Chapter 09 || Selamat Datang

205K 13K 168
                                    

Diliatin Saka nih 🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diliatin Saka nih 🙃

Btw follow Unianhar dulu sebelum lanjut membaca, vote dan komentar ya gengs. Makasih 😘

*****

Rimba Allarick Thomas--putra pertama keluarga Thomas berusia 24 tahun. Dingin, irit bicara dan tidak peduli pada sekitarnya. Pria itu lebih mengutamakan pekerjaan dibanding apapun.

Rimba bingung dengan suasana di rumah. Sejak kepulangannya dari kantor para pelayan, Mami dan Mama-nya sibuk mempersiapkan segala sesuatu hendak menyambut tamu penting.

Semula ia tidak peduli. Melihat Mama dan Mami antusias mendekorasi sebuah kamar tepat di samping kamarnya terbersit keingintahuan dalam benaknya. Ia mendekati kamar tersebut, pandangannya disuguhkan dominasi warna feminin, ungu dan merah muda. Rimba menuju walk in closet di kamar itu. Deretan lemari dipenuhi barang-barang perempuan, gaun, sepatu, tas dan berbagai perintilan lainnya.

"Apa ada yang akan tinggal di sini?" tanyanya menghampiri kedua Nyonya di rumah itu.

Bella dan Pricillia berpandangan penuh makna, setelah itu kompak tersenyum ceria. Alih-alih menjawab, keduanya kembali mengintruksikan para pelayan menata barang-barang serapi mungkin.

"Geser dikit, ah iya bener," seru Bella pada pelayan yang memasang lukisan di dinding.

"Mama," panggilnya datar.

"Lihat aja nanti! Kamu pasti kaget," cetus
Bella melewati Rimba yang kebingungan.

Tak mendapat jawaban yang diinginkan Rimba beralih menatap Pricillia, "Mami."

Bukannya menjawab Pricillia malah melambaikan tangan mengikuti Bella, meninggalkan Rimba dengan segala tanda tanya di benak.

Ini pertama kali mereka mengacuhkannya, selama ini tidak ada yang berani melakukan itu, bahkan Opa sekali pun, Abimanyu. Karena rasa ingin tahu semakin menggebu Rimba berinisiatif bertanya pada Saka-- sepupu tengilnya.

Rimba memasuki kamar Saka tanpa meminta izin atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Itu kebiasannya dan mana berani Saka protes padanya, kalau pun iya, palingan hanya protes biasa yang tak berpengaruh baginya. Mendengar suara gemercik air, Rimba melangkah menuju kamar mandi. Saka ada di dalam. Rimba mengetuk pintu keras agar Saka mendengarnya.

"BENTAR!"

Rimba kembali mengedor pintu semakin keras, alhasil pintu terbuka kasar memperlihatkan Saka dengan handuk bertengger di pinggangnya. Busa sampo masih bertengger di rambut. Sumpah serapahnya nyaris keluar sebelum melihat siapa yang berdiri di depan. Pemuda delapan belas tahun itu hanya mampu mendengkus.

"Cepat ngomong aku nggak ada waktu, nih!"  ketusnya. Ia kesal setengah mampus pada pria brengsek yang menjadi abang sepupunya itu. Bisa-bisanya Rimba mengganggu dirinya yang sedang bersuci.

Incredible Brothers (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang