Kita adalah manusia yang gak tahu diri. Bisanya cuma meminta.
Kata sederhana yang selalu terngiang dalam benakku entah berapa lama. Mampu bertahan. Dalam jiwa yang sunyi aku mengisyaratkan keinginan. Jutaan kata mungkin saja terangkai bila aku menuliskannya. Ataupun lukisan akan sama saja dilihat dari sisi beragam tak kan indah. Hanya tercampur warna-warni.
Jika aku hanya diam, terasa sakit.
Namun jika aku bicara semua pasti akan terasa sakit.Aku yang berada dalam kesendirian hati. Ingin menepi dalam keadaan yang tak aku inginkan. Jika aku hanya bersembunyi terus bagaimana akuq bisa mwnjalani hidupku lagi. Maka aku putuskan untuk mwmbuka lagi luka lama itu. Jika aku diam berarti aku sedang berusaha mencari jalan keluar agar tak menyentuh luka. Meski tetap sakit aku coba seminimal mungkin.
"Raka" sapaku pelan melalui telpon
"Iya. Gimana jadi kan nemenin aku ke acara kantor."
"Jadi."Aku sama sekali tak mengabaikan Raka, dengan segala perasaanku kini. Memang hanya untuk dimengerti jika aku selalu bersikap cuek bukan karena aku mengabaikan justru karena aku peduli.
Aku tak mau hanya kesedihan yang kuberikan padanya.
Tapi jika hari ini aku menutup mata dari segala hal yang ada. Akan jadi hal tak diinginkan. Hidup tanpa cahaya.
Alana adalah lambangnya. Simbol dari kegetiran. Awal dari perpisahan. Andaikan semua hal itu mudah. Aku tak akan pergi
Pagi ini, lebih tepatnya siang ini. Aku ingin menyegarkan otakku. Aku menceburkan diri ke kolam renang. Lama rasanya tak menyentuh air sedingin ini. Kutenggelamkan wajahku beberapa saat lalu ku angkat. Beberapa kali kuulang. Lumayan mendinginkan.
"Kak, aku cari kemana-mana ternyata kakak disini." Kata Caca
"Ada apa?". Tanyaku sambil aku naik dari kolam. Kukenakan piyamaku yang ikut basah.
"Nanti temenin Caca yuk. Ke acara kantor." Bujuknya
"Kamu telat. Hari ini aku harus nemenin Raka."
"Ya. Telat deh."
"Atau aku temenin kamu aja."
"Janganlah kak, lagian acara kantor puncak besok. Kan acara ulang tqhun perusqhaan kak. Sebenere aku mau kqkak bikin konsep yang menarik."
"Kenapa gak bilang dari kemarin? Raka bisa tuh bantuin kayak gitu, Raka ahlinya. Ntar malem deh aku bicarain ok."
"Bener ya kak?"
"Siip."
Aku meninggalkannya sendiri. aku mandi dan langsung ke meja makan. Hari ini aku melewatkan sarapan. Dan aku kini akan makan siang.Bibi sudah memasakkan makanan yang lezat.
Dengan aroma yang menggoda.
"Bi, tolong panggilin Caca ya."
"Baik, non."Sementara bibi memanggil Caca. Aku membuat orange jus menu wajib makan siangku.
Tak lama caca turun sambil menelpon. Ia mematikan telponnya saat aku sampai.
"Kok dimatiin." Godaku
"Gak penting kok."Beberapa hari terakhir ini aku merasa kembali ke kehidupan lamaku. Semua peristiwa bagaikan berputar dikepalaku. Jika semua bisa kembali kenapa yang telah pergi tak bisa kembali lagi. Awan terus menampakkan mendungnya memayungi aku yang dilanda gelidah. Bukan saja siap menghujani. Tapi siap menyelimuti dengan kegelisahaan

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana
General FictionMampukah Alana terus bertahan seperti ini. "Ya ALLAH, berilah aku kekuatan untuk terus bertahan. Membuka semua kisah. Menghapus rasa kesal dan sakit hati. Ya ALLAH balaskan rasa sakit yang kualami ini kepada dia yang menyakitiku. Sama seperti dia me...