Bila dua hari ini adalah hari terindah dalam hidupku kembalinya aku kerumah ini semakin membuat semangatku memuncak. Caca dan Raka adalah bagiannya. Bagian dari semangatku. Jika malam adalah hidupku kini maka Raka dan Caca adalah bintang yang menghiasi malam. Awal yang indah. Demi menutup semua memoriku. Aku tak bermaksud mengganti ataupun menghapus tapi hanya sekadar menutup. Mungkin akan lebih baik daripada sembunyi terus.
"Ca, jalan yuk."
Dia hanya tersenyum.
"Mau kemana kak?"
"Jalan aja."
"Tau gak kak. Aku seneng banget bisa bareng kakak lagi. Kak, aku mohon jangan pergi lagi ya."Aku hanya tersenyum kecut. Andai kamu tahu ca. Ingin aku selalu disini terus menemanimu. Tapi aku perlu menata hati. Jika hari ini aku bisa ada disini bukan karena apapun. Hanya karena aku lelah. Lelah dalam persembunyian.
Kami berdua terus berjalan mentusuri kota yang semakin malam. Hingga tiba di sebuah jembatan dipinggir pantai. Penuh keramaian penuh dengan lampu yang menghiasi malam. Aku menyuruh caca parkir. Aku lihat tempat ini memang ditujukan untuk muda-mudi menikmati malam. Ramai sekali malam ini. Ada pasangan ada yang bersama teman ada yang bersama keluarga.
Kini kami berjalan menyusuri jalan. Penuh dengan pedagang asongan yang kelihatannya memang ditata seperti. Aku merasa bahagia. Tanpa beban. Bila setiap saat aku bisa ada di tempat seperrti ini tak akan ada beban yang tersisa.
"Kak...."
"Apa...."
"Kita makan jagung bakar yuk disana. Lama banget gak makan jagung bakar."
"Ayo. Kapan-kapan kita kesini rame-rame asyik kali ya."
"Iya kak."Jika hari ini aku bisa merasakan kembali semuanya adalah anugerah Allah. Betapapun kasih sayang akan menang dari pada dendam yang ada. Biarpun aku menyangkal jika aku pernah menyayanginya. Yang pasti perasaan itu akan terasa sakit jika memori tentangnya kembali lagi. Disetiap tempat. Disetiap waktu ketika rindu menutup segala amarah yang ada di hati, disaat itulah kau kusimpan.
Bukan untuk apa. Aku hanya sering kali membayangkan betapapun sakitnya perasaanku. Saat semua terjadi. Dan bodohnya aku lari. Meninggalkan ibuku.
Perasaan bersalah kusayangi tak ada gunanya yang pasti aku harus kembali lagi. Memulai yang aku tinggalkan.
Aku Alana si pengelana yang baru pulang dari pengembaraannya.
Menikmati jagung bakar dimalam yang dingin ini. Membuatku merasa bahagia. Tertawa lepas mengikuti alur.
***
Sementara Alana menikmati semuanya. Adam sedang melamun di balkon sambil menikmati coklat panas.
"Pa, masuk dingin diluar. Papa kan belum sehat."
Adam hanya tersenyum.
"Ma, papa punya banyak kesalahan pada anak-anak papa, tapi papa belum siap ketemu mereka."
"Ok, kalau begitu papa harus menyiapkan diri. Untuk secepatnya menemui mereka. Insya ALLAH mama temenin."
Adam kembali tersenyum. Mengusap kepala istrinya. Lalu masuk ke dalam. Sampai didalam kembali terduduk.
" Ma, besok papa pergi ke hotel sultan. Mama dampingi papa ya. Soalnya ini adalah acaranya nak Raka, donatur tetap panti asuhan kita ma."
"Iya, tapi papa istirahat dulu."
Adam dan Rahma beristirahat malam ini. Rahma tidak tahu betapa besar kesalahan adam terhadap anak-anaknya. Tapi yang Rahma tahu adalah begitu besar kasih sayang Adam terhadap anaknya itu terbukti dengan penyesalan yang Adam rasakan. Ada kisah yang tak bisa dijelaskan kembali. Ada kisah yang tak mungkin dikenang dan itulah kisah Adam dan keluarganya. Massa lalu ibarat kaca spion saat berkendara. Kita hanya bisa melihatnya beberapa kali. Memang tak ada kepastian. Adam merasakan betapa waktu begitu cepat membuat perubahan. Penyesalan selalu datang terlambat. Pun dengannya. Malam ini entah sudah berapa ratus hari hatinya terasa perih.
Teringat saat pertama kali AL pergi dari rumah. Meski AL bukan darah dagingku, tapi dia kekasih hatiku. Anak baik, penurut. Semua salahku. Hingga kemarahan itu tidak terbendung. Dia lari. Kucari kemanapun hingga Rima wanita yang kusayangi pergi untuk selamanya pun aku belum bisa menemukanmu nak. Maafkan papa, kembalilah nak. Hingga suatu hari aku bertemu Rahma, wanita yang menyadarkanku akan kesalahanku. Tanpa putus asa aku tetap akan mencarimu nak. Bukan hanya AL tapi juga Caca. Tapi aku belum siap menemuimu Ca.
Rahma. Kesabaranmu dan segala kebaikanmu hanya ALLAH yang akan membalasnya.
Malam yang singkat bagi Adam.
Pun dalam pelariannya selama ini rasa bersalah yang membuat jiwanya tak tahan untuk tetap diam dirumah itu. Hanya akan membawanya melihat bayang-bayang Rima. Wajahnya yang sendu, hanya menatap jendela kamarnya. Mungkin berharap jikalau Al datang. Begitupun aku. Kenapa amarah ini tak bisa kutahan lagi. Apa yang membuat Al si anak penurut menjadi membangkang. Ataukah aku yang salah. Al kembalilah nak. Papa mohon. Jika papa salah maafkanlah. Maklumilah papa nak.
Kemana lagi papa harus mencarimu nak.
Malam terasa begitu singkat bagi Adam. Terasa semalaman ia tak bisa lelap. Entah kenapa dua hari terakhir aku merasakan kehadiran Al. Nampak begitu dekat. Hingga aku merasakan lelahnya. Aku merasakan hembusan nafas kecewanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi sedangkan Adam harus segera bergegas. Menuju hotel sultan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alana
General FictionMampukah Alana terus bertahan seperti ini. "Ya ALLAH, berilah aku kekuatan untuk terus bertahan. Membuka semua kisah. Menghapus rasa kesal dan sakit hati. Ya ALLAH balaskan rasa sakit yang kualami ini kepada dia yang menyakitiku. Sama seperti dia me...