Alana

Sesuatu yang hilang

Siapa yang tidak bahagia. Kembali berkumpul dengan keluarga walau tak utuh. Namun sebagian saja bisa menghilangkan rasa yang telah lama hilang. Jauh sebelum semuanya menhadi hambar. Kebersamaan dimakan siang ini membuatku serasa terbang entah kelangit berapa. Aku menatikan Caca ditempat ini membuatku serasa berdebar. Entah berapa lama aku tak merasakan kebersamaan bersama Caca.

Jam setengah 12. Caca tiba bersama sahabatnya. Ada seorang pria dan seorang wanita. Mereka tampak ceria. Saat masuk ruangan ini aku merasa Caca seperti terdiam diujung pintu. Baru setelah sahabatnya menyuruhnya masuk baru dia bergerak. Aku hanya menunggu dibalik kursiku. Sambil tersenyum.
Aku merasa senang saat melihat mereka. Aku merasa tenang. Dikala aku jauh masih ada yang memerhatikan adikku.

" hai kak." katanya.
" Hai. Gmana gak jauh kan tempatnya. " kataku.
"Deket kak. Tapi aku malah gak tahu ada kafe disini kak." kata teman Caca yang pria.
"Iya, soalnya ini kafe baru dibuka juga." aku menjawabnya.
"Maaf ya kak, aku terpaksa ajak mereka. Soalnya mereka maksa." kata Caca mengadu.

"Iya, tenang aja. Kakak jadi seneng liatnya. Brarti ada yang jagain kamu."
Katanya.
"

Bener tuh kak. Disini kafenya kakak ini." Kata Ryan
"Iya. Ini punya kakak. Lebih tepatnya patneran sih. Kalo kalia punya temen atau saudara diajak kesini ya. Biar rame." Kataku

Perbincangan yang begitu cair dan asyik. Membuatku merasa senang. Aku bahagia aku merasa punya teman. Dalam kesendirianku. Dan entah apapun yang kurasakan saat ini. Aku rasa inilah yang selama ini aku tinggal pergi kebahagiaan.

"Ca. Nanti kakak pulang agak malam. Soalnya ada urusan penting yang harus kakak selesaikan." Kataku memecah keramaian.
"Iya kak."

Ryan dan Nayla memang anak yang baik. Aku rasa pantas saja, kemanapun Caca pergi.