(7)

12.2K 1.9K 107
                                    

Tebakannya belom ada yg bener nih....  Gimana dong, padahal ada hadiahnya... Yah walaupun gak seberapa sih.

Wokeh sambil nunggu jawaban yang benar, bichu bakal lanjutin ceritanya

Happy reading!!!
.
.
.
.
.
.

Jeonghan yang tengah terduduk di bangku Taman kerajaan, terlihat sedang memasukan gulungan kertas ke dalam tabung kecil dan langsung di berikan pada burung hantu saljunya.

Burung hantu itu pun langsung terbang melesat ke arah Negeri Hiscop, melewati perbatasan yang di selimuti cahaya. Cahaya itu berwarna ungu ke biruan, terlihat seperti kubah yang menutupi Negeri Acacia.

Jika kalian ingin tau, kubah itu adalah sebagian dari kekuatan Jeonghan yang digunakan untuk melindungi Negeri serta rakyatnya dari ancaman luar.



"Hyung, apa kau yakin dengan keputusanmu ini? "

"Bagaimana jika mereka merasa kita mengajak mereka berperang?"

"Hao sedikit takut, apalagi katanya mereka itu besar seperti monster, wajahnya jelek dan api keluar dari mulut mereka! Hiiii."

"Hao-ya itu tidak mungkin-_"

Jeonghan ternyata tidak sendiri. Wonwoo, Minghao, Jisoo dan Woozi ternyata sejak awal sudah duduk melingkar di sana, memperhatikan Jeonghan yang menulis surat dengan sedikit rasa cemas.

"Kita harus yakin, karena ini satu-satunya. Dan Hao, hilangkanlah pikiranmu itu, tidak ada yang seperti itu di dunia ini. " kata Jeonghan tegas sambil memukul pelan kepala Minghao.

Saat yang lainnya sibuk mengobrol, Woozi terlihat sedang melihat-lihat ke arah sekitar dengan cemas. Jangan lupakan lehernya yang masih di perban. Jisoo merasakan kecemasan Woozi pun, langsung menepuk pelan pundak namja pendek di sampingnya.

"Uji-ya, ada apa?"

Pertanyaan Jisoo tadi membuat yang lainnya ikut memperhatikan Woozi.

"Apa kalian tidak menyadarinya?"

Kalimat Woozi itu membuat yang lainnya hanya saling menatap bingung. Apa yang tidak mereka sadari?

"Memangnya ada apa?" tanya Wonwoo balik.

Woozi menunjuk ke arah pelindung (kubah) yang berada di atas gerbang perbatasan. Yang lainnya mengikuti arah telunjuk Woozi dan menyadari hal mengganjal itu.

"Tunggu dulu, Hao masing ingat dengan jelas kalau pelindungnya berwarna Ungu biru..." kata Minghao sambil menggaruk rambut kepalanya yang 100% tidak gatal.

"Kenapa sebagian warnanya menjadi orange?" lanjut Jisoo, menyadari keganjalan pada pelindung negeri mereka.

"Hyung apa kau tidak merasakan apapun? " tanya Wonwoo ke Jeonghan yang masih terkejut melihat keganjalan tadi.

" Ani... Aku tidak merasakan apapun." kata Jeonghan, menambah rasa terkejut mereka. Bagaiman tidak, seharusnya Jeonghan sudah merasakan keanehan jika terjadi sesuatu pada pelindung Negeri.

"Aaa!" Teriak Minghao mengagetkan semua yang ada di sana. Minghao menutup mulutnya dan menunjuk ke arah satu-satunya Hutan di Negeri Acacia.

"Ba... Bagaimana ini bisa terjadi?!"

Bruk!

"Kyaa! Jisoo hyung!"

Teriak mereka semua saat melihat Jisoo yang jatuh tak sadarkan diri. Kepanikan terjadi saat Minghao melihat setengah bagian hutan menjadi layu dan kering, saat itu juga Jisoo sang pemilik kekuatan tumbuhan ambruk pingsan.

"Cepat panggil para fairy!" perintah Jeonghan.

"Hyu.. Hyung... Para Fairy.." kata Minghao terbata-bata.

"APA LAGI! CEPAT PANGGIL MER–"

Jeonghan tidak bisa berkata apa-apa lagi, kepalanya benar-benar pusing. Pelindung melemah, hutan layu, jisoo pingsan, dan sekarang para Fairy tergeletak di tanah tak bernafas.

Jeonghan menjambak rambutnya frustasi. Wonwoo, Woozi dan Minghao melihat keadaan para Fairy. Mereka saling menatap tak percaya. Negeri Acacia telah berantakan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hao, bagaimana keadaan Jisoo? " tanya Jeonghan, begitu Minghao keluar dari kamar Jisoo. Wajahnya yang pucat membuat cemas Wonwoo, Woozi dan Jeonghan.

"Ini parah. Kekuatan Jisoo hyung melemah dan aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Maafkan aku..." Minghao menangis, mengetahui dia tidak bisa menyembuhkan Hyung nya yang sedang sekarat. Woozi langsung mengelus punggung Minghao berusaha menenangkannya.

Jeonghan benar-benar frustasi. Rambu panjang sebahu miliknya terlihat rontok karena dijambak terus olehnya.

"Tunggu, aku tidak melihat Vernon dari tadi." tutur Woozi

"Aku tadi sempat melihat dari atas dan tidak ada apa-apa selain tubuh para fairy" jawab Wonwoo.

"Dan Seungkwan. Dia belum kembali dari tadi." kata Minghao yang sudah mulai tenang.

"Apa mereka berdua menghilang?" kata Minghao lagi.

"Itu tidak mungkin, mereka cukup kuat. Walaupun kita tidak tau apa kekuatan mereka." sambung Woozi.

Jeonghan menatap semuanya. Kini di otaknya hanya ada satu kata yang terlintas di benaknya.

"Hiscop." Jeonghan bergumam, dan dapat di dengar oleh yang lainnya. Wonwoo mengangguk mengerti dan melanjutkan.

"Kita harus segera bertemu mereka."


                            ☀☀☀


Scoups yang sedang berdiri di balkon, dikejutkan dengan kedatangan burung hantu salju yang terbang ke arahnya.

Burung hantu itu terlihat membawa tabung kecil di kakinya. Scoups langsung membuka gulungan tersebut setelah burung itu bertengger di lengan kirinya.

"Burung yang cantik" Mingyu mendekati Scoups dan mengelus kepala burung hantu itu dengan lembut. Bulunya sangat halus dan putih.

"Mingyu, sepertinya kita akan bertamu besok."

Mingyu yang tengah asik membelai Burung hantu itu, langsung memiringkan kepalanya tidak mengerti.
.
.
.
.
.
Tbc......


Dikit ya??
Hehehehe

BLUE MOON [Seventeen]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang