Shelter 4

733 102 20
                                    

"Permisi?"

Yein membuka pintu ruang BK secara perlahan. Setelah ia masuk Yein melihat ada ibu Park yang sedang duduk di meja kerjanya sementara di depannya sudah ada seorang siswa yang duduk—dan masih menggenakan tas sekolahnya. Siswa itu adalah Jung Chanwoo yang langsung dicegat oleh guru piket ketika melihat ia di gerbang sekolah.

"Jung Yein, duduk!" titah ibu Park.
Jung Yein perlahan menghampiri ibu Park dan duduk di sebelah Jung Chanwoo. Pemuda Jung itu tampak tenang, tak seperti Jung Yein yang saat ini ketakutan setengah mati.

"Coba kau jelaskan, apa benar Chanwoo membeli minuman alkohol di tempat kau bekerja sambilan?" tanya ibu Park.

"I...itu... Itu tidak benar." bohong Yein.

Gadis itu melirik ke samping untuk melihat reaksi Chanwoo saat ia mengatakan bahwa hal itu tidak benar.

"Kau yakin?" tanya ibu Park skeptis.

"Untuk apa menanyakan hal itu lagi? Aku sudah mengaku kalau aku membelinya, kan?" celetuk Chanwoo.

"Huh?" kaget Yein.

"Jadi Jung Yein yang bekerja part time menjual minuman alkohol kepada anak di bawah umur dan orang itu adalah teman sekelasnya sendiri. Wah... Apa kalian partner in crime?" decak ibu Park.

"Saem.. I...itu..."

"Aku sudah mengatakan kalau aku memaksanya. Dia tidak ada niatan untuk menjualnya tapi aku yang memaksa membeli minuman itu dan langsung kabur tanpa konfirmasi pembelianku dulu. Apa penjelasanku sulit dipahami?" potong Chanwoo.

Sekarang Chanwoo tak tampak tenang seperti saat Yein baru masuk ke ruang BK. Pemuda tampan itu memasang tampang beringas dan juga kedua tangannya terkepal erat.

"Apa benar seperti itu Jung Yein-ssi?" tanya ibu Park.

Kali ini Yein hanya bisa menganggukan kepalanya pasrah. Melihat tanggapan Yein barusan ibu Park bergumam pelan namun tiba-tiba saja beliau menggebrak meja kerjanya sehingga Yein tersentak kaget karena perbuatannya barusan.

"Saya tidak akan percaya dengan penjelasan kalian sebelum saya melihat buktinya! Sepulang sekolah nanti saya akan pergi ke mini market tempat Yein bekerja dan mengecek sendiri CCTV yang ada!"

"Jangan saem!" pekik Yein.

"Kenapa tidak?" tanya ibu Park.

"Ka...kalau bosku tahu aku bisa dipecat." lirih Yein.

"Tapi kau melakukan kesalahan. Wajar kalau kau dipecat, kan?"

"Aku kan sudah mengakui kesalahanku, untuk apa repot pergi ke mini market itu?" tanya Chanwoo.

"Untuk melihat bukti." jawab ibu Park.

"Hukum saja aku. Jangan libatkan Yein dalam masalah ini." kata Chanwoo.

"Apa kalian berpacaran? Kau sedang melindungi kekasihmu, Jung Chanwoo?"

"Tsk! Pacaran? Yang benar saja." gerutu Chanwoo.

"Saem... Aku mengakui kalau aku salah. Aku memang menjual minuman itu. Seharusnya aku lebih tegas agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Maaf, saem." sesal Yein dengan kepala tertunduk.

Ibu Park melihat Yein yang tampak menyesali kejadian yang saat ini sedang menimpanya. Berbeda sekali dengan Chanwoo yang masih bisa menegakkan kepalanya.

"Untuk sekarang kau bisa kembali ke kelasmu, Yein." ucap ibu Park.

"Ne? Ah... Ba...baiklah." ucap Yein.
"Dan kau Chanwoo, urusan kita masih panjang!" lanjutnya.

.

Yein keluar dari ruang BK lalu menarik napas dalam-dalam. Perlahan gadis itu menghembuskan napasnya lalu bergumam pelan. Ia masih gerogi karena berhadapan dengan guru BK karena sebuah persoalan yang cukup serius.

"Apa dia bakalan baik-baik saja?" gumam Yein.

"Siapa yang baik-baik saja?" celetuk seseorang.

.

Perasaan gelisah Yein barusan  langsung berubah menjadi rasa takut ketika ia mendengar seseorang menyambar ucapannya secara tiba-tiba. Jung Yein menoleh ke samping dan kembali terkaget-kaget karena tak menyadari bahwa sejak tadi ada seseorang yang berdiri di sebelahnya.

"Kau lucu kalau lagi kaget, Jung Yein." ucap orang itu.

"Aish ketua kelas! Kau mengagetkanku tahu!" omel Yein.

Yein mencoba bersikap normal namun tak bisa. Detak jantungnya berdebar tidak karuan karena masih syok melihat pemuda tampan itu tengah memamerkan senyumnya kepada dirinya.

"Hehehe maaf." sesalnya sambil menunjukan jari telunjuk dan tengahnya bersamaan.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya dari tadi bel masuk sudah berbunyi ya, Jungwoo?"

Ketua kelas itu bernama Jungwoo, Kim Jungwoo lengkapnya. Ia merupakan ketua kelas Yein yang saat ini berkeliaran di luar kelas padahal jam pelajaran pertama sudah berjalan sejak tadi.

"Aku ada urusan dengan ibu Park tapi sepertinya urusanmu dan Chanwoo belum selesai juga ya?" tanya Jungwoo.

"Dari mana kau tahu kalau aku dan Chanwoo bermasalah?" kaget Yein.

Jungwoo pun terkekeh pelan mendengar pertanyaan Yein barusan, "Seisi kelas membicarakan kalian." jawab pemuda itu.

"Ah iya, aku lupa." gumam Yein.

"Apa kau mau kembali ke kelas? Ayo ke kelas!" ajak Jungwoo.

"Lalu bagaimana urusanmu dan ibu Park?" tanya Yein.

"Aku akan menemui beliau saat jam istirahat. Lebih baik kita ke kelas sekarang." ujarnya.

"Hmm.. Baiklah..."

Yein menoleh ke belakang dan menatap pintu ruang BK itu dengan nanar. Dia khawatir kalau masalah ini menjadi malapetaka bagi Chanwoo dibandingkan rasa takutnya bila bosnya tahu ia telah melanggar aturan. Menyadari kerisauan Yein si ketua kelas pun menepuk pundaknya lalu tersenyum tipis kepada gadis itu.

"Jangan khawatir! Dia kan sudah berpengalaman menghadapi BK, dia akan baik-baik saja." kata Jungwoo.

"Hmm iya juga sih." gumam Yein.

"Ayo ke kelas!" seru Jungwoo.

"Ayo!"

Jung Yein dan Kim Jungwoo pun berjalan berdampingan untuk kembali ke kelas mereka. Ketika mereka berjalan si ketua kelas pun menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat pintu ruang BK dan tiba-tiba saja tersenyum sendiri penuh arti.

"Jungwoo kenapa?" tanya Yein yang heran karena pemuda Kim itu mendadak memalingkan pandangannya ke belakang.

"Ne? Ah.. Hehe.." Jungwoo kembali menghadap ke depan lalu mengusap tengkuknya, "Tidak ada sih."

"Oh kirain ada sesuatu yang tertinggal." balas Yein.

"Tidak kok, tenang saja hehe." kekeh ketua kelas itu.

Lalu mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.

SHELTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang