14: Sorry

356 67 1
                                    

Because I’m a fool, who couldn’t catch on

I loved you by myself

My love, without even knowing how to leave

- Juniel 'Sorry'

***


Seungcheol masih duduk diam di kursinya saat Nayoung tengah berlari memasuki kantor polisi. Nayoung berdiri di belakangnya dengan raut lelah dan khawatir.

“Bagaimana?” tanya Nayoung pada petugas di hadapan mereka.

“Tolong diperiksa kembali,” balas petugas itu menunjukkan identitas Seungcheol di layar.

Nayoung hanya melihatnya sekilas dan mengangguk, menyetujuinya. Petugas itu langsung kembali sibuk pada pekerjaannya sementara Seungcheol masih terdiam di tempatnya.

“Saudari Im Nayoung, saya akan menghubungi Anda bila terjadi sesuatu lagi. Kami masih melakukan penyelidikan ulang. Terima kasih,” tutup petugas itu mempersilakan mereka berdua pulang.

Nafas Nayoung masih naik turun. Ia tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Seungcheol sekarang. Tapi yang jelas, ia merasa tidak tenang.

Seungcheol beranjak dari kursinya, hendak keluar dari kantor polisi namun Nayoung menahan tangannya.

“Kenapa kau menyuruh mereka menghubungiku untuk sesuatu seperti ini?” tanya Nayoung.

Seungcheol tidak menjawab. Ia menarik tangan Nayoung dan lanjut berjalan keluar dari kantor polisi. Nayoung berjalan terseret-seret mengikuti Seungcheol.

Seungcheol menghentikan langkahnya ketika mereka sudah sampai di depan kantor polisi. Nayoung masih berdiri di belakangnya dalam diam.

“Maafkan aku,” ujar Seungcheol.

Nayoung masih terdiam di tempatnya.

“Seharusnya aku tidak pernah menyetujui permintaanmu,” lanjut Seungcheol sekarang berbalik.

Bahu Nayoung bergetar. Ia mengusap wajahnya, tepat pada bagian pipinya. Perlahan cairan hangat membasahi tangannya.

“Jangan menangis,” ujar Seungcheol lagi.

Nayoung menepis tangan Seungcheol dan membalikkan badannya hingga berdiri membelakangi Seungcheol.

“Im Nayoung,” panggil Seungcheol.
Nayoung tidak bergerak.

Seungcheol mengambil langkah ke depan dan melingkarkan tangannya pada pinggang Nayoung. Rasa bingung, sedih, dan cinta bertubrukan dalam hati Nayoung.

“Aku mencintaimu,” bisik Seungcheol di telinganya.

“Tidak mungkin,” sahut Nayoung tanpa berpikir dua kali.

“Aku tahu. Tidak semudah itu berpaling,” bisik Seungcheol lagi. Ia mengeratkan pelukannya pada Nayoung.

“Tapi aku harus mempertanggungjawabkan perbuatanku,” ujarnya lagi mengelus-elus perut Nayoung.

“Aku yang harusnya minta maaf.”

Chaeyeon melangkah masuk ke dalam kamar mereka berdua sementara Daniel sedang mengurus sesuatu entah apa. Hanya ada satu ranjang di dalam sana, jelas sekali. Hanya satu kamar, bukan dua. Daniel sepertinya juga tidak berniat memesan kamar dengan dua ranjang yang terpisah.

Chaeyeon duduk di atas ranjangnya dan melihat sekeliling kamarnya. Warna dasarnya membuatnya merasa lebih tenang. Chaeyeon membaringkan tubuhnya dan memandang langit-langit kamar.

Cklek!

Tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka. Chaeyeon tersentak dan langsung kembali ke posisi duduk.

“Kau tiduran saja. Aku akan mandi dulu,” ujar Daniel menenangkan Chaeyeon.

Chaeyeon menatapnya agak waspada. Biasanya mandi adalah saat-saat kritis di mana seseorang mulai berpikiran untuk…

Lupakan.

“Setelah mandi kita makan malam,” ujar Daniel sebelum ia benar-benar menutup pintu kamar mandinya.

“Baiklah,” sahut Chaeyeon dari atas ranjang.

Sudah satu menit berlalu sejak Daniel masuk kamar mandi dan Chaeyeon kehilangan minat untuk berbaring di ranjang. Ia memandang kosong ke depan sampai seseorang menyelesaikan kegiatan mandinya.

“Aku sudah selesai,” ujar Daniel keluar dari kamar mandi dengan handuknya.

Chaeyeon tidak sanggup melirik ke arah Daniel. Rasanya aneh.

“Jangan berpikiran yang tidak-tidak,” ujar Daniel membuyarkan pikiran Chaeyeon.

Chaeyeon beranjak dari ranjangnya dan melangkah ke kamar mandi. Ia melepaskan bajunya dan masuk ke dalam ruang shower, membersihkan tubuhnya setelah perjalanan yang agak panjang.

Tiba-tiba ia mendengar ketukan pintu dari luar. Chaeyeon mematikan shower-nya agar bisa mendengar dengan jelas.

“Kutunggu di luar. Jangan lama-lama,” seru Daniel.

“Ya,” sahut Chaeyeon menyalakan kembali shower-nya dan melanjutkan mandinya.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mandi sebenarnya. Hanya sebagian besar perempuan selalu merasa kurang bersih atau kurang wangi dan mengulanginya beberapa kali. Terkadang mereka memakai begitu banyak produk agar semuanya terawat dengan baik.

“Sudah,” ujar Chaeyeon keluar dari kamar mereka.

Daniel berdiri bersandar di sebelah pintu kamar.

“Ayo,” ajaknya menggandeng tangan Chaeyeon ke restoran hotel.

Restoran itu tidak terlalu ramai karena waktu makan malam belum benar-benar mulai. Masih terlalu awal.

Chaeyeon melirik ke arah Daniel yang ia rasa sedang memperhatikannya sejak tadi.

“Aku sama denganmu saja,” ujar Chaeyeon bicara soal menu makanan.

Daniel mengangguk singkat dan menyelesaikan pemesanan makanannya.

Chaeyeon masih sibuk memperhatikan meja mereka ketika Daniel melempar senyum ke arahnya. Chaeyeon mendongak dan menatap Daniel bingung.

“Bukan apa-apa,” ujar Daniel.

“Apa?” sahut Chaeyeon tambah bingung.

Untunglah pelayan restoran datang dan menyudahi kebingungannya. Daniel membantu pelayan itu menata menunya di meja lalu kembali menghadap Chaeyeon yang sedang menatap tajam ke arahnya.

“Apa?” tanya Daniel.

“Bagaimana cara mengembalikanku?” tanya Chaeyeon berubah serius.

“Kenapa kau benar-benar penasaran soal itu?” balas Daniel balik bertanya.

“Itu… Karena aku yang melakukannya, kembali. Aku berhak tahu caranya,” ujar Chaeyeon agak bingung dengan alasannya sendiri.

“Jalanilah hari ini sebagai Chaeyeon yang sekarang.”

“Apa maksudmu?”

“Sebagai istriku.”

To Be Continued

[√] 늦은 (Late) | kdn x jcyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang