak dari kursinya.
"You're welcome, sir. See you on other occasions." aku mengantarnya sampai ke depan pintu.
Huh.. Aku menghela nafas berat sekali lagi, kenapa tadi dengan jantungku ini. Apa yang terjadi pada kesayanganku itu ya? Ah tidak, aku tidak boleh lagi menyebutnya seperti itu. Bukannya ini pilihanku? jadi aku harus menjalaninya walau berat.
"Baby, semoga kamu baik2 saja," gumamku sambil menatap gedung2 bertingkat yang saat ini tersaji di depan mata.
*tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu Kamu
RomanceNo. 73 Friend rank May '18 No. 67 LGBT rank May '21 Kamu sungguh berbeda... Bahkan cenderung aneh... Namun entah mengapa hatiku justru jatuh pada pesonamu... Kamulah cintaku... Kamu juga patah hatiku... Hanya kamu, dan selalu kamu... Semoga suk...