DASAR ARTIS MESUM!

1.7K 151 13
                                    

"Heh, bangun! Gue tau lo denger gue."

No no no, gue gak akan melek! Aren semakin memejamkan matanya rapat-rapat. Kan sudah Aren bilang, ia tidak akan berbicara dengan Dekan sepanjang perjalanan. Apalagi, sampai mengobrol dengannya. Dan jadilah beberapa menit ini Aren tetap terdiam sambil pura-pura tidur di dalam mobil tanpa memedulikan cowok di sampingnya yang sedari tadi sibuk mengoceh sambil sesekali memanggil namanya.

"Cuma lo doang yang tidur tapi kakinya gerak. Serem juga, sih."

Aren langsung mengumpat dalam hati karena kebiasaannya yang tak kunjung hilang. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi kaki kanannya terus bergerak ke atas dan ke bawah dengan ritme cepat. Mungkin bukan hanya Aren yang mempunyai kebiasaan itu kalau sedang terancam rasa bosan. Jangankan sedang bosan, Aren bahkan sering menggerakkan kakinya seperti itu jika sedang menulis di kelas sampai Remiya tidak bisa tenang karena mejanya jadi bergetar akibat ketukan kaki Aren.

Mendengar sindiran Dekan itu, Aren segera menghentikan ketukan kakinya dan membuka sebelah matanya sedikit untuk melirik cowok itu. Rupanya, Dekan masih tetap fokus menatap ke depan.

"Aw!" Tepat ketika Aren akan membuka mata sepenuhnya, perutnya terasa melilit dan seperti diremas sekuat-kuatnya. "Aish..."

Melihat itu, Dekan langsung menoleh dan mengerutkan keningnya.

"Gue gak apa-apa, kok. Gak apa-apa." Aren mengibaskan tangan kanannya ke samping, tepat di wajah Dekan.

"Dih? Emang gue nanya?"

Monyet banget nih cowok!

Dekan memelankan laju mobilnya karena lampu lalu lintas yang baru saja berubah merah. Kemudian, ia melirik Aren yang masih meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. Aren terkesiap ketika cowok itu tiba-tiba saja mengetuk-etuk dasbor mobil di hadapannya.

"Kenapa?"

"Buka," ucap Dekan pelan.

"Hah? Buka apaan?" Aren mengerutkan keningnya karena tidak mengerti maksud ucapan cowok itu.

"Enaknya buka apaan nih? Hhm?" Tangan kanan Dekan masih terus mengetuk dasbor dengan pelan, tapi kini ia sudah memiringkan badannya dan menatap raut wajah Aren yang seketika berubah panik karena ucapan Dekan barusan.

Sontak saja Aren menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan. "LO MESUM BANGET DEH!"

Dekan menyeringai. "Lo dari pertama kali ketemu gue, bilang gue mesum mulu. Mau, ya?"

"Ma−MAU APAAN?! LO AMBIGU BANGET SIH ANJIR!"

Aren menelan ludah ketika Dekan semakin mencondongkan tubuh ke arahnya sampai membuat cewek itu sudah meringkuk tak berdaya. Seluruh punggungnya sudah ia kerahkan sepenuhnya untuk menempel di pintu mobil. Bahkan kalau bisa, Aren ingin sekali menembus pintu itu dan lari terbirit-birit dari mobil yang isinya penjahat kelamin macam Dekan!

"Lo−lo mau ngap−ngapain..." Wah, apa-apaan ini! Suara Aren yang tadinya terus berteriak, kini malah semakin pelan. Tenggorokannya tercekat. Bahkan, Aren memaki dirinya yang tidak bisa menahan degup jantungnya yang semakin cepat.

"Maunya diapain?" Dekan berbisik tepat di depan wajah Aren. Ia sengaja menyentuh hidung mangir Aren dengan hidungnya yang tak kalah mancung. Bisa kalian bayangkan kan bagaimana peperangan batin Aren saat ini? Artis rese yang sejak awal mencari ribut dengannya, yang sialnya berwajah tampan, sedang menatapnya lurus-lurus sambil terus menggodanya. Kampret moment, right?

Is That You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang