*Happy reading!
Karra's POV
Six Months Later
Saat ini aku sedang bekerja shift pagi. Dengan suasana baru begitu juga teman2 baru lagi. Walau masih ada temanku dari grup sebelumnya. Kenapa begitu? Tentu saja dalam setiap grup akan ada kegiatan rolling sehingga masing2 akan saling merasakan berada di grup2 lain tentunya dengan kepala grup yang lain pula. Aku sudah benar2 mengerti dalam hal packaging. Sudah banyak juga jenis2 produk yang aku temui. Masing2nya memiliki ciri pengemasan sendiri. Artinya beda bentuk dan ukuran botol akan membedakan cara pengemasannya.
Aku juga sudah menguasai beberapa mesin yang berhubungan dengan pekerjaanku. Seperti mesin lipat brosur, mesin cap, atau juga mesin pencuci botol. Hanya satu mesin yang sepertinya akan dipegang oleh orang2 tertentu. Yaitu mesin label karna memang menurut sebagian teman2ku, mesin itu termasuk yang sulit dan ukurannya memang lebih besar dari yang tadi aku sebutkan. Jika salah sedikit saja maka akibatnya bisa mendapat surat peringatan.
Grup ini di kepalai oleh kak Sulis. Berbeda dengan kak Mirna yang banyak omong, sepertinya kak Sulis lebih pendiam. Postur tubuhnya juga sangat jauh berbeda dengan kak Mirna. Tubuhnya kecil, tingginya juga dibawah rata2, menggunakan kacamata minus dengan suara cempreng ber volume kecil. Kesan pertamaku malah seperti orang cerewet tapi nyatanya tidak juga. Ia hanya akan berkomentar jika ada yang salah. Selebihnya akan fokus bekerja. Jarang sekali ada obrolan2 disela2 pekerjaan. Suasana yang cukup jauh berbeda saat bersama grup kak Mirna kemarin. Untuk itu aku merasa kurang nyaman di grup ini. Tapi walau bagaimanapun, aku harus tetap semangat.
Orang2 di grup ini juga tak banyak bertanya. Mungkin mereka sudah mendengar semua cerita tentangku melalui orang2 di grup kak Mirna. Sehingga lagi2 aku menemukan suasana canggung di grup ini. Ada satu orang yang sepertinya memahami kecanggunganku. Sehingga tak jarang ia yang mengajakku mengobrol. Obrolan ringan sekedar mengakrabkan diri. Dia juga cukup perhatian, selalu mengingatkan agar aku dapat bekerja lebih baik lagi. Sesekali ia mengajariku bagaimana mengendalikan mesin yang sekarang ia pegang. Yup, dia si pemegang mesin label di grup ini, kak Rahma. Ah aku jadi kangen kak Rezky. Secara kak Rezky juga jadi si pemegang mesin label di grup kak Mirna. Jujur saja aku tak begitu tertarik dengan mesin besar ini. Disamping yang paling ribet, sepertinya mesin ini juga yang paling beresiko.
Kak Rahma sangat baik jauh berbeda dengan kak Rezky. Walau memang ia juga pendiam tapi kak Rahma lebih bisa mengendalikan keadaan. Ia tau apa yang seharusnya ia lakukan kepada anak baru seperti aku. Tentu saja dengan mengajariku agar proses pengemasan berjalan dengan baik dan benar. Cuma kak Rahma yang buat aku nyaman berada di grup ini. Maka tak jarang kalo aku selalu ada di dekatnya.
Melihat kedekatan kami yang terus menerus, tak hayal menyebabkan sedikit konflik. Banyak teman yang cukup dekat dengannya merasa iri dengan aku. Tak jarang aku mendengar cibiran mereka yang merasa telah merebut kak Rahma dari mereka. Hello... Merebut? Karna jujur saja semenjak ada aku, kak Rahma memang lebih sering dengan aku. Seperti ketika makan ia akan duduk deket aku, walaupun makannya juga bareng sama teman2 yang lain. Aku cukup pusing, kenapa jadi seperti ini. Tapi lagi2 kak Rahma sangat menguasai keadaan. Ia selalu menguatkanku.
"Biarkan saja katanya, toh kita cuma punya dua tangan untuk menutup telinga kita sedangkan mulut mereka banyak sekali. Jadi takkan sanggup jika harus menutupnya satu2."
Ya sudah lah, aku ikut saja. Sampai akhirnya kami benar2 sangat dekat. Apa penyebabnya? Karna entah bagaimana ceritanya aku ditunjuk untuk menemani kak Rahma memegang mesin label itu. Maklum saja dengan mesin seribet itu ga mungkin di pegang hanya dengan satu orang. Berhubung partner kak Rahma kontrak kerjanya hampir habis, jadilah aku tertuduh untuk menemaninya nanti. Mungkin melihat kedekatan kami sehingga banyak yang menyimpulkan jika aku akan cocok menjadi partner kak Rahma.
Disamping itu, mereka pikir sepertinya kak Rahma juga nyaman dengan aku, mengingat ia adalah termasuk orang yang susah akrab. Mereka aja yang udah lama temenan sama dia ga bisa jadi sedeket ini padahal aku cuma anak baru. "OMG, kok aku sih! " Mau tak mau, suka tidak suka akhirnya aku terima tugas baru tersebut. Kenapa begitu? Entahlah, aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru mungkin. Atau karna aku cukup penasaran bagaimana menaklukkan mesin besar ini. Aku sendiri tak tau pasti.
Skip hari berikutnya
Dimulailah tugas baruku walau statusnya belum resmi, karna masih tahap belajar. Sungguh aku dag dig dug, aku takut jika nanti malah melakukan kesalahan. Aku tidak lagi berhubungan dengan brosur atau kemasan atau kardus2 besar yang biasanya aku rapikan sebelum memulai pekerjaan. Hanya label dan vial2 tentu saja yang akan menjadi fokusku saat ini. Kak Rahma lagi2 menangkap ketakutanku. Sungguh ia sangatlah peka.
"Cie.. Yang hari pertama sampe gugup gitu? Nyantai aja kali, dek. Cuma mesin kok. Lagian kan kita manusianya. Jadi kita yang akan mengendalikannya bukan sebaliknya," godanya sambil sedikit memberikan semangat dan petuah.
"Ehm, jelas guguplah kak, biasanya kan cuma duduk manis disitu (aku menunjuk conveyor berjalan) sambil menunggu vial keluar yang telah siap dikemas dari mesin kk, eh sekarang malah jadi petugas yang harus memastikan vial tersebut siap dikemas," jelasku dengan bibir masih bergetar karna gugup.
"Ya sudah, sebelum mulai mending berdoa dulu aja deh, biar lancar," ajaknya untuk mengurangi kegugupanku. Nah, ini yang aku suka. Kak Rahma sangat taat, ia selalu tak pernah bosan ngingetin aku untuk ibadah. Katanya ibadah itu sangat penting, agar apa yang kita kerjakan menjadi berkah dan dapat pahala. Sungguh pemikiran yang sangat dewasa ditengah zaman yang sudah sangat modern seperti ini.
Mungkin ada yang bertanya kenapa dia manggil aku dengan sebutan "dek" bukan nama seperti yang lain. Nah ini juga yang buat aku nyaman, ia benar2 menganggap aku adiknya. Mengingat aku adalah anak tunggal sehingga dengan senang hati ia memberikan perhatiannya lebih kepadaku. Tak banyak obrolan yang terjadi ketika sedang bekerja tapi kontak mata diantara kami tak pernah putus. Sepertinya ia sangat memahami isi hatiku. Terbukti beberapa kali ia memberikan semangat hanya dengan melihat gerak-gerikku. Aku terkadang heran, dia cenayang kali ya, kok tau banget apa yang aku rasain?
Tiga bulan berikutnya
kami menjadi sangat dekat. Tak jarang ketika weekend kami menghabiskan waktu bersama seperti hang out bareng atau nonton bioskop atau sekedar duduk2 santai dirumahnya. Aku juga sudah kenal keluarganya. Malah setiap kali aku berkunjung kerumahnya, ibunya selalu memasak makanan kesukaanku, tahu sambel dan sayur bening katuk. Ahahah sangat sederhana bukan..? Tapi kehangatannya sungguh terasa sehingga membuatku nyaman sekali berada di tengah2 keluarga ini.
Semakin dekat baik diluar maupun dalam pekerjaan, tak jarang malah makin mengundang konflik. Teman2nya makin iri dengan aku. Bagaimana mungkin seorang aku yang tidak ada apa2nya mampu menarik minatnya untuk terus berada di dekatku. Akupun tak tau pasti kenapa, aku juga menunjukkan sikap yang biasa saja jika di depan mereka tapi entahlah yang aku tau kami sama2 merasa nyaman.
Sampai akhirnya enam bulan berlalu, saatnya aku kembali ke grup kak Mirna. Aku yakin hampir semua orang di grup kak Sulis sudah tau tentang kedekatan aku dan kak Rahma. Atau mungkin bahkan sampai ke grup kak Mirna. Maklum saja kan, angin lebih cepat berhembus daripada omonganmu bahkan dinding tidak lagi bisu ketika suatu kebenaran telah terungkap. Tapi sungguh kami tidak ada apa2, ah percuma mejelaskan pada mereka. Mulutku cuma satu, takkan sanggup aku menimpali semua kata2 mereka yang mencibir kami. Ya sudah lah iya-in aja daripada pusing sendiri.
*tbc
*see you ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Selalu Kamu
RomanceNo. 73 Friend rank May '18 No. 67 LGBT rank May '21 Kamu sungguh berbeda... Bahkan cenderung aneh... Namun entah mengapa hatiku justru jatuh pada pesonamu... Kamulah cintaku... Kamu juga patah hatiku... Hanya kamu, dan selalu kamu... Semoga suk...