Shelter 7

600 82 8
                                    

"Ini titipan dari ibu Park."

Chanwoo menatap datar sebuah kertas yang baru saja Jungwoo berikan kepadanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Chanwoo langsung mengambil surat itu dari tangan Jungwoo dan meletakannya ke dalam laci mejanya. Setelah itu Chanwoo kembali membaringkan kepalanya di atas meja dan mencoba untuk memejam matanya sebelum guru yang mengajar masuk ke dalam kelas. Kim Jungwoo yang masih berada di sana hanya bisa diam memperhatikan Chanwoo.

"Kenapa kau kasih di sini?" tanya Chanwoo.

Tanpa melihat pemuda itu, Jung Chanwoo pun melontarkan pertanyaannya kepadanya. Chanwoo sadar kalau Jungwoo masih berada di dekatnya dan itu membuatnya risih.

"Aku hanya berpikir sejenak." ucap Jungwoo.

"Huh?" heran Chanwoo.

Kali ini pemuda Jung itu kembali duduk dalam posisi normal dan menatap ketua kelas yang saat ini juga tengah memperhatikannya. Mereka bertukar pandang satu sama lain sampai akhirnya Jungwoo melihat ke arah lain dan berbicara, "Apa dia akan baik-baik saja?" gumamnya.

"Huh? Kau bicara apa?" bingung Jung.

Jungwoo kembali menghadap Chanwoo dan tersenyum kepadanya, "Bukan apa-apa. Aku yang akan memastikan kalau dia baik-baik saja." ujar Jungwoo.

"Maksudmu apa—"

"Saem!!!"

Kim Jungwoo melihat guru matematika mereka telah masuk lalu berdiri di depan kelas. Sebagai seorang ketua kelas Jungwoo pun bergegas kembali ke tempatnya untuk menyiapkan kelas. Melihat Jungwoo yang pergi tanpa menjelaskan arti ucapannya barusan membuat Chanwoo kesal.

"Tsk ngomong apa dia?" rutuknya.
.

Ketika bell pulang sekolah telah berbunyi semua anak pun bersiap untuk pulang. Begitu juga Jung Yein yang kini telah membereskan seluruh buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Ketika ia sedang membereskan barang-barangnya Yein merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Ketika ia menoleh, dugaan Yein tadi memang lah benar. Ada seseorang yang berdiri di dekatnya dan tak lain orang itu adalah Kim Jungwoo.

"Jungwoo ada apa?" tanya Yein.

"Yein mau pulang bersama?"

"Eh?"

.

Yein kaget ketika mendengar tawaran Jungwoo barusan. Tak biasanya pemuda itu menawarkan tumpangan kepadanya. Menyadari bahwa Yein bingung karena ajakannya barusan, Jungwoo pun kembali angkat bicara untuk menjelaskannya kepada Yein.

"Ah, salah ya kalau aku mengajakmu pulang bersama?" tanya Jungwoo sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bu-bukan sih. Cuma aku kaget saja, tidak biasanya kau seperti ini." jawab Yein dengan kikuk.

"Rumah kita searah dan sebenarnya aku ingin mengajak seseorang ke suatu tempat tapi aku tidak tahu harus membawa siapa ke sana." terang Jungwoo.

"Memangnya kau mau mengajakku ke mana?" tanya Yein penasaran.

"Makan es krim bersama kebetulan aku mendapatkan kupon. Kau mau ikut denganku?" tanya balik Jungwoo.

"Es krim?"

Selagi berbicara dengan Jungwoo mata Yein sejak tadi mengawasi Jung Chanwoo yang telah bersiap keluar dari kelas. Tadi dia tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Chanwoo, maka dari itu Yein ingin berbicara dengan Chanwoo saat ini.

"Aku punya kenalan yang baru membuka toko es krim—"

"Oke aku ikut denganmu tapi tunggu sebentar!"

Jung Yein lantas berlari meninggalkan Jungwoo dan barang-barangnya untuk mengejar Chanwoo yang baru saja keluar dari kelas. Ditinggal Yein begitu saja pun membuat Jungwoo heran. Tapi karena Yein menerima ajakannya barusan Jungwoo pun tak ambil pusing dan memilih untuk menunggu Yein selesai dengan urusannya.

.

"Jung Chanwoo!"

Untung saja Yein berhasil mengejar pemuda itu di koridor sekolah mereka. Mendengar suara seseorang memanggil namanya Chanwoo lantas menghentikan langkah tungkainya lalu menoleh ke belakang. Ia mengerutkan keningnya heran saat melihat Jung Yein berlari menghampirinya.

"Chanwoo aku ingin berbicara sebentar denganmu." ucap Yein.

"Bicara apa?" tanya Chanwoo datar.

"Masalah di ruang BK tadi—"

"Aku tidak ada waktu untuk membicarakan hal itu." potong Chanwoo.

Jung Chanwoo membalikan badannya untuk pergi meninggalkan Yein. Dia sudah lelah memikirkan masalah kasus itu. Dia ingin segera sampai di rumah dan beristirahat sejenak sebelum menghadapi amukan orangtuanya saat ia memberikan surat panggilan itu nantinya.

"Tunggu dulu!"

Tangan Yein langsung menahan lengan Chanwoo yang hendak pergi meninggalkannya. Yein hanya ingin mengatakan sesuatu kepada Chanwoo.

"Apa?" tanya Chanwoo setengah berteriak.

"Bukan aku, sungguh." jawab Yein.

"Huh?"

"Bukan aku yang menyebarkan berita itu. Aku tidak pernah menceritakan masalah ini ke orang, sungguh!"

Yein menatap Chanwoo penuh dengan harapan bahwa pemuda itu mau mempercayai perkataannya yang sejujurnya. Mendengar ucapan tulus Yein barusan membuat Chanwoo terdiam. Sebenarnya Chanwoo tidak mempermasalahkan gosip itu disebarkan oleh Yein atau bukan. Ia hanya khawatir kalau gadis yang tak tahu apa-apa itu akan berurusan dengan Junseob dan yang lainnya. Lagi pula Chanwoo sama sekali tak mencurigai bahwa Yein lah yang melakukannya karena resikonya juga sangat berat untuk gadis itu—yang terancam dipecat dari pekerjaannya.

"Chanwoo—"

"Aku tahu."

"Ye?"

Chanwoo melepaskan tangan Yein yang menyentuh lengannya lalu pergi meninggalkan gadis itu sendiri. Ditinggal tanpa penjelasan yang jelas pun membuat Yein kebingungan.

"Dia tahu kalau bukan aku yang menyebarkan masalah itu, ya?" pikir Yein.

.

Di sisi lain Chanwoo yang kini tengah berjalan menuju parkiran motornya pun berpikir keras. Seketika ia penasaran siapa dibalik sosok X dan bagaimana bisa dia mengetahui masalah ini. Ia tahu bahwa banyak orang yang tidak menyukainya di sekolah ini karena dirinya dikenal sebagai bagian dari setan merah, akan tetapi Jung Chanwoo tidak memiliki bayangan siapa X yang telah membuatnya harus berurusan dengan lagi dengan bimbingan konseling.

"X... Siapa kau?" batin Chanwoo.

Chanwoo bersumpah, ia akan meremukan badan orang itu kalau sampai ia tahu siapa sosok sebenarnya yang ada dibalik akun anonim itu.













◌⑅⃝●♡⋆♡♡⋆♡●⑅◌

Minggu depan aku UAS jadi gak bisa update secepat minggu ini✌

SHELTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang