BANGUN

11 1 0
                                    

Tidur yang panjang,
Mengakhiri segalanya. Terlalu bodoh. Hanya saja tak mampu aku menampik segalanya. Dikala hati tetap menanti. Biarpun kulihat dia kini ada disampingku. Ya, inilah kekuatanku selama ini. Jika bukan mungkin tak bisa lagi ku buka mataku. Demi apapun. Terimalah maafku. Jika aku masih terdiam. Biar saja.

Mentari yang menyilaukan kini menebus tirai-tirai bening disamping kanan dan kiri kamar ini. Aku lemah. Aku berusaha bangun. Tertatih aku membuka tirai itu. Silau. Cahayanya menusuk mataku. Kubuka jendela kaca itu kuberjalan keluar balkon kamar. Hangat. Ini bu.

Janjiku, adalah sebuah perjalanan. Kisah indah dan tidak adalah bagian dari aliran darahku.

"Lana." Aku melihat Raka kebingungan mencariku. Kuubah raut wajahku. Dia menghampiriku. Kupaksakan senyum.

"Udah enakan?" Katanya sambil menyodorkan segelas teh hangat.

"Kamu gak pulang?." Kualihkan pembicaraan..

Dia hanya diam saja. Setidaknya aku tahu itu. Berkali-kali masalah yang datang aku bisa. Tapi ini. Sulit sekali berdamai dengan hati sendiri. Jawaban yang pasti adalah dihadapi bukan lari.

Tapi biar saja.

"Apa sih yang bisa buatmu berhenti mikirin massa lalumu."

Perkataan Raka menyentak hatiku. Iya karena apa. Aku tak tahu. Yang kutahu hanya sebait saja puisi kesakitan hati. Pun hanya sekeping puing kasih sayang dari orang yang ku anggap punya hati kasih. Leyih tepatnya rasa kecewa. Tapi tak bisa aku katakan itu pada Raka. Kujawab asal saja.

"Karena kenangan itu gak bisa terhapus. Dia terlanjur terjadi."
"Lalu buat apa kamu ingin kembali kesini. Kalau toh kamu seperti ini. Kamu terjabak."
Aku terdiam.
"Aku sebenarnya kembali buat ibu. Tapi kenyataan berkata lain."
"Terus apa yang akan kamu lakuin. Seperti ini menyakiti dirimu sendiri. Ayolah Lana." Raka mengguncang-guncang tubuhku. Aku hanya bisa diam. Lalu aku tersenyum.
"Mau buat aku bahagia kan."
Aku membuat Raka tak mampu menjawabnya.

Raka. Kamu selama ini begitu memperhatikan aku tapi jujur saja. Aku hanya bisa berharap kamu selalu ada disampingku. Jika hati ini terus saja meminta bisakah aku membalas segalanya.

Kami jadi duduk di balkon rumah. Suasana yang tadinya memanas kini cair sudah.

Alana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang