Shelter 8

543 79 7
                                    

Brag!!

"Lagi? Dasar anak tidak tahu diuntung!"

Jantung Chanwoo berdebar dengan sangat kencang ketika sang ayah menggebrak meja makan ketika ia memberitahu bahwa esok orangtuanya dipanggil untuk pergi ke sekolah. Ia meneguk salivanya kikuk dan hanya bisa menyembunyikan ketakutannya seorang diri.

"Yeobo tenanglah." bujuk ibu Chanwoo.

"Kemarin dia baru saja dipanggil karena berkelahi dengan adik kelasnya. Sekarang dipanggil lagi? Apa yang kau lakukan sekarang, hah?" bentak tuan Jung.

"Ayah bisa mengetahuinya besok." jawab Chanwoo pelan.

"Apa?! Anak kurang ajar!"

Tuan Jung berdiri dari kursinya lalu pergi meninggalkan ruang makan. Tersisa hanya ada Chanwoo dan ibunya di tempat ini. Ibu Chanwoo menatap sang anak yang duduk berhadapan dengannya lalu menghela napas.

"Chanwoo-ya kali ini apa? Ayahmu sangat murka kalau kau terus bermasalah di sekolah." tanya si ibu.

"Aku membeli—"

"Berdiri, Jung Chanwoo!"

.

Alangkah terkejutnya Chanwoo saat melihat ayahnya kembali dengan tongkat kayu miliknya. Tangan Chanwoo yang sejak tadi berada di bawah meja bergetar hebat. Ia ketakutan setengah mati karena sang ayah kembali membawa benda itu untuk menghukum dirinya. Chanwoo menatap ibunya penuh harap agar sang ibu dapat menolongnya.
"Jung Chanwoo nawa!" teriak sang ayah.

Pada akhirnya Chanwoo tak punya pilihan lain selain berdiri dari tempatnya. Lantas ia berjalan dengan langkah tertatih menghampiri sang ayah yang siap memberikannya pelajar.

"Yeobo..." lirih ibu Chanwoo.

"Kau selalu membuat malu keluarga!" ucap tuan Jung.

Srag!!

Satu pukulan keras mendarat di betis Jung Chanwoo. Ia berusaha keras menahan jeritannya karena menahan sakit akibat pukulan sang ayah.

"Kau harusnya malu! Ayahmu seorang jaksa agung dan kakakmu sedang berusaha keras dalam pendidikannya untuk meneruskan apa yang telah aku raih tapi kau malah membuat masalah di luar sana dan membuat malu keluarga!"

Srag!!

Lagi, pukulan itu Chanwoo dapatkan. Ibu Chanwoo hanya bisa menangis melihat anak bungsunya mendapatkan hukuman sadis itu dari suaminya sendiri sementara Chanwoo sendiri hanya bisa pasrah dengan perbuatan sang ayah. Kalau saja dia tidak pernah berurusan dengan Junseob dan setan merah, pasti dia tidak akan pernah dimaki oleh ayahnya sendiri. Oh, tidak, lebih tepatnya seandainya saja dia tidak pernah mengorbankan dirinya untuk Moon Bin mungkin saja dia bisa hidup dengan tenang hingga sekarang.

.

"A...aw..."

Sakit. Satu kata yang menggambarkan kondisi Jung Chanwoo saat ini. Sejak semalam kakinya sulit untuk digerakkan karena hukuman dari sang ayah rasanya masih membekas. Dia bahkan tak bisa berjalan cepat karena kakinya nyeri akibat pukulan-pukulan itu. Hingga akhirnya pemuda itu hanya bisa duduk di pinggir lapangan sementara teman-teman sekelasnya menikmati waktu olahraga mereka.

.

Di sisi lain Jung Yein yang sejak tadi diam-diam memperhatikan Chanwoo dari tengah lapangan heran mengapa pemuda itu tak ikut berolahraga. Yang Yein lihat tadi pemuda itu tampak pucat, tak seperti biasanya.

"Apa dia sakit?" gumam Yein.

Entah atas dorongan apa Jung Yein melangkahkan tungkainya pergi ke pinggir lapangan untuk menghampiri Chanwoo. Setidaknya ia ingin memastikan bahwa pemuda itu baik-baik saja karena aneh baginya seorang Jung Chanwoo melewatkan pelajaran ini yang mana dia lah rajanya.

SHELTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang