PAGI YANG TAK KUHARAPKAN

0 0 0
                                    

Embun menetes
Sejuk
Membekukan hatiku
Ia jatuh ketanah
Ohhhhh
Embun
Aku ingin sepertimu
Memberi kesejukan
Walau sekejap....


"Pagi bi,"
"Pagi non, mau sarapan apa ini?"
"Gak usah bi, aku mau kopi aja. Tapi gak pake gula."
"Sebentar ya non."
"Iya bi."
Entah kenapa aku ingin sekali minum kopi pahit kesukaan ibu. Bu aku rindu. Rasanya orang itu begitu dekat. Tapi kenapa bu aku seolah lupa rasa sakit itu. Yang kuingat malah betapa sayangnya ia padaku.
"Hai kak."
"Pagi."
"Kakak mau kemana pagi ini."
"Mau ke hotel sultan."
"Oh acara amal itu kak."
"Iya. Kamu juga kesana."
"Gak lah kak."
"Ya udah. Kakak brangkat dulu ya."
Pagi ini ingin kubuka dengan sejuta mimpi nan baru. Sejuta harapan untuk menggantikan kenangan. Jika aku bisa mungkin aku akan pendam semua dendam dan rasa sakit hati ini.
Semua orang bisu. Hanya bisa melihat. Mulut mereka aku kunci. Hanya bisa membual saja. Pun aku hanya Alana yang dulu. Menata hati dengan ribuan asa. Yang berantaikan bintang. Jika hari bisa berulang. Aku tak mau jadi Alana. Jika bicara masalah hidup bukan aku yang hadir. Apa jika aku mengulang semua. Apa bisa aku kembali.
Alana adalah satu untaian dari hati yang penuh cinta
Namun bukan saja membuka hari. Menentukan kata penuh harapan itulah Alana. Mampukah Alana terus seperti ini. Membuka semua.
Melupakan hina hingga kini. Ya Allah beri aku kekuatan lebih dari ini. Membuka kisah yang usang. Menghapus kesal. Rasa sakit hati dan remuk. Kehancuranmu, aku tunggu.
Kau tahu, sebenarnya semua yang kusimpan ini membuat kepalaku penuh. Penuh pikiran pening. Lalu aku bisa apa? Terus menangis. Terus terisak. Terus terdiam. Tidak kan.
Allah tau rasa sakitku. Balaslah mereka sesuai apa yang telah mereka lakukan padaku.
Aku hanya ingin dia Tahu. apa yang aku alami selama ini. Seperti berjalan di atas duri. Tidakkah kau tahu lingkaran kebencian buat aku sakit. Sesakit apa yang kurasakan kini. Melawan kata hati terus saja menyakiti hati dan raga. Walau bisa terus tegap disini tapi hati tetap gugup. Memaknai semua ini adalah yang aku cari selama ini.

Pagi yang terus berjuang menanggapi hati yang begitu perih. Hari tetap harus berjalan tak peduli harus apa yang kulewati. Dan jika aku tetap terdiam ditempat bukankah hari akan terus berjalan, lalu aku menyesal. Telah melewatkan hari yang mungkin bisa mengobati luka hati.

Janjiku pada Raka untuk menemaninya hari ini. Adalah sebuah hal yang harus aku tepati.

Dan entah kenapa rasanya aku gugup sekali seperti ada perasaan aneh. Apakah orang itu akan hadir kembali dalam hidupku. Orang yang selama ini aku jauhi, aku tak benci denganmu. Hanya aku merasa kecewa. Apa yang dia lakukan benar-benar membuat hatiku begitu terluka.

Secangkir kopi telah menghangatkan tenggorokannku. Begitupun rasa pahitnya seperti 7 tahun ini yang kurasakan hatiku pahit sekali. Dan aku menikmatinya.

Dengan tak bersemangat aku menuju kamarku yang sekian tahun tak kutempati. Kulihat semua masih bersih dan rapi. Baju-bajuku masih rapi. Dan aku melihat sebuah gaun yang masih rapi terbungkus. Dan masih ada labelnya. Menandakan bahwa masih baru. Baju berwarna mustard seperti daun yang kering di musim gugur, musim kesukaanku. Dibawah gantungan itu. Ada sebuah kotak yang telah dibuka. Ada memo didalamnya. Ku baca

Dear AL
Suatu hari jika kamu membaca surat ini pasti kamu sudah gak marah lagi sama mama. Maafkan mama ya telah melukai hati al. Gaun ini mama siapkan untuk ulang tahunmu kenapa kamu pergi nak.
Selamat ulang tahun. Alana dewi.
Jadilah kebanggaan mama dan ayahmu yah.

Salam sayang mama


Aku menangis membaca surat itu. Aku memutuskan memakai gaun itu. Meski sudah 7 tahun berlalu. Baju itu masih muat denganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang