Raka selalu tahu apa yang Alana inginkan. Tapi aku tak sekalipun mengenalnya.Raka adalah massa depanku. Namun kenapa sampai saat ini. Tak sedikitpun rasaku tumbuh untuknya.
Jauh di lubuk hatiku hanya ada dia bukan Raka. Dia yang selalu buat aku menangis. Dia yang hilang. Dan entah kemana. Dia adalah bagian dari nafasku. Bagian dari kepingan massa lalu. Yang menyakitkan.
Diantara banyak , salah satunya kenangan yang pagi ini kembali membayangiku. Adalah tempat ini sekolah. Pertama kali aku bertemu dengannya disini. Dan tiap aku rindu dia tempat ini obatnya. Dan pagi ini ada seseorang yang mengantarkanku terbang ke massa lalu. Dialah Raka ku. Dengan ikhlas menerima aku. Walau dia tahu tak mudah bagiku untuk mencintainya.
Di tambah Bu Mirna. Yang kembali mengungkit massa yang kutunggu lari.
Aku pengecut.
Pecundang.
Bu Mirna menyadarkan ku tentang sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku telah meninggalkan sesuatu yang berharga bagiku. Aku meninggalkan ibuku sendiri. Demi kemarahan yang bodoh.
Begitu deras air mataku mengalir. Hingga aku lupa ada Raka di sampingku. Sekalipun sudah lama aku bersamanya tak pernah sekalipun aku menunjukkan kesedihanku didepannya. Dan sekarang pertahanan ku runtuh seketika.
Telah tiga tahun aku bersamanya. Tak satu detik pun aku menunjukkan masalahku padanya. Karena dia selalu punya cara untuk buatku tertawa.Raka pergi. Dan kembali dengan membawakan segelas teh panas.
" Apapun salah. Sebesar apapun maafkanlah nak. Itu akan buat hidupmu lepas dari beban."
" Aku akan mencobanya Bu."
" Pasti semua akan butuh waktu kan."
" Mungkin Bu. Tapi selama ini aku coba lupain semua tapi semakin kucoba semakin kuat ingatan tentang peristiwa itu. Tambah tahun berlalu semakin sakit hatiku Bu."
" Karena kamu belum ikhlas nak. Ikhlasin ya. Jalani aja. Jalan terpaku massa lalu."
" Insya Allah. Aku berusaha Bu."
" Sudahlah. Ayo kita ngomongin hari ini aja."
Aku hanya diam tapi kusunggingkan senyum manis. Berusaha menata hati. Mengubah mood dari sedih ke bahagia." Nak Raka. Bisa minta tolong ya. Sabtu ini datang kesini buat jadi donatur. Acar ulang tahun SMA ini."
Perkataan Bu Mirna, mencoba mencairkan suasana yang sejak awal sudah mengharu biru.
" Oh tentu Bu. Kami juga punya yayasan yang bergerak di industri kreatif mungkin bisa bekerja sama dengan sekolah ini Bu."
" Wah kebetulan itu. Bagus juga."
Obrolan kami pagi ini begitu mengurangi beban ku. Seakan Bu Mirna ditakdirkan untuk bertemu denganku dalam waktu yang tepat dan suasana yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana
General FictionMampukah Alana terus bertahan seperti ini. "Ya ALLAH, berilah aku kekuatan untuk terus bertahan. Membuka semua kisah. Menghapus rasa kesal dan sakit hati. Ya ALLAH balaskan rasa sakit yang kualami ini kepada dia yang menyakitiku. Sama seperti dia me...