Acacia
"Hiatt!"
"Kau masih saja lambat sayang~"
"Berisik!" Woozi melayangkan pedangnya dengan sekuat tenaga ke laki-laki bermata sipit di depannya.
Laki-laki itu tersenyum manis, dengan mudahnya menangkis serangan pedang dan menjatuhkan pedang milik laki-laki imut di depannya.
Dengan cepat laki-laki sipit itu memeluk Woozi dari belakang dan mendekatkan wajahnya ke tengkuk Woozi. Mengendus, mencium, menjilat, menghisap bahkan menggigit leher namja manis itu sehingga meninggalkan tanda ke merahan.
Woozi hanya bisa menahan desahannya saat mendapat perlakuan laki-laki sipit berambut hitam itu. Lagipula dia rindu setiap sentuhan laki-laki itu.
"Hoshi! Berhenti menggoda kekasihmu dan pergilah melapor kepada Jeonghan hyung."
Jisoo yang sejak tadi disana, merasa tidak dianggap dan langsung saja melempar kain basah dan mendarat mulus di kepala Hoshi. Sebelum kedua namja itu melakukan hal yang tidak senonoh di depannya dan para fairy. Dasar pasangan tidak tau tempat.
"Ah hyung kau menganggu ku saja." Hoshi berdecak sebal dan melempar balik kain itu ke tuannya. Jisoo memutar bola matanya melihat sikap Hoshi yang sok imut itu.
"Ini masih pagi dan kau ingin mataku melihat adegan panas kalian disini heoh? Dasar pasangan mesum." Jisoo beranjak dari tempatnya sambil membawa beberapa bilah pedang yang tadi dibersihkannya.
Hoshi hanya terkekeh melihat sikap hyung nya itu dan menengok ke Woozi yang kini wajahnya sudah semerah tomat.
"Aaa Uji ku sayang~~ Aku sangat merindukanmu~" Hoshi menangkup pipi Woozi hendak menciumnya.
"Hya sipit! Dalam hitungan ke-tiga, jika kau masih ada di sini, aku akan membelah itu-mu dengan pedangku!"
Ancam Jisoo yang ternyata belum pergi dari tempat itu. Sebenarnya Hoshi tidak takut dengan ancaman dari hyung nya itu, tapi setelah diancam akan membakar seluruh koleksi gambar Woozi yang ada di kamarnya, barulah dia lari dengan kecepatan cahaya. Sebelum hyung nya benar-benar membakar koleksinya.
Meninggalkan Woozi yang terdiam diri menunduk dengan wajah merahnya. Menggerutu kecil, mengingatkan dirinya sendiri untuk menebas kepala kekasih mesumnya itu dan melumuri bibir Jisoo dengan cabai karena sudah berani mengatai dia dan Hoshi mesum.
.
.
.
.
.
.
."Pagi yang Indah Dewi Han, kau sangat cantik hari ini!"
Ya, itu kekasih Woozi, Hoshi. Namja dengan surai hitam itu berjalan santai ke dalam ruang singgasana, tersenyum lebar hingga pipi tembemnya melahap setengah matanya.
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu, aku ini namja asal kau tau saja" Kata Jeonghan menatap Hoshi dari bawah hingga atas dari kursi singgasananya.
"Kau berubah banyak Hoshi. Sudah 1 tahun lebih sejak kepergianmu untuk mengembara ke Timur. Fisik mu berubah tapi sifatmu masih saja seperti bocah."
Hoshi hanya tersenyum tipis mengambil apel milik Jeonghan dan memakannya.
"Alasan ku pergi juga karenamu hyung, kau menyegel kekuatanku 1 tahun yang lalu."
Kata Hoshi yang kini tengah duduk dengan santai dan memakan anggur milik Jeonghan tanpa rasa malu atau bersalah sedikit pun.
Jeonghan hanya mendesah pelan melihat kelakuan Hoshi yang benar-benar tidak tau malu. Bahkan namja 10:10 itu sekarang menyuruh fairy untuk membawakannya daging kalkun dan sebotol wine.
Jeonghan beranjak dari kursi singgasananya, berjalan keluar singgasana sambil menyeret Hoshi yang kini tengah melahap paha kalkun.
.
.
.
.
.
.
.
Jeonghan sudah tidak menyeret Hoshi lagi. Kini mereka sedang berjalan dengan Jeonghan di depan dan Hoshi mengekori menuju ruang perpustakan istana.Sesampainya disana, terpampanglah ribuan buku yang tersusun rapi di rak-rak yang menjulang tinggi. Di antara rak itu, terlihatlah sosok bersayap putih tengah menaruh gulungan kuno ke rak didepannya.
"Wah Wonu lama tidak bertemu!" Hoshi menepuk pelan (keras bagi Wonwoo) pundak teman masa kecilnya itu. Alih-alih membalas sapaan Hoshi, Wonwoo kini menatap sinis ke arah Hoshi dan memukul kepala namja itu dengan gulungan yang dia bawa.
Membuat namja sipit itu mengelus kepalanya yang mungkin saja benjol. Walaupun Wonwoo memiliki kekutan kehidupan, yang mungkin membuat banyak orang berpikir bahwa sifatnya akan lemah lembut seperti kakaknya. Tapi nyatanya TIDAK. Menurut Hoshi dan yang lainnya, Wonwoo itu sangat kasar dan pemarah. Sungguh bertolak belakang dengan sifat Jeonghan sang kakak.
Jeonghan kembali menghela nafasnya melihat kelakuan Hoshi dan adiknya yang seperti anak kucing bertengkar memperebutkan ikan asin.
Sebelum pertengkaran mereka menjadi lebih serius, Jeonghan dengan sigap menyeret Hoshi seperti induk kucing yang membawa anaknya, menuju tempat duduk di sebelah jendela yang menampakan keindahan Negeri Acacia. Apalagi perpustakan itu bertepat di lantai atas.
"Wonu, berikan gulungan biru di sebelahmu itu." perintah Jeonghan yang langsung dilaksanakan Wonwoo.
Setelah memberikan gulungan itu, Wonwoo berdiri di belakang Hoshi ikut serta dalam pembicaraan."Ambil gulungan ini dan bacalah isinya." Jeonghan memberikan gulungan biru itu ke Hoshi yang kini memasang wajah idiotnya.
"APA?! HYUNG KAU BERCANDA?!" Hoshi berteriak dan membanting gulungan itu ke meja setelah membacanya. Jeonghan sudah menduga reaksinya akan begini. Sedangkan Wonwoo masih terkaget dengan teriakan Hoshi dan hampir saja dia memukul namja sipit itu dengan kuas yang di bawanya.
"Aku tidak menerima penolakan darimu. Ini perintah dariku. Besok pagi kau akan berangkat, aku sudah menyiapkan segala kebutuhanmu." Kata Jeonghan dengan nada serius.
"Kau menyuruhku mencari makhluk yang tidak mungkin ada itu?! Apa kau sudah gila hyung?! Akh!!"
Hoshi memegangi kepalanya yang dipukul oleh Wonwoo.
"Hya! Berani sekali kau mengatakan kakak ku gila! Kau cari mati hah?!"
Jeonghan hanya tersenyum manis seperti mengatakan ke Hoshi bahwa dia tidak bisa menolak perintah itu.
"Baiklah hyung, tapi aku meminta imbalan untuk yang satu ini. Bagaiman?" Hoshi tersenyum sinis dan di balas senyuman hangat dari Jeonghan.
"Aku tau itu. Kuharap kau kembali dengan keadaan utuh Hoshi."
Setelah mengucapkan kalimat seperti itu, Jeonghan beranjak pergi meninggalkan Hoshi dan Wonwoo yang kini terhanyut dengan pikiran masing-masing.
"Hya Hoshi, kau serius akan menjalankan misi gila ini eoh?" Wonwoo akhirnya buka suara setelah beberapa saat terdiam.
Hoshi mengangkat tangannya dan membentuk tanda 'OK' dengan jarinya. Menengok ke belakang dan tersenyum untuk meyakinkan teman masa kecilnya itu.
"Aku berjanji tidak akan mati. Sudah dulu, sekarang aku harus meminta jatah pada Ujiku, aku tidak akan memberinya istirahat" Hoshi setengah berlari pergi meninggalkan Wonwoo sambil melindungi kepalanya dari benda-benda yang di lempar Wonwoo.
"DASAR MESUM! AWAS SAJA KALAU KAU MEMBUAT WOOZI KECILKU TIDAK BISA BERJALAN!!"
"Aku harap kau menepati janjimu Hosh, aku tidak mau melihat Woozi mengurung diri seperti dulu lagi." -Wonwoo.
Tbc.....
Next? Vote! Coment!
Cari ide itu gak gampang♡
![](https://img.wattpad.com/cover/129448121-288-k223511.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON [Seventeen]✔
FantasiaHighest rank: #47 in fantasy #6 in seoksoo #28 in meanie Disaat 2 kerajaan yang sangat berbeda tiba-tiba bersatu karena pemimpin mereka saling jatuh Cinta. Apakah hubungan mereka akan berhasil? Atau tidak? lalu, siapakah sang kelopak?